Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Saling Dorong, Pagar Kampus Untag Ambruk

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

BANYUWANGI – Keributan kembali terjadi di kampus Untag 1945 Banyuwangi, kemarin. Pagar pintu masuk kampus roboh setelah terjadi keributan antara Perpenas kubu Sugihartoyo dan Waridjan. Pemicunya dikarenakan beberapa orang dari kubu Sugihartoyo melarang lima orang guru yang sudah dipecat untuk masuk ke dalam sekolah.

Karena para guru itu merasa masih berhak mengajar, mereka memaksa untuk masuk. Terjadilah dorong-mendorong antara kedua belah pihak. Akibatnya pagar besi berwarna hitam itu kemudian roboh. Polisi yang berjaga di sekitar kawasan kampus turun tangan untuk menengahi kedua belah pihak.

Mereka kemudian memeriksa beberapa orang yang mengaku sebagai komite sekolah dan guru. Beberapa orang dari mereka pun terpaksa diminta keluar dari lingkungan Untag Banyuwangi. Sedangkan guru dan siswa diperbolehkan masuk untuk mengikuti pelajaran.

“Kita tetap lakukan pengamanan standar. Intinya jangan sampai ada konflik terbuka dan kerusakan materil. Tadi sempat ada beberapa  orang yang mengaku komite dan  guru, mereka menunjukkan SK dari Perpenas Pak Waridjan. Tapi karena berpotensi memanaskan situasi mereka kita minta keluar. Tadi juga personel kita tambah jadi 150 orang,”  ujar Kasat Sabhara Polres Banyuwangi, AKP Bashori Alwi.

Kepala SMAN 17 Agustus 1945 versi kubu Sugihartoyo, Sugeng  Hariyadi membenarkan sempat terjadi saling dorong karena pihaknya melarang lima orang  guru yang telah dipecat untuk  kembali ke sekolah. Ternyata, para guru itu memprovokasi siswa sehingga mereka ikut aksi  saling dorong supaya guru mereka bisa masuk.

“Tadi sempat dorong-dorongan,  siswa dan guru yang ada di SK  sebenarnya kita perbolehkan masuk. Tapi ada guru yang sudah dipecat ikut dalam barisan mereka  termasuk orang-orang yang  menga ku komite,” terang mantan guru BK itu.

Setelah seluruh siswa masuk,  Sugeng dan beberapa Wakasek  yang dangkat sesuai SK Perpenas Sugihartoyo kemudian memilih  minggir dari kantor sekolah. Dia  menganggap jika lebih baik saat  ini menahan diri sampai urusan  hukum diselesaikan.

“Kita ini hanya menjalankan perintah yayasan. Agar siswa SMA diurus oleh pengurus yang legal.  Karena takutnya akan ber dampak pada legalitas mereka. Sementara kita tidak ke kantor dulu, tapi tetap kita pantau,” jelasnya. Wakasek Sarpras SMA 17 Agustus  versi Perpenas Sugihar toyo Irfan  Hidayat menambahkan, saat ini  fokus mereka lebih kepada kelancaran pembelajaran siswa.

Dia menegaskan jika lima orang  guru yang telah dipecat tidak  diperkenankan untuk masuk ke  lingkungan sekolah. “Kalau mereka niatnya baik dan memang guru  pasti tidak akan merusak gerbang  seperti itu. Kita juga sudah punya guru pengganti dari lima guru yang  sudah di pecat itu,” imbuhnya.

Sementara itu, Wakasek  Kurikulum SMA 17 Agustus versi Perpenas Waridjan, Agus mengatakan insiden peristiwa robohnya pagar itu sebenarnya tidak usah terjadi jika para guru tidak  dihalangi untuk masuk. Terkait  siswa yang ikut-ikutan, mungkin bentuk solidaritas siswa kepada gurunya.

“Kita mau masuk dihalang-halangi, anak-anak sampai histeris. Sampai ada juga siswa yang mengklakson-klakson tapi  gurunya tidak boleh masuk. Padahal gurunya cuma mau mengajar,” ujar pria yang selalu menggunakan peci itu.

Sekadar diketahui, ada lima orang guru yang terdaftar dalam surat larangan yang dikeluarkan Perpenas versi Sugihartoyo. Mereka adalah Sunartono (Pak Anton), Mardi Sukoto, Agus Suryanto, Titin Dahliatiningsih dan Mastawa Isnaini. Berdasarkan  isi surat itu, kelimanya dilarang  masuk ke lingkungan SMA 17 Agustus 1945 Banyuwangi demi  menjaga kestabilan keamanan sekolah. (radar)