sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Duka menyelimuti dunia pedalangan Indonesia. Dalang legendaris Ki Anom Suroto, maestro wayang kulit asal Solo, berpulang pada Kamis (23/10/2025).
Namun, di balik kepergiannya, dua warisan budaya yang ia rawat dengan sepenuh hati akan tetap hidup melalui tangan sang putra, Ki Bayu Aji.
Warisan Tradisi Rebo Legen
Salah satu peninggalan berharga Ki Anom Suroto adalah tradisi Rebo Legen, sebuah kegiatan rutin setiap Rabu Legen yang memadukan doa bersama, pagelaran wayang, dan silaturahmi antar-seniman Jawa.
Tradisi ini telah menjadi ajang sakral yang mempererat hubungan antar pelaku seni pedalangan sekaligus menjaga roh kebudayaan Jawa tetap menyala.
Kini, Ki Bayu Aji — yang juga seorang dalang muda — memastikan tradisi itu tidak akan hilang bersama kepergian ayahnya.
“Kami akan terus melanjutkan Rebo Legen seperti amanah bapak. Tradisi ini bukan sekadar acara, tapi wujud cinta pada budaya,” ujarnya.
Kebon Seni, Rumah Para Dalang Muda
Selain Rebo Legen, warisan lain yang tak kalah berharga adalah kebon seni — sebuah sanggar besar di kawasan Makamhaji, Sukoharjo, yang selama ini menjadi pusat kegiatan budaya dan tempat berkumpulnya dalang-dalang muda.
Di kebon itulah, banyak generasi baru wayang kulit ditempa langsung oleh Ki Anom Suroto.
Setelah sang maestro berpulang, Ki Bayu Aji bertekad menjadikan kebon tetap hidup sebagai ruang ekspresi dan pembelajaran seni pedalangan.
“Kebon ini bukan hanya tempat latihan, tapi simbol perjuangan dan pengabdian bapak terhadap seni wayang,” tuturnya.
Spirit yang Tak Pernah Padam
Bagi keluarga dan para muridnya, Ki Anom Suroto bukan sekadar dalang — ia adalah guru kehidupan yang menanamkan nilai kesabaran, disiplin, dan kecintaan terhadap budaya Jawa.
Meski raga telah tiada, semangatnya tetap hidup dalam setiap sabetan wayang dan alunan gending yang berkumandang di kebon peninggalannya.
“Kepergian beliau memang meninggalkan duka, tapi juga meninggalkan tanggung jawab besar bagi kami untuk menjaga warisannya,” ungkap salah satu pengrawit yang sering mendampingi Ki Anom dalam pentas.
Pelestarian Budaya yang Berlanjut
Dengan dilanjutkannya tradisi Rebo Legen dan kegiatan di kebon seni Makamhaji, keluarga besar Ki Anom Suroto berharap semangat sang maestro tetap menginspirasi seniman muda di seluruh Indonesia.
Page 2
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Duka menyelimuti dunia pedalangan Indonesia. Dalang legendaris Ki Anom Suroto, maestro wayang kulit asal Solo, berpulang pada Kamis (23/10/2025).
Namun, di balik kepergiannya, dua warisan budaya yang ia rawat dengan sepenuh hati akan tetap hidup melalui tangan sang putra, Ki Bayu Aji.
Warisan Tradisi Rebo Legen
Salah satu peninggalan berharga Ki Anom Suroto adalah tradisi Rebo Legen, sebuah kegiatan rutin setiap Rabu Legen yang memadukan doa bersama, pagelaran wayang, dan silaturahmi antar-seniman Jawa.
Tradisi ini telah menjadi ajang sakral yang mempererat hubungan antar pelaku seni pedalangan sekaligus menjaga roh kebudayaan Jawa tetap menyala.
Kini, Ki Bayu Aji — yang juga seorang dalang muda — memastikan tradisi itu tidak akan hilang bersama kepergian ayahnya.
“Kami akan terus melanjutkan Rebo Legen seperti amanah bapak. Tradisi ini bukan sekadar acara, tapi wujud cinta pada budaya,” ujarnya.
Kebon Seni, Rumah Para Dalang Muda
Selain Rebo Legen, warisan lain yang tak kalah berharga adalah kebon seni — sebuah sanggar besar di kawasan Makamhaji, Sukoharjo, yang selama ini menjadi pusat kegiatan budaya dan tempat berkumpulnya dalang-dalang muda.
Di kebon itulah, banyak generasi baru wayang kulit ditempa langsung oleh Ki Anom Suroto.
Setelah sang maestro berpulang, Ki Bayu Aji bertekad menjadikan kebon tetap hidup sebagai ruang ekspresi dan pembelajaran seni pedalangan.
“Kebon ini bukan hanya tempat latihan, tapi simbol perjuangan dan pengabdian bapak terhadap seni wayang,” tuturnya.
Spirit yang Tak Pernah Padam
Bagi keluarga dan para muridnya, Ki Anom Suroto bukan sekadar dalang — ia adalah guru kehidupan yang menanamkan nilai kesabaran, disiplin, dan kecintaan terhadap budaya Jawa.
Meski raga telah tiada, semangatnya tetap hidup dalam setiap sabetan wayang dan alunan gending yang berkumandang di kebon peninggalannya.
“Kepergian beliau memang meninggalkan duka, tapi juga meninggalkan tanggung jawab besar bagi kami untuk menjaga warisannya,” ungkap salah satu pengrawit yang sering mendampingi Ki Anom dalam pentas.
Pelestarian Budaya yang Berlanjut
Dengan dilanjutkannya tradisi Rebo Legen dan kegiatan di kebon seni Makamhaji, keluarga besar Ki Anom Suroto berharap semangat sang maestro tetap menginspirasi seniman muda di seluruh Indonesia.