Banyuwangi, Jurnalnews.com – Beternak lebah madu bukanlah profesi yang bisa dilakukan sembarang orang. Selain membutuhkan keahlian khusus, peternak juga harus siap berpindah-pindah lokasi mengikuti musim berbunga agar koloni lebah tetap mendapatkan sumber nektar yang cukup.
Budi Amboyna, seorang peternak lebah di Banyuwangi, mengaku awalnya hanya sebagai pembeli madu. Namun, setelah melihat tantangan dalam usaha peternakan lebah, ia justru tertarik untuk terlibat langsung. “Awalnya saya hanya membeli madu dari peternak, tapi setelah melihat prosesnya, saya jadi ikut terjun sebagai peternak,” ungkapnya saat ditemui di lokasi ternaknya di Desa Sumber Kencono, Rabu (12/2/2025).
Budi menjelaskan bahwa perpindahan lokasi ternak lebah dilakukan sesuai dengan musim berbunga di daerah tertentu. “Kalau sedang musim bunga randu, kita pindahkan koloni lebah ke perkebunan randu. Kalau masa bunga randu habis, kita pindah ke lokasi lain, misalnya saat musim tanam jagung,” jelasnya.
Selain mengandalkan nektar dari bunga, peternak juga perlu memberikan tambahan pakan agar lebah tetap sehat dan berkembang biak dengan baik. Biasanya, koloni lebah ditempatkan di satu lokasi selama kurang lebih lima bulan hingga masa panen tiba. Dalam sekali panen, satu koloni bisa menghasilkan sekitar 5 hingga 7 kilogram madu.
Menurut Budi, wilayah kecamatan Wongsorejo memiliki sumber nektar yang sangat melimpah. “Tidak banyak yang tahu kalau di sini ada banyak tanaman penghasil nektar, seperti randu, les keles, mangga milik warga, serta dari pohon karet di Pasewaran. Selain itu, ada juga kesambi dan bunga bidara yang tumbuh di kawasan Hutan Baluran,” tambahnya.
Dengan mengikuti siklus musim berbunga dan menjaga keseimbangan ekosistem, peternak lebah madu seperti Budi Amboyna terus berupaya menjaga produksi madu berkualitas tinggi serta mendukung kelestarian lebah sebagai penyerbuk alami. (Venus Hadi)