RadarBanyuwangi.id – Aktivitas blasting alias teknik peledakan batuan atau tanah yang keras di Gunung Tumpang Pitu dalam penambangan emas yang dilakukan PT Bumi Suksesindo (BSI), dikeluhkan para nelayan di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Selasa (26/11).
Blasting mengakibatkan material gunung yang diklaim jadi salah satu pemilik cadangan emas terbesar di Indonesia itu berguguran ke laut. Material yang nyemplung laut dikhawatirkan merusak ekosistem.
“Tiga hari lalu (Minggu (24/11)) ada pemancing layur yang lihat langsung material masuk ke laut,” kata salah satu warga Dusun Pancer yang getol melakukan penolakan penambangan emas, Amin Fauzi, 42.
Meski tidak melihat secara langsung dan hanya mengamati dari rekaman video pemancing itu, Amin memastikan jika material yang masuk ke laut berjumlah masif.
“Sebenarnya sudah sering (blasting), tapi biasanya lokasi ada di tengah dan jauh dari laut,” ujarnya.
Untuk blasting yang terbaru ini, terang dia, dilakukan di permukaan yang dekat dengan laut, dan itu membuat bebatuan dan tanah yang keras itu pecah, material langsung longsor ke Laut Pancer.
“Longsoran itu merusak laut,” katanya seraya menyebut hingga kini keluhan warga itu masih sebatas diluapkan di media sosial (medsos).
Dari pantauan Jawa Pos Radar Genteng di Pantai Mustika, Dusun Pancer, kondisi Gunung Tumpang Pitu memang sudah memprihatinkan.
Pegunungan yang dulunya tampak hijau, kini terlihat belang karena sebagian menjadi tandus bekas ditambang.
“Posisi yang longsor itu terlihat dari Pancer, bagian yang sebelah selatan,” katanya.
Dinas Perikanan Banyuwangi rupanya juga memonitor munculnya keluhan dari nelayan, lantaran adanya material yang longsor ke Laut Pancer tersebut.
“Kami tahu video itu dari media, kalau laporan dari masyarakat atau nelayan belum ada,” kata Plt Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Suryono Bintang Samudra.
Ditanya potensi rusaknya laut akibat kejadian itu, Suryono mengaku tidak bisa menjawab. Menurutnya, kapasitas itu dimiliki Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur.
“Laut tersebut di bawah naungan Dinas Perikanan Provinsi. Di sana ada UPT-nya (Unit Pelaksana Teknis). Saya bisa menjawab, tapi bukan kapasitas saya saja,” dalihnya.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 2
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Aktivitas blasting alias teknik peledakan batuan atau tanah yang keras di Gunung Tumpang Pitu dalam penambangan emas yang dilakukan PT Bumi Suksesindo (BSI), dikeluhkan para nelayan di Dusun Pancer, Desa Sumberagung, Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, Selasa (26/11).
Blasting mengakibatkan material gunung yang diklaim jadi salah satu pemilik cadangan emas terbesar di Indonesia itu berguguran ke laut. Material yang nyemplung laut dikhawatirkan merusak ekosistem.
“Tiga hari lalu (Minggu (24/11)) ada pemancing layur yang lihat langsung material masuk ke laut,” kata salah satu warga Dusun Pancer yang getol melakukan penolakan penambangan emas, Amin Fauzi, 42.
Meski tidak melihat secara langsung dan hanya mengamati dari rekaman video pemancing itu, Amin memastikan jika material yang masuk ke laut berjumlah masif.
“Sebenarnya sudah sering (blasting), tapi biasanya lokasi ada di tengah dan jauh dari laut,” ujarnya.
Untuk blasting yang terbaru ini, terang dia, dilakukan di permukaan yang dekat dengan laut, dan itu membuat bebatuan dan tanah yang keras itu pecah, material langsung longsor ke Laut Pancer.
“Longsoran itu merusak laut,” katanya seraya menyebut hingga kini keluhan warga itu masih sebatas diluapkan di media sosial (medsos).
Dari pantauan Jawa Pos Radar Genteng di Pantai Mustika, Dusun Pancer, kondisi Gunung Tumpang Pitu memang sudah memprihatinkan.
Pegunungan yang dulunya tampak hijau, kini terlihat belang karena sebagian menjadi tandus bekas ditambang.
“Posisi yang longsor itu terlihat dari Pancer, bagian yang sebelah selatan,” katanya.
Dinas Perikanan Banyuwangi rupanya juga memonitor munculnya keluhan dari nelayan, lantaran adanya material yang longsor ke Laut Pancer tersebut.
“Kami tahu video itu dari media, kalau laporan dari masyarakat atau nelayan belum ada,” kata Plt Kepala Dinas Perikanan Banyuwangi, Suryono Bintang Samudra.
Ditanya potensi rusaknya laut akibat kejadian itu, Suryono mengaku tidak bisa menjawab. Menurutnya, kapasitas itu dimiliki Dinas Perikanan Provinsi Jawa Timur.
“Laut tersebut di bawah naungan Dinas Perikanan Provinsi. Di sana ada UPT-nya (Unit Pelaksana Teknis). Saya bisa menjawab, tapi bukan kapasitas saya saja,” dalihnya.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.