Radarbanyuwangi.id – Para petani selada di Dusun Sugihwaras, Desa Bumiharjo, Kecamatan Glenmore, mengaku mengalami penurunan hasil panen.
Salah satu faktornya, intensitas air yang tinggi karena sering turun hujan yang deras.
Hujan yang hampir setiap hari turun dengan deras itu, menyebabkan ukuran daun selada mengecil. Dan itu berdampak hasil panen.
“Kalau musim penghujan selada itu ukuran (daun) semakin kecil, kalau musim panas ukurannya besar,” ujar Siti Aminah, petani selada asal Dusun Sugihwaras, Desa Bumiharjo, Kecamatan Glenmore.
Selain menurunnya ukuran daun selada, terang dia, saat musim penghujan tanaman selada rentan terkena penyakit cacar.
“Sayur selada itu mudah terkena cacar saat musim hujan, kalau panas tambah bagus, daunnya melebar,” terangnya.
Masa tumbuh selada, terang dia, sekitar 1,5 bulan hingga dua bulan lamanya. Sedangkan waktu panen, dapat dilakukan setiap seminggu sekali.
“Satu minggu setelah dipanen itu bisa tumbuh lagi,” cetusnya.
Dengan luas lahan 875 meter persegi, Aminah mengaku saat panen mampu mendapat ribuan ikat selada.
Terutama saat musim panas, harga dan jumlah ikat selada semakin banyak.
“Kalau kondisi sedang bagus bisa capai 3.000 ikat selada, tapi kalau kondisi kurang bagus itu 2.000 ikat paling maksimal,” katanya.
Aminah mengaku menjual selada setiap 11 ikat dengan harga cukup bervariasi. Harga selada paling mahal dipatok Rp 7.000 per 11 ikat.
“Harga paling murah itu Rp 5.000 setiap 11 ikatnya,” ucapnya pada Jawa Pos Radar Genteng.
Menurut Aminah, menanam selada bisa dibilang cukup susah. Air yang digunakan, harus asli dari sumber dan perlu jeli terhadap gulma.
“Kalau air dari sungai gampang layu karena suhu airnya panas,” pungkasnya.(rei/abi)








