Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Tradisi Suku Osing Memperingati Datangnya Bulan Suro

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

tradiiiiiBikin Bubur Mengenang Nabi Nuh Hadapi Banjir
SETIAP tanggal 10 Muharam, warga Desa Parijatah Kulon, Kecamatan Srono, Banyuwangi, selalu sibuk. Pada tanggal 10 Suro tersebut, seluruh warga kampung tersebut membuat jenang (bubur) untuk dibagikan kepada tetangga. Bubur tersebut biasa disebut jenang surom. “Sebetulnya tidak harus tanggal 10 Muharam Boleh dilakukan sepanjang bulan Muharam. Sehingga selama bulan Muharam, warga membuat jenang suro secara bergantian,” kata Sanusi, 85, tokoh warga Dusun Krajan, Desa Parijatah Kulon.

Pembuatan jenang suro biasanya di lakukan secara patungan. Biasanya urunan antar saudara, tiap individu mengumpulkan bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat jenang tersebut. “Ya nanti saya membeli beras dan kelapa, saudara yang lain ada yang membeli ayam dan kelengkapan yang lain. Setelah terkumpul bahan-bahannya, kita kerjakan bersama-sama juga,” kata Rofikoh, warga Dusun Krajan, Parijatah Kulon, yang sedang mengantarkan jenang Suro kepada tetangganya. Banyak yang menduga jenang suro dibuat untuk memperingati pergantian tahun baru Islam. 

Namun, ternyata dugaan itu keliru, Jenang Suro di buat untuk mengenang perjuangan Nabi Nuh dalam menyelamatkan umatnya dari bencana. “Sebetulnya bahan-bahan pembuat jenang Suro merupakan simbol-simbol bekal umat Nabi Nuh yang selamat. Jenang suro ala orang Osing itu terbuat dari beras. Tetapi, isinya disebut poro bungkil, yaitu ketela, jagung, kacang, talas, dan lain-lain,” ujar Sanusi. Dia menambahkan, barang-barang tersebut merupakan sisa bekal yang terdapat di kapal Nabi Nuh.

“Nabi Nuh memerintahkan umat memasak barang-barang itu menjadi satu supaya cukup dibagi kepada umat yang masih selamat. Sekaligus sebagai ungkapan rasa syukur atas keselamatan yang di berikan Tuhan atas musibah yang terjadi,” jelas Sanusi. Namun, Sanusi tidak memungkiri banyak peristiwa besar Islam yang terjadi pada Muharram, antara lain Nabi Ibrahim membakar berhala, Nabi Musa melawan Firaun, dan lain-lain. “Seingat saya, cerita orang tua dan tokoh agama pada saat saya masih kecil, jenang suro yang di buat warga di sini untuk mengenang perjuangan Nabi Nuh,” tegas Sanusi. 

Bahan-bahan yang digunakan membuat jenang suro terdiri atas beras yang di tanak dengan santan dan serai. Kemudian, poro bungkul dimasukkan dan diaduk hinga halus atau menyatu semua. Setelah menjadi bubur makanan itu disajikan di atas piring dan diberi alas daun pisang. Jenang suro diberi kuah ragi lembaran atau menyerupai kare ayam, dan ditaburi telur dadar yang dipotong-potong. Kemudian, ada juga kelapa yang dan digoreng atau disebut serundeng.

Ditambah potongan cabai besar dan seledri. “Meskipun zaman sudah berubah tajpl kami masih tetap mempertahankan bahan-bahan dan cita rasa jenang suro seperti yang pernah dibuat nenek moyang kami,” tambahnya. Berdasar pantauan Jawa Pos Radar Banyuwangi, tradisi membuat jenang suro mulai jarang dilakukan masyarakat Suku Osing. Hanya beberapa orang yang mempertahankan tradisi itu dengan berbagai alasan ada yang mengaku tidak tahu maknanya, ada juga yang sudah disibukkan tradisi-tradisi lain. 

“Warga di sini hanya beberapa keluarga saja yang masih membuat jenang suro, karena sudah banyak yang melakukan tradisi yatiman. Itu juga dilakukan pada bulan Muharam, “tambah Amalah warga Dusun Krajan, Desa Parijatah Kulon. Sekadar tahu, sebelum jenang suro dibagikan kepada tetangga, biasanya diawali pembawaan doa khusus keselamatan dan rasa syukur.

Lafal doanya adalah nawaitu saumagodin min yaumil asyuro sunatan Iillahitaala. Allahuma Innaka nasaluka salamatanfiddin walafiyatan waljasad, waziadatan lil ilmi wabarakatan riszky, wataubatan kablal maut, warohmatal indalmaut, wamagbiratan bakdal maut, allahuma hawinn fisakaratul maut. Menurut Sanusi, doa tersebut dibacakan sebelum jenang di bagikan. Tujuannya, jenang yang di bagikan tersebut semoga bermanfaat bagi warga yang mendapatkannya dan di beri barokah oleh Tuhan. “Selain itu, juga demi keselamatan dunia akhirat dan sebagai ungkapan rasa syukur karena telah diberi umur panjang oleh Allah.” tuturnya. (radar)