GAMBIRAN, Jawa Pos Radar Genteng – Para peternak burung puyuh petelur, tampaknya mulai kelimpungan. Penyebabnya, harga konsentrat yang menjadi pakan utama ternaknya, kini terus naik. Agar tidak merugi, mereka harus pintar-pintar memutar otak.
Salah satu peternak burung puyuh petelur, Sutiah, 59, asal Dusun Krajan I, Desa/Kecamatan Gambiran, mengaku dalam kurun waktu sebulan terakhir, harga pakan dianggap sangat tinggi. “Sebelumnya hanya Rp 270 ribu per sak dengan kemasan 50 kilogram,” ujarnya, Kamis (18/1).
Saat ini, terang dia, harga pakan burung puyuh naik menjadi Rp 470 ribu per sak dengan kemasan 50 kilogram. Kenaikan Rp 200 ribu per sak itu, dianggap sangat merugikan peternak. “Tiba-tiba harganya mahal, ini membuat peternak bisa bangkrut,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Sutiah mengaku, kebutuhan pakan burung puyuhnya yang jumlahnya 30 ekor itu, dalam sehari satu kilogram. Sehingga, untuk satu sak konsentrat bisa dipakai hampir dua bulan. “Harga konsentrat Rp 470 ribu per sak itu sangat mahal,” ungkapnya.
Baca Juga: Pembangunan Jalur Lingkar Barat yang Melintasi Desa Setail Hingga Jembatan Wiroguno Dilanjutkan
Naiknya harga pakan itu, lanjut dia, membuat keuntungan penjualan telur burung puyuh yang sudah dilakoni sejak 10 tahun lalu menipis. “Malah bisa tidak untung sama sekali, harga telur puyuh hanya Rp 20 ribu per kilogram,” cetusnya dengan intonasi suara merendah.
Untuk mengakali agar tidak merugi, Sutiah mengaku kini menaikkan harga telur puyuhnya menjadi Rp 28 ribu hingga Rp 30 ribu per kilogram. “Biar tidak rugi, saya tidak punya penghasilan selain ternak burung puyuh ini,” katanya.
Telur puyuh milik Sutiah ini, hanya dijual pada beberapa kenalan dan penjual jajanan keliling. Ia sengaja tidak menjual ke pengepul telur. “Harganya malah anjlok kalau menjual ke pengepul, malah rugi,” katanya.
Peternak lainnya, Saini, 42, warga Desa/Kecamatan Tegalsari mengaku juga menaikkan harga jual telur puyuh. Itu dilakukan untuk meminimalisir kerugian karena harga pakan yang melambung. “Pembeli juga saya beri penjelasan harganya naik karena harga pakannya naik,” ujarnya.
Saini tidak mengetahui alasan konsentrat yang menjadi pakan utama ternaknya itu harganya melambung. Selain peternak puyuh, peternak bebek yang memberi pakan dengan konsentrat juga resah. “Semua susah, harga konsentrat mahal,” ungkapnya.(gas/abi)
Sumber: Jawa Pos Radar Genteng