sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Ratusan umat Katolik di Gereja Katolik Paroki Maria Ratu Para Rasul, Dusun Sumberjati, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, menjalankan ibadah Natal pada Rabu (24/12) malam.
Kegiatan tersebut berlangsung aman dan damai dengan pengawalan dari satuan tugas (satgas) lintas agama serta aparat keamanan.
Di saat umat Kristiani menjalankan ibadah, umat agama lain yang tergabung dalam Satgas Bhinneka Tunggal Ika melakukan penjagaan di area gereja. Hal ini menjadi simbol kuat kerukunan antarumat beragama di Banyuwangi.
Kapolsek Purwoharjo AKP Heru Slamet Hariyanto mengatakan, kepolisian bersama TNI dan pemerintah setempat dibantu satgas lintas agama dalam pengamanan Natal kali ini.
“Total ada sekitar 400 jemaat yang melaksanakan ibadah Natal. Ibadah berjalan dengan lancar dan kondusif,” katanya.
Ratusan jemaat tersebut berasal dari berbagai wilayah, khususnya dari Banyuwangi wilayah selatan. Mereka merayakan Natal dengan tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”.
“Petugas keamanan bersama satgas lintas agama berjaga di luar, sementara umat Kristiani menjalankan ibadah dengan khidmat di dalam gereja,” ujarnya.
Wakil Ketua Satgas Bhinneka Tunggal Ika Fabianus Sumino mengatakan, keterlibatan satgas lintas agama merupakan wujud nyata kerukunan di kabupaten the Sunrise of Java.
Anggota satgas yang berasal dari berbagai latar belakang keyakinan berkumpul menjadi satu untuk memastikan keamanan saat salah umat kristiani menjalankan ibadah.
“Kami sebut Satgas Bhinneka Tunggal Ika karena meski berbeda agama, kami bersatu dengan tujuan yang sama,” terangnya.
Di desa yang berjarak sekitar 50 kilometer (km) dari pusat kota Banyuwangi ini, lanjut Sumino, terdapat umat lima agama yang hidup berdampingan.
Keharmonisan paling mencolok terlihat saat kegiatan keagamaan di mana warga saling membantu demi kelancaran acara.
“Umat agama Islam, Hindu, Buddha, Katolik, dan Kristen selalu saling membutuhkan. Ini merupakan gambaran Indonesia kecil,” tuturnya.
Terbentuknya satgas ini berawal dari keprihatinan masyarakat melihat umat yang sedang merayakan hari besar justru terbebani dengan tugas penjagaan, sehingga ibadah menjadi kurang fokus.
Page 2
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Ratusan umat Katolik di Gereja Katolik Paroki Maria Ratu Para Rasul, Dusun Sumberjati, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, menjalankan ibadah Natal pada Rabu (24/12) malam.
Kegiatan tersebut berlangsung aman dan damai dengan pengawalan dari satuan tugas (satgas) lintas agama serta aparat keamanan.
Di saat umat Kristiani menjalankan ibadah, umat agama lain yang tergabung dalam Satgas Bhinneka Tunggal Ika melakukan penjagaan di area gereja. Hal ini menjadi simbol kuat kerukunan antarumat beragama di Banyuwangi.
Kapolsek Purwoharjo AKP Heru Slamet Hariyanto mengatakan, kepolisian bersama TNI dan pemerintah setempat dibantu satgas lintas agama dalam pengamanan Natal kali ini.
“Total ada sekitar 400 jemaat yang melaksanakan ibadah Natal. Ibadah berjalan dengan lancar dan kondusif,” katanya.
Ratusan jemaat tersebut berasal dari berbagai wilayah, khususnya dari Banyuwangi wilayah selatan. Mereka merayakan Natal dengan tema “Allah Hadir untuk Menyelamatkan Keluarga”.
“Petugas keamanan bersama satgas lintas agama berjaga di luar, sementara umat Kristiani menjalankan ibadah dengan khidmat di dalam gereja,” ujarnya.
Wakil Ketua Satgas Bhinneka Tunggal Ika Fabianus Sumino mengatakan, keterlibatan satgas lintas agama merupakan wujud nyata kerukunan di kabupaten the Sunrise of Java.
Anggota satgas yang berasal dari berbagai latar belakang keyakinan berkumpul menjadi satu untuk memastikan keamanan saat salah umat kristiani menjalankan ibadah.
“Kami sebut Satgas Bhinneka Tunggal Ika karena meski berbeda agama, kami bersatu dengan tujuan yang sama,” terangnya.
Di desa yang berjarak sekitar 50 kilometer (km) dari pusat kota Banyuwangi ini, lanjut Sumino, terdapat umat lima agama yang hidup berdampingan.
Keharmonisan paling mencolok terlihat saat kegiatan keagamaan di mana warga saling membantu demi kelancaran acara.
“Umat agama Islam, Hindu, Buddha, Katolik, dan Kristen selalu saling membutuhkan. Ini merupakan gambaran Indonesia kecil,” tuturnya.
Terbentuknya satgas ini berawal dari keprihatinan masyarakat melihat umat yang sedang merayakan hari besar justru terbebani dengan tugas penjagaan, sehingga ibadah menjadi kurang fokus.







