Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Pulau Dewata Terancam Padam! Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya Dekat Kabel Listrik PLN Jawa–Bali

pulau-dewata-terancam-padam! bangkai-kmp-tunu-pratama-jaya-dekat-kabel-listrik-pln-jawa–bali
Pulau Dewata Terancam Padam! Bangkai KMP Tunu Pratama Jaya Dekat Kabel Listrik PLN Jawa–Bali

RADARBANYUWANGI.ID — Upaya pencarian bangkai KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali memasuki tahap penentuan.

Tim TNI AL melalui Komando Armada II kini memfokuskan penyisiran di titik referensi 4, lokasi yang diduga kuat menjadi tempat kapal naas tersebut berada.

Komandan Gugus Keamanan Laut Koarmada II (Danguspurla Koarmada II) Laksamana Pertama TNI Endra Hartono mengungkapkan, pencarian di titik tersebut melibatkan tiga metode deteksi bawah laut.

Yakni magnetometer, Multibeam Echosounder (MBES), dan Side Scan Sonar (SSS).

Dari hasil gabungan ketiga teknologi itu, saat ini tim sedang menyusun gambar 3D objek di dasar laut yang akan diserahkan ke Basarnas untuk tindakan selanjutnya.

Namun, di balik kabar penemuan ini, ada catatan penting bahwa posisi bangkai kapal ternyata berjarak sangat dekat dengan kabel listrik bawah laut (cablehead) yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Jaraknya hanya sekitar 30 meter, jarak yang terbilang rawan di bawah laut.

“Hasil dari gambar 3D akan kita serahkan kepada Basarnas untuk menentukan langkah selanjutnya.” tegasnya.

Baca Juga: Penyelam Tradisional Diterjunkan Cari Bangkai KMP Tunu, Diduga Sudah Bergeser 400 Meter!

WhatsApp-Image-2025-07-09-at-105822-3086

Proyeksi posisi bangkai KMP Tunu Pratama jaya di dasar Selat Bali berada di REF 4, ada di tengah cablehead PLN. (FOTO: Fredy Riski Manunggal/ Jawa Pos Radar Banyuwangi)

Apakah Bangkai Kapal Bisa Menimpa Kabel Listrik?

Secara teknis, bangkai kapal penumpang yang karam di dasar laut memang akan cenderung stabil di satu posisi.

Namun, sejumlah faktor bisa membuat posisi kapal bergeser, misalnya arus dasar laut yang kuat, kontur tanah dasar yang labil, atau bagian struktur kapal yang runtuh pelan-pelan.

Faktanya, Selat Bali adalah jalur sempit yang menghubungkan Samudra Hindia di selatan dengan Laut Bali di utara.


Page 2

Di kawasan ini ada arus lintas Indonesia (Indonesian Throughflow/ITF), ini merupakan salah satu arus laut terbesar di dunia yang mengalir dari Pasifik ke Samudra Hindia melalui selat-selat sempit.

Arus permukaan di Selat Bali bisa mencapai 2–3 knot (sekitar 3,7–5,5 km/jam) bahkan lebih pada kondisi pasang-surut maksimum.

Tidak hanya permukaan, arus bawah laut (sub-surface current) juga bergerak relatif kencang, meskipun kecepatannya umumnya sedikit lebih kecil dari arus permukaan.

Faktor topografi dasar laut (kontur miring) dan interaksi pasang-surut bisa menimbulkan arus vertikal atau arus turbulen, yang berbahaya untuk kapal karam, penyelaman, maupun kabel bawah laut.

Ahli kelautan menilai, potensi kapal berpindah hingga menimpa jalur kabel memang kecil. Apalagi kabel listrik bawah laut umumnya sudah ditanam atau dilapisi pelindung.

Tetapi dengan jarak hanya 30 meter, risiko kerusakan tetap ada jika serpihan besar dari bangkai kapal runtuh ke arah kabel.

Inilah alasan tim Koarmada II menekankan prosedur kerja ekstra hati-hati, termasuk saat mengoperasikan ROV (Remotely Operated Vehicle) atau peralatan berat di dekat area sensitif tersebut.

Hingga kini, tim gabungan masih menunggu pemetaan objek 3D di titik referensi 4.

Hasil inilah yang akan menentukan apakah perlu dilakukan evakuasi, penanganan, atau penambatan khusus agar bangkai kapal tidak bergeser dan membahayakan kabel.

Seperti diketahui, KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7) dini hari. Kapal penumpang ini membawa puluhan orang yang sebagian besar telah berhasil dievakuasi, sementara proses pencarian korban dan bangkai kapal masih terus dilakukan.


Page 3

RADARBANYUWANGI.ID — Upaya pencarian bangkai KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali memasuki tahap penentuan.

Tim TNI AL melalui Komando Armada II kini memfokuskan penyisiran di titik referensi 4, lokasi yang diduga kuat menjadi tempat kapal naas tersebut berada.

Komandan Gugus Keamanan Laut Koarmada II (Danguspurla Koarmada II) Laksamana Pertama TNI Endra Hartono mengungkapkan, pencarian di titik tersebut melibatkan tiga metode deteksi bawah laut.

Yakni magnetometer, Multibeam Echosounder (MBES), dan Side Scan Sonar (SSS).

Dari hasil gabungan ketiga teknologi itu, saat ini tim sedang menyusun gambar 3D objek di dasar laut yang akan diserahkan ke Basarnas untuk tindakan selanjutnya.

Namun, di balik kabar penemuan ini, ada catatan penting bahwa posisi bangkai kapal ternyata berjarak sangat dekat dengan kabel listrik bawah laut (cablehead) yang menghubungkan Pulau Jawa dan Pulau Bali.

Jaraknya hanya sekitar 30 meter, jarak yang terbilang rawan di bawah laut.

“Hasil dari gambar 3D akan kita serahkan kepada Basarnas untuk menentukan langkah selanjutnya.” tegasnya.

Baca Juga: Penyelam Tradisional Diterjunkan Cari Bangkai KMP Tunu, Diduga Sudah Bergeser 400 Meter!

WhatsApp-Image-2025-07-09-at-105822-3086

Proyeksi posisi bangkai KMP Tunu Pratama jaya di dasar Selat Bali berada di REF 4, ada di tengah cablehead PLN. (FOTO: Fredy Riski Manunggal/ Jawa Pos Radar Banyuwangi)

Apakah Bangkai Kapal Bisa Menimpa Kabel Listrik?

Secara teknis, bangkai kapal penumpang yang karam di dasar laut memang akan cenderung stabil di satu posisi.

Namun, sejumlah faktor bisa membuat posisi kapal bergeser, misalnya arus dasar laut yang kuat, kontur tanah dasar yang labil, atau bagian struktur kapal yang runtuh pelan-pelan.

Faktanya, Selat Bali adalah jalur sempit yang menghubungkan Samudra Hindia di selatan dengan Laut Bali di utara.