radarbanyuwangi.jawapos.com – M. Farid Wadji, 25, dan sepupunya, Denny Hermanto, 34, warga Desa Singolatren, Kecamatan Singojuruh, merupakan korban selamat dalam tragedi maut tenggelamnya KMP Tunu di perairan Selat Bali.
Keduanya sempat terpisah dalam kepanikan. Namun, secara tak terduga kembali bertemu di sekoci yang sama setelah berjam-jam terombang-ambing di laut dalam kondisi gelap gulita.
”Dalam hitungan tiga menit, kapal yang saya tumpangi karam tanpa alarm atau instruksi penyelamatan,’’ ujar Denny menceritakan detik-detik KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali saat ditemui di rumahnya di Desa Singolatren, Desa Singojuruh, Rabu (23/7).
Malam itu seharusnya menjadi awal perjalanan biasa ke Pulau Dewata. Farid dan adik sepupunya, Denny, menumpang KMP Tunu dari Pelabuhan Ketapang menuju Gilimanuk.
Namun, perjalanan yang dimulai dengan tenang berubah menjadi kekacauan dalam waktu tiga menit.
Dalam kondisi gelap disertai ombak tinggi, tanpa arahan dari kru kapal, keduanya hanya mengandalkan insting dan keberanian untuk bertahan hidup.
Malam itu keduanya hendak kembali ke Pulau Dewata untuk mengais rejeki sebagai pekerja proyek di Sanur.
“Jam setengah 10 malam kami berangkat dari rumah, naik travel ke pelabuhan. Sampai sana langsung naik kapal. Awalnya sih kapal berjalan normal, tidak ada tanda-tanda bahaya,” kenang Deni dengan suara lirih.
Denny duduk di dek atas bagian pinggir bersama adik sepupunya. Namun, situasi mendadak berubah menjelang tengah malam. Ombak meninggi, kapal mulai oleng. Tak ada peringatan dari awak kapal.
“Pas kapal sudah ke tengah, anak buah kapal (ABK) tiba-tiba lari-lari. Nggak ada yang ngomong, nggak ada yang kasih tahu apa-apa,” tutur Denny.
Kepanikan menyebar saat pelampung mulai dilempar ke laut. “Dilempar, bukan dibagikan. Orang-orang bingung. Saya ambil satu, kasih ke Farid, terus pakai juga. Tapi banyak yang cuma lihat saja, nggak langsung ikut,” lanjut Deni.
Waktu seolah berhenti. Dalam hitungan detik, lampu kapal mati, mesin terhenti, dan suara jeritan mulai terdengar di mana-mana.
Dalam suasana panik, keduanya terpisah. Deni terjepit di antara kerumunan orang, sementara Farid berhasil lompat ke laut sebelum kapal mulai terbalik dan tenggelam.
Denny mengaku sempat ikut tenggelam bersama kapal hingga dua meter. Beruntung, dia sudah mengenakan pelampung hingga membawa tubuhnya naik ke permukaan.
Page 2
Page 3
“Tiba-tiba kapal terbalik. Saya sempat ketarik arus kapal ke bawah, mungkin sedalam dua meter. Tapi saya paksa berenang ke atas,” ucapnya.
Berjam-jam lamanya Denny hanya terombang-ambing ombak Selat Bali. Dalam kondisi gelap tanpa cahaya, dia berharap bisa menemukan di mana sepupunya berada.
Tak disangka, tepat di belakangnya perahu sekoci karet mengembang perlahan. Denny dan penumpang lain begegas naik selagi bisa.
“Ada satu pelampung bundar (perahu sekoci). Yang naik 16 orang, cuma satu perempuan,” ungkapnya.
Sementara itu, Farid berusaha dengan susah payah berenang menggunakan pelambung yang sempat lepas dari tubuhnya.
Di tengah suasana panik, Farid menyaksikan bagaimana laut menelan kapal dalam waktu yang sangat singkat.
“Begitu saya lompat, lihat kapal terbalik dan langsung tenggelam. Hanya tiga menit saja kapal itu karam,” ungkapnya.
Tanpa disadari, mereka berdua berhasil naik perahu sekoci yang sama. Keduanya terombang-ambing berjam-jam tanpa arah di atas kapal kecil itu.
Hingga fajar menyinsing, cahaya mulai menyoroti lautan. Tampak satu- persatu wajah di atas kapal sekoci tersebut.
Di permukaan, Farid sempat kehilangan jejak adiknya. Dia akhirnya berteriak memanggil adik sepupunya tersebut.
Di sanalah keduanya bertemu kembali. Namun, perjuangan belum selesai. Masih banyak korban yang terapung meminta pertolongan, tapi pelampung sudah penuh.
“Ada yang minta tolong, tapi ABK bilang sudah Mas, biarin saja. Nanti pelampungnya bisa kebalik kalau ditambah. Kami cuma bisa diam, hati perih banget,” ungkap Farid.
Yang menyakitkan, tidak ada prosedur penyelamatan yang dijalankan malam itu. Tidak ada alarm. Tidak ada instruksi.
“Orang awam ya bingung. Harusnya ada alarm, harusnya ada arahan. Ini tidak ada sama sekali. Orang yang tidak tahu pasti cuma diam saja,’’ kata Farid.
Farid dan Denny akhirnya berhasil diselamatkan setelah mengapung berjam-jam di laut.