Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Bangun Drainase, Anggarkan Rp 17 M

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Hujan lebat masih menghantui wilayah Banyuwangi dan sekitarnya. Tak jarang, karena hujan lebat di bulan Februari ini mengakibatkan beberapa genangan air di jalan raya. Tidak hanya jalanan yang kebanjiran, rumah  warga banyak yang terendam air.

Indikasi penyebabnya, selain karena intensitas hujan sangat lebat, juga karena disebabkan saluran drainase di wilayah Banyuwangi kota khususnya tidak berfungsi dengan baik. Antara volume air yang masuk ke drainase dengan volume drainase lebih banyak air yang masuk. Sehingga air pun  meluber kemana-mana untuk menuju  tempat yang lebih rendah.

Kepala Dinas Cipta Karya dan Penataan Ruang (CK-PR) Banyuwangi, Mujiono tidak menampik masalah drainase menjadi pemicu banjir di Banyuwangi. Untuk langkah-langkahnya, selain akan mengintensifkan pembangunan sumur resapan di beberapa titik, pemerintah juga akan melakukan pembangunan saluran drainase baru.

”Kita anggarkan Rp 17 miliar untuk membangun drainase baru, Rp 15 miliar untuk drainase, Rp 2 miliar untuk plat duiker di jalan masuk perkampungan atau perumahan,” kata Mujiono.  Dia menambahkan, untuk saluran drainase yang baru nanti difokuskan terlebih dahulu pemasangannya di beberapa titik yang menjadi langganan genangan air. Drainase yang baru nanti juga akan menggunakan model box culvert.

Dengan menggunakan box culvert diharapkan mampu mengurangi banjir genangan yang kerap terjadi di jalan protokol Banyuwangi saat hujan lebat terjadi.  ”Box culvert untuk memecah titik- titik luapan air,” tandasnya. Tidak hanya itu, pihak Dinas PU (CK-PR) juga mengupayakan untuk membangun beberapa  kolam penampungan hujan di sebelah timur perkotaan Banyuwangi.

Direncanakan ada lima  titik kolam penampungan air  hujan yang akan dibangun dengan lebar 20×20 meter dengan kedalaman kolam 3 meter. ”Kolam penampungan itu juga kami desain sebagai serapan air. Ada lima titik, satu kolam rata-rata  bisa menampung 200 meter gubik  air. Kolam itu nanti bisa digunakan saat emergency misalnya saat hujan lebat terjadi,” jelasnya.

Mujiono sebelumnya juga menyebutkan, selain karena drainase yang tidak berfungsi dengan baik,  pengendalian tata ruang di  Banyuwangi juga perlu diperhatikan lagi. Dia pun menyoroti pihak  pengembang perumahan di Banyuwangi yang kurang memperhatikan pembangunan tata ruang saluran drainase dari perumahan ke jalan raya. ”Alih fungsi lahan pertanian menjadi perumahan juga menjadi faktor mengapa ada banjir,” ungkapnya. (radar)