Radarbanyuwangi.id – Jalan Profesor Doktor Satrio atau lebih familiar dengan Jalan Satrio merupakan nama salah satu jalan utama di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Jalan ini berada di pusat bisnis dan perbelanjaan serta menjadi denyut nadi ekonomi di Jakarta. Jalan ini membentang sepanjang 2,25 km dari Karet Sudirman Tanah Abang Jakarta Pusat hingga Terowongan Casablanca, Kuningan, Jakarta Selatan.
Jalan Satrio dilewati oleh Jalan Layang Non-tol Tanah Abang–Kampung Melayu yang dibangun di atas jalan ini.
Jalan Layang Non Tol ini membentang dari Jalan Casablanca hingga Jalan Kyai Haji Mas Mansyur dengan panjang 3.4 km. Jalan Layang Non Tol ini dibuat untuk mengurangi kemacetan di Jalan Satrio.[
Kawasan ini sering disebut sebagai segitiga emasnya Jakarta. Jalan ini melintasi 4 kelurahan diantaranya Karet Setiabudi, Semanggi Setiabudi, Karet Kuningan Setiabudi,dan Kuningan Timur Setiabudi.
Baca Juga: Jadi Kandidat Terkuat, Berikut Catatan Prestasi Michael Edi Hariyanto Selama Menjadi Ketua Askab PSSI Banyuwangi Periode 2009/2013
Jalan Satrio merupakan jalur akses menuju Mega Kuningan. Di jalan ini terdapat Gerbang Mega Kuningan, Tokopedia Tower, ITC Kuningan, Lotte Shopping Avenue, Mall Ambasador, dan Kuningan City.
Nama jalan tersebut diambil dari sosok Menteri Kesehatan RI ke-10 yakni Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Satrio.
Sosoknya merupakan seorang dokter militer. Dia menjabat sebagai Menteri Kesehatan pasa masa demokrasi terpimpin tahun 1959-1966.
Baca Juga: Selama Long Weekend, Kapolresta Banyuwangi Kombespol Rama Samtama Putra Perkuat Pengamanan di Destinasi Wisata
Satrio juga pernah memimpin Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto (RSPAD).
Usai pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Satrio yang kala itu berpangkat Letkol didaulat untuk mengambilalih rumah sakit militer di Kwini dari Kolonel Dokter van Bommel.
Serah terima dilakukan pada 26 Juli 1950. Saat itu rumah sakit memiliki 60 dokter dimana 10 di antaranya adalah dokter spesialis. Nyaris semua berstatus militer.
Hanya satu dokter saja yang berstatus sipil, yakni Borgers, dokter ahli bedah.
Ada sekitar 300 perawat yang semuanya perempuan Belanda. Kemudian instalasi kesehatan militer warisan Belanda ini dikenal sebagai Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 2
Page 3
Radarbanyuwangi.id – Jalan Profesor Doktor Satrio atau lebih familiar dengan Jalan Satrio merupakan nama salah satu jalan utama di Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta.
Jalan ini berada di pusat bisnis dan perbelanjaan serta menjadi denyut nadi ekonomi di Jakarta. Jalan ini membentang sepanjang 2,25 km dari Karet Sudirman Tanah Abang Jakarta Pusat hingga Terowongan Casablanca, Kuningan, Jakarta Selatan.
Jalan Satrio dilewati oleh Jalan Layang Non-tol Tanah Abang–Kampung Melayu yang dibangun di atas jalan ini.
Jalan Layang Non Tol ini membentang dari Jalan Casablanca hingga Jalan Kyai Haji Mas Mansyur dengan panjang 3.4 km. Jalan Layang Non Tol ini dibuat untuk mengurangi kemacetan di Jalan Satrio.[
Kawasan ini sering disebut sebagai segitiga emasnya Jakarta. Jalan ini melintasi 4 kelurahan diantaranya Karet Setiabudi, Semanggi Setiabudi, Karet Kuningan Setiabudi,dan Kuningan Timur Setiabudi.
Baca Juga: Jadi Kandidat Terkuat, Berikut Catatan Prestasi Michael Edi Hariyanto Selama Menjadi Ketua Askab PSSI Banyuwangi Periode 2009/2013
Jalan Satrio merupakan jalur akses menuju Mega Kuningan. Di jalan ini terdapat Gerbang Mega Kuningan, Tokopedia Tower, ITC Kuningan, Lotte Shopping Avenue, Mall Ambasador, dan Kuningan City.
Nama jalan tersebut diambil dari sosok Menteri Kesehatan RI ke-10 yakni Mayjen TNI (Purn.) Prof. Dr. Satrio.
Sosoknya merupakan seorang dokter militer. Dia menjabat sebagai Menteri Kesehatan pasa masa demokrasi terpimpin tahun 1959-1966.
Baca Juga: Selama Long Weekend, Kapolresta Banyuwangi Kombespol Rama Samtama Putra Perkuat Pengamanan di Destinasi Wisata
Satrio juga pernah memimpin Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto (RSPAD).
Usai pengakuan kedaulatan RI oleh Belanda. Satrio yang kala itu berpangkat Letkol didaulat untuk mengambilalih rumah sakit militer di Kwini dari Kolonel Dokter van Bommel.
Serah terima dilakukan pada 26 Juli 1950. Saat itu rumah sakit memiliki 60 dokter dimana 10 di antaranya adalah dokter spesialis. Nyaris semua berstatus militer.
Hanya satu dokter saja yang berstatus sipil, yakni Borgers, dokter ahli bedah.
Ada sekitar 300 perawat yang semuanya perempuan Belanda. Kemudian instalasi kesehatan militer warisan Belanda ini dikenal sebagai Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.