sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Keluarga besar Universitas Gadjah Mada kehilangan salah satu putra terbaiknya.
Prof. Dr. Sukamdi, M.Sc., Guru Besar Fakultas Geografi UGM, berpulang pada Minggu, 16 November 2025, di usia 65 tahun.
Almarhum menghembuskan napas terakhir di Rumah Sakit Akademik UGM, tempat ia sering memberikan kontribusi melalui kajian akademiknya. Hari itu juga, almarhum dimakamkan di Pemakaman Keluarga UGM Sawitsari.
Sebelum prosesi pemakaman, jenazah terlebih dahulu disemayamkan di Balairung UGM, ruang sakral yang selama ini menjadi tempat penghormatan terakhir bagi tokoh-tokoh besar kampus.
Sejumlah pejabat universitas, kolega, mahasiswa, hingga alumni datang silih berganti untuk memberikan doa dan penghormatan terakhir.
Suasana Balairung berubah hening namun penuh haru. Doa dipanjatkan, salat jenazah dilaksanakan, dan penghormatan terakhir diberikan dengan penuh takzim bagi sosok akademisi yang telah mengabdi puluhan tahun di bidang geografi kependudukan.
“Bapak adalah pusat keluarga kami.” – Kenangan dari Sang Putri
Di tengah suasana duka, Dyani Priamsari, putri pertama almarhum, menyampaikan rasa kehilangan mendalam.
Dengan suara bergetar, ia mengenang ayahnya sebagai sosok yang penuh perhatian dan selalu mampu menjadi sandaran keluarga.
“Bapak adalah figur sentral keluarga. Suami yang baik, ayah yang penyayang, dan kakek yang selalu hadir untuk anak cucunya,” ucapnya, seperti dilansir dari laman ugm.ac.id.
Dyani juga memohon doa terbaik bagi almarhum serta membuka pintu maaf bagi siapa pun yang pernah berinteraksi dan memiliki urusan yang belum terselesaikan.
“Kami mohon maaf apabila sepanjang hidup Bapak pernah khilaf atau menyakiti hati. Jika ada hal-hal yang belum terselesaikan, mohon dapat menghubungi kami,” katanya di hadapan para pelayat.
Kata-kata Dyani mengundang sesenggukan dari sebagian hadirin yang mengenal dekat pribadi almarhum. Banyak yang menyebut Prof. Sukamdi adalah sosok yang rendah hati, bersahaja, dan selalu siap membantu.
Rektor UGM Turut Berbelasungkawa: “Beliau adalah patron keteladanan.”
Rektor UGM, Prof. Ova Emilia, M.Med., Ed., Sp.OG(K), Ph.D., hadir langsung memberikan penghormatan. Dalam sambutannya, ia menyampaikan duka cita mendalam atas kepergian Prof. Sukamdi.
“Saya atas nama keluarga besar Universitas Gadjah Mada menghaturkan ungkapan duka cita atas berpulangnya almarhum. Semoga almarhum mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT dan diterima segala amal ibadahnya,” ujar Rektor.
Page 2
Page 3
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang hadir mengiringi kepergian almarhum—baik kolega, mahasiswa, maupun masyarakat yang selama ini mengenal kontribusi besar Prof. Sukamdi.
Rektor menegaskan, almarhum adalah sosok akademisi yang tidak hanya mengajar, tetapi juga membangun fondasi keilmuan geografi kependudukan di Indonesia.
Jejak Panjang Dedikasi Seorang Ilmuwan Kependudukan
Prof. Sukamdi telah mengabdikan puluhan tahun hidupnya pada kajian Geografi Penduduk dan Demografi. Ia dikenal luas oleh komunitas akademik sebagai pakar dalam isu:
-
migrasi dan urbanisasi,
-
pembangunan wilayah,
-
kemiskinan,
-
ketenagakerjaan, dan
-
dinamika kependudukan Indonesia.
Selain itu, perjalanan karier beliau penuh kontribusi kelembagaan. Almarhum pernah menjabat sebagai:
-
Wakil Dekan Bidang Akademik dan Penelitian Fakultas Geografi UGM (2008–2012)
-
Kepala Laboratorium Kependudukan dan Sumberdaya Ekonomi UGM (2022–2025)
Jejak pengabdian tersebut menjadi bukti bahwa almarhum bukan sekadar akademisi, melainkan penopang pengembangan ilmu demografi di Indonesia.
“Beliau adalah guru bagi semua. Patron keteladanan. Kita beruntung pernah diberi kesempatan berinteraksi dengan beliau,” pungkas Rektor Ova.
Prosesi Pemakaman Berjalan Khidmat
Usai disalatkan di Balairung, jenazah almarhum dibawa menuju Pemakaman Keluarga UGM Sawitsari. Arak-arakan mobil jenazah diiringi oleh civitas akademika yang berjalan perlahan, menandai penghormatan terakhir kepada ilmuwan yang dikenal lembut dan penuh integritas.
Di area pemakaman, keluarga menabur bunga sambil memanjatkan doa. Para kolega pun tak kuasa menahan air mata ketika pusara itu ditutup.







