Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Wali Murid Grajagan Kesulitan Angkutan

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

Dua-siswa-SMA-berboncengan-naik-motor-berangkat-ke-sekolah-kemarin

PURWOHARJO – Warga di Dusun Grajagan Pantai dan Kampung Baru, Desa Grajagan, Kecamatan Purwoharjo, Banyuwangi, kini banyak dibuat repot saat bepergian, terutama yang tidak memiliki motor atau mobil.

Kendaraan angkutan umum yang biasa melayani warga dengan jurusan Benculuk-Grajagan sudah lama tidak beroperasi. Yang membuat repot lagi, para wali murid yang anaknya sekolah ke luar wilayah Grajagan.

“Dulu ada MPU (mobil penumpang umum), sekarang tidak ada lagi,” cetus Elya Mujianto, 43, salah seorang warga Dusun Grajagan Pantai, Desa Grajagan. Gara-gara tidak ada MPU itu, para orang tua yang ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah SMP atau SMA terpaksa harus membelikan motor.

“Kalau orang tuanya tidak mampu, kadang juga menumpang pada temannya yang punya motor,” ujarnya. Di sekitar pesisir pantai Grajagan, terang dia, selama ini ada satu SD dan satu MI. Selain itu, di daerahnya ada SMPN Satu  Atap (Satap). Tidak semua siswa yang lulus SD dan MI, bisa ditampung di SMPN Satap karena kuota yang terbatas.

“Ada yang tidak bisa melanjutkan sekolah karena tidak punya motor,” ungkapnya. Untuk siswa yang sudah lulus SMP, jelas dia, untuk melanjutkan pendidikan harus ke luar Grajagan, seperti ke Purwoharjo atau ke Kecamatan Cluring dan Tegaldlimo. Untuk ke daerah yang sudah ada SMA itu, jaraknya juga cukup jauh.

“Kadang kami juga was-was jika sampai sore anak belum pulang sekolah,” cetusnya. Untuk membantu siswa bisa  sekolah, warga berharap ada bussekolah atau MPU yang melayani rute ke daerahnya. Sehingga, para  pelajar SMP dan SMA dari Dusun Grajagan Pantai dan Dusun Kampung Baru, Desa Grajagan, bisa ke sekolah dengan tenang.

“Jika  ada bus sekolah, kami justru lebih senang karena merasa aman dan nyaman,” ungkapnya. Selama ini para orang tua yang menyekolahkan anaknya di SMP dan SMA, harus bekerja keras. Selain memikirkan biaya pendidikan, mereka juga dituntut memikirkan biaya transportasi dan akomodasi untuk setiap harinya.

“Kalau ada ikan tangkapan masih bisa memberi uang saku, tapi kalau cuaca buruk dan ikan sepi, bagaimana?” katanya. (radar)