RadarBanyuwangi.id – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kembali menyerang hewan ternak di beberapa daerah di Jawa Timur, termasuk di Kabupaten Banyuwangi, ternyata berdampak serius pada stok sapi di Bumi Blambangan. Jumlah sapi di pasar, semakin menurun, Jumat (24/1).
Selama tiga minggu terakhir ini, jumlah sapi yang beredar di Pasar Hewan Glenmore yang berlokasi di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, terus turun. Saat pasaran Jumat (24/1), hanya ada 37 ekor sapi yang dibawa peternak ke pasar.
Baca Juga: Pohon Beringin di Pasar Hewan Rogojampi Jadi Tempat Bernaung Manusia dan Ternak
“Hari ini (kemarin) tambah sedikit jumlahnya, hanya ada 37 ekor saja,” kata Kepala Pasar Hewan Glenmore, Slamet Budiono.
Menurut Slamet, 37 ekor sapi yang ada di pasar hewan ini turun jauh dibandingkan dua minggu sebelumnya. Pada Jumat (10/1) lalu, ada 90 ekor sapi yang dibawa peternak ke pasar.
Padahal, saat itu penyekatan sapi dari luar Banyuwangi sudah diterapkan. “Jumat (17/1) ada 50-an ekor sapi yang datang, sedangkan hari ini sangat sedikit,” ujarnya.
Dari 37 ekor sapi yang dibawa pedagang dan peternak sapi ke pasar itu, sebagian besar dari wilayah Kecamatan Glenmore dan Kalibaru saja.
Baca Juga: ODGJ Hamil yang Digaruk Petugas Satpol PP di Pasar Rogojampi Sudah Pernah Melahirkan di Pasar Hewan Setahun Lalu
Sedangkan para pedagang dari Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh yang biasanya merajai, hanya ada dua ekor sapi saja.
“Yang dari Cantuk saja hanya dua (ekor), sedangkan yang dari Kecamatan Pesanggaran tidak datang sama sekali,” paparnya.
Saking sepinya sapi yang ada di pasar, terang dia, banyak dari pedagang ternak yang meminta pengelola pasar untuk tutup selama beberapa waktu. Itu karena banyak pedagang yang takut hewannya tertular PMK.
“Tadi ada yang usul kalau ditutup dulu, ya dua minggulah, biasanya setelah tutup bisa ramai lagi,” ujarnya.
Baca Juga: Kasus PMK Merebak di Wilayah Banyuwangi, Harga Daging Sapi Bertahan
Slamet mengaku belum bisa memutuskan penutupan sesuai masukan sejumlah pedagang tersebut. Pasalnya, itu berkaitan dengan penyerapan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Banyuwangi.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 2
“Saya tidak bisa memutuskan, itu kewenangan dinas. Untuk bisa nyerap PAD, tidak bisa tutup sepihak,” ucapnya.
Untuk harga ternak, lanjut dia, saat ini juga tergolong murah. Sapi limosin yang biasanya laku sekitar Rp 15 juta, setelah kasus PMK ini harganya anjlok menjadi Rp 12 juta sampai Rp 13 juta per ekor.
Baca Juga: Sebaran Penyakit PMK Meluas, Harga Sapi di Banyuwangi Anjlok
“Tadi ada yang sudah laku Rp 13 juta, itu sudah turun sekali, beda sebelum (ada) PMK,” terangnya seraya menyebut sapi yang laku itu hanya antar pedagang saja.
Salah satu pedagang sapi, Nur Wahid, 60, asal Desa Kalibaru Kulon, Kecamatan Kalibaru menyampaikan, banyak pedagang takut sapinya tertular PMK jika dibawa ke pasar, itu yang menurutnya menjadi dasar pedagang mengusulkan penutupan sementara pasar.
“Selain penjualan menurun, mungkin dengan dengan jeda waktu itu virusnya sudah berkurang,” katanya.(sas/abi)
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang kembali menyerang hewan ternak di beberapa daerah di Jawa Timur, termasuk di Kabupaten Banyuwangi, ternyata berdampak serius pada stok sapi di Bumi Blambangan. Jumlah sapi di pasar, semakin menurun, Jumat (24/1).
Selama tiga minggu terakhir ini, jumlah sapi yang beredar di Pasar Hewan Glenmore yang berlokasi di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore, terus turun. Saat pasaran Jumat (24/1), hanya ada 37 ekor sapi yang dibawa peternak ke pasar.
Baca Juga: Pohon Beringin di Pasar Hewan Rogojampi Jadi Tempat Bernaung Manusia dan Ternak
“Hari ini (kemarin) tambah sedikit jumlahnya, hanya ada 37 ekor saja,” kata Kepala Pasar Hewan Glenmore, Slamet Budiono.
Menurut Slamet, 37 ekor sapi yang ada di pasar hewan ini turun jauh dibandingkan dua minggu sebelumnya. Pada Jumat (10/1) lalu, ada 90 ekor sapi yang dibawa peternak ke pasar.
Padahal, saat itu penyekatan sapi dari luar Banyuwangi sudah diterapkan. “Jumat (17/1) ada 50-an ekor sapi yang datang, sedangkan hari ini sangat sedikit,” ujarnya.
Dari 37 ekor sapi yang dibawa pedagang dan peternak sapi ke pasar itu, sebagian besar dari wilayah Kecamatan Glenmore dan Kalibaru saja.
Baca Juga: ODGJ Hamil yang Digaruk Petugas Satpol PP di Pasar Rogojampi Sudah Pernah Melahirkan di Pasar Hewan Setahun Lalu
Sedangkan para pedagang dari Desa Cantuk, Kecamatan Singojuruh yang biasanya merajai, hanya ada dua ekor sapi saja.
“Yang dari Cantuk saja hanya dua (ekor), sedangkan yang dari Kecamatan Pesanggaran tidak datang sama sekali,” paparnya.
Saking sepinya sapi yang ada di pasar, terang dia, banyak dari pedagang ternak yang meminta pengelola pasar untuk tutup selama beberapa waktu. Itu karena banyak pedagang yang takut hewannya tertular PMK.
“Tadi ada yang usul kalau ditutup dulu, ya dua minggulah, biasanya setelah tutup bisa ramai lagi,” ujarnya.
Baca Juga: Kasus PMK Merebak di Wilayah Banyuwangi, Harga Daging Sapi Bertahan
Slamet mengaku belum bisa memutuskan penutupan sesuai masukan sejumlah pedagang tersebut. Pasalnya, itu berkaitan dengan penyerapan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Banyuwangi.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.