RadarBanyuwangi.id – Masyarakat Dusun Sukorejo, Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh menggelar mocoan Lontar Yusup, Selasa (16/4).
Itu dilakukan dalam rangka bersih dusun. Tradisi mocoan lontar Yusup itu dilakukan oleh kelompok mocoan Lontar Yusup Banyuwangi yang dipimpin Suhaimi, Ketua Adat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.
Lontar Yusup itu puisi naratif tentang kehidupan salah seorang Nabi Yusuf.
Kisah ini merentangkan perjalanan hidup seorang utusan Tuhan (duta nabi luwih) sejak usia dua belas tahun kala bermimpi tentang matahari, bulan, dan sebelas bintang bersujud kepadanya, sampai naik takhta menjadi penguasa Mesir.
Baca Juga: Memasuki Akhir Libur Lebaran, Wisata Alam Masih Jadi Pilihan Utama Masyarakat
Naskah Lontar Yusup yang dibaca Suhaimi, diletakkan di atas bantal, secara bergantian dikelililingkan di antara para penembang.
“Sesi mocoan Lontar Yusup itu sebuah laku ritual yang memiliki tata cara dan perangkat yang khusus, bukan sekadar pembacaan tembang biasa,” cetus Ketua Adat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Suhaimi.
Menurut Suhaimi, dalam kitab Lontar Yusup ada nama-nama tembang cara Osing, diantaranya kasmaran samudana, kasmaran artati, kasmaran gleyong, kasmaran pinangsang, kasmaran pungkas, rancagan, pangkur suba-suba, cahyanira lanang, cahyanira wadon, pager guling, dan arum-arum celukan.
Baca Juga: Usir Pagebluk, Masyarakat Desa Olehsari Banyuwangi Gelar Ritual Seblang
Juga ada sinom kedenda, durma sumadiya, durma wadon, pangkur timbang, sinom kere, pangkur jungut, sinom onang-onang, sinom kunjara, sinalenggeng, slobog, dan pangkur gleyong (glengseran).
“Tidak mungkin orang dahulu mewariskan tradisi mocoan Lontar Yusup ini jika tidak memiliki nilai manfaat. Maka, ini harus terus dijaga dan dilestarikan sampai anak cucu dari generasi ke generasi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Lemahbang Kulon, Subandiyo mengatakan tradisi mocoan Lontar Yusuf ini sudah ada sejak dulu. Hanya saja sempat terhenti karena tidak ada pembacanya.
Baca Juga: Kontroversial! Wasit Pertandingan Timnas Qatar Vs Indonesia Kini Terancam: PSSI Siapkan Surat Protes Ke AFC
“Kami bersyukur tradisi ini bisa kembali dilestarikan, semoga pemuda kami bisa belajar mocoan Lontar Yusup ini,” katanya.
Page 2
Rabu, 17 April 2024 | 09:51 WIB
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Masyarakat Dusun Sukorejo, Desa Lemahbang Kulon, Kecamatan Singojuruh menggelar mocoan Lontar Yusup, Selasa (16/4).
Itu dilakukan dalam rangka bersih dusun. Tradisi mocoan lontar Yusup itu dilakukan oleh kelompok mocoan Lontar Yusup Banyuwangi yang dipimpin Suhaimi, Ketua Adat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah.
Lontar Yusup itu puisi naratif tentang kehidupan salah seorang Nabi Yusuf.
Kisah ini merentangkan perjalanan hidup seorang utusan Tuhan (duta nabi luwih) sejak usia dua belas tahun kala bermimpi tentang matahari, bulan, dan sebelas bintang bersujud kepadanya, sampai naik takhta menjadi penguasa Mesir.
Baca Juga: Memasuki Akhir Libur Lebaran, Wisata Alam Masih Jadi Pilihan Utama Masyarakat
Naskah Lontar Yusup yang dibaca Suhaimi, diletakkan di atas bantal, secara bergantian dikelililingkan di antara para penembang.
“Sesi mocoan Lontar Yusup itu sebuah laku ritual yang memiliki tata cara dan perangkat yang khusus, bukan sekadar pembacaan tembang biasa,” cetus Ketua Adat Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Suhaimi.
Menurut Suhaimi, dalam kitab Lontar Yusup ada nama-nama tembang cara Osing, diantaranya kasmaran samudana, kasmaran artati, kasmaran gleyong, kasmaran pinangsang, kasmaran pungkas, rancagan, pangkur suba-suba, cahyanira lanang, cahyanira wadon, pager guling, dan arum-arum celukan.
Baca Juga: Usir Pagebluk, Masyarakat Desa Olehsari Banyuwangi Gelar Ritual Seblang
Juga ada sinom kedenda, durma sumadiya, durma wadon, pangkur timbang, sinom kere, pangkur jungut, sinom onang-onang, sinom kunjara, sinalenggeng, slobog, dan pangkur gleyong (glengseran).
“Tidak mungkin orang dahulu mewariskan tradisi mocoan Lontar Yusup ini jika tidak memiliki nilai manfaat. Maka, ini harus terus dijaga dan dilestarikan sampai anak cucu dari generasi ke generasi,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Desa Lemahbang Kulon, Subandiyo mengatakan tradisi mocoan Lontar Yusuf ini sudah ada sejak dulu. Hanya saja sempat terhenti karena tidak ada pembacanya.
Baca Juga: Kontroversial! Wasit Pertandingan Timnas Qatar Vs Indonesia Kini Terancam: PSSI Siapkan Surat Protes Ke AFC
“Kami bersyukur tradisi ini bisa kembali dilestarikan, semoga pemuda kami bisa belajar mocoan Lontar Yusup ini,” katanya.