Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Animo Bekerja ke Korea Selatan Cukup Tinggi, 1.614 Calon PMI Mendaftar Program G to G

animo-bekerja-ke-korea-selatan-cukup-tinggi,-1.614-calon-pmi-mendaftar-program-g-to-g
Animo Bekerja ke Korea Selatan Cukup Tinggi, 1.614 Calon PMI Mendaftar Program G to G

Radarbanyuwangi.id – Minat pekerja muda Banyuwangi untuk bisa bekerja di luar negeri tergolong cukup tinggi.

Dalam sepekan terakhir, ribuan calon pekerja migran Indonesia (PMI) memenuhi Pos Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) Banyuwangi.

Tak hanya dari Banyuwangi, beberapa calon PMI dari Jember ikut beradu nasib agar bisa bekerja ke Korea Selatan. Salah satunya Femas, 20.

Remaja asal Ambulu, Jember itu mengaku sudah tujuh bulan mengikuti kursus bahasa Korea Selatan untuk mendapat kesempatan mengikuti program government to government (G to G).

Femas mengaku ikut mendaftar agar bisa bekerja di salah satu pabrik di Korea Selatan.

”Tahapannya masih panjang, ini baru verifikasi. Setelah itu ujian dua kali baru kemudian wawancara. Saya berharap bisa lolos,” ujarnya.

Femas menambahkan, proses seleksi akan berjalan cukup ketat. Sebab, dari 40 ribu pendaftar, hanya ada 7 ribu kuota yang disediakan oleh pemerintah Korea Selatan.

”Dari Jember ada 50 orang yang satu rombongan dengan saya. Nanti kami beradu saat ujian,” imbuhnya.

Koordinator Pos Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) Banyuwangi Feri Meriyanto mengatakan, program G to G antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan cukup diminati para calon pekerja migran.

Bahkan, setiap tahun bisa dibilang ada peningkatan yang cukup signifikan.

Pascapandemi Covid-19, program ini baru mulai berjalan lagi pada tahun 2023.

Tahun lalu, ada sekitar 400 pendaftar dari Banyuwangi dan Jember yang mengikuti program tersebut.

Sedangkan tahun ini ada sekitar 1.614 pendaftar yang ikut program tersebut.

”Proses verifikasi sampai tanggal 8 Maret. Kami cek lagi dokumennya, termasuk perekaman sidik jari. Selanjutnya, peserta mengikuti ujian.

Yang menentukan diterima tidaknya pemerintah Korea Selatan, termasuk kuotanya,” jelas Feri.


Page 2

Gorong-Gorong Tersumbat, Bulusan Banjir

Gorong-Gorong Tersumbat, Bulusan Banjir

Selasa, 5 Maret 2024 | 09:33 WIB

Barang Bintang di Pondok Banyak yang Hilang

Barang Bintang di Pondok Banyak yang Hilang

Senin, 4 Maret 2024 | 09:03 WIB

Gus Munib Ajak Santri Mandiri dalam Ekonomi

Gus Munib Ajak Santri Mandiri dalam Ekonomi

Senin, 4 Maret 2024 | 08:56 WIB


Page 3

Radarbanyuwangi.id – Minat pekerja muda Banyuwangi untuk bisa bekerja di luar negeri tergolong cukup tinggi.

Dalam sepekan terakhir, ribuan calon pekerja migran Indonesia (PMI) memenuhi Pos Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) Banyuwangi.

Tak hanya dari Banyuwangi, beberapa calon PMI dari Jember ikut beradu nasib agar bisa bekerja ke Korea Selatan. Salah satunya Femas, 20.

Remaja asal Ambulu, Jember itu mengaku sudah tujuh bulan mengikuti kursus bahasa Korea Selatan untuk mendapat kesempatan mengikuti program government to government (G to G).

Femas mengaku ikut mendaftar agar bisa bekerja di salah satu pabrik di Korea Selatan.

”Tahapannya masih panjang, ini baru verifikasi. Setelah itu ujian dua kali baru kemudian wawancara. Saya berharap bisa lolos,” ujarnya.

Femas menambahkan, proses seleksi akan berjalan cukup ketat. Sebab, dari 40 ribu pendaftar, hanya ada 7 ribu kuota yang disediakan oleh pemerintah Korea Selatan.

”Dari Jember ada 50 orang yang satu rombongan dengan saya. Nanti kami beradu saat ujian,” imbuhnya.

Koordinator Pos Pelayanan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P4MI) Banyuwangi Feri Meriyanto mengatakan, program G to G antara pemerintah Indonesia dan Korea Selatan cukup diminati para calon pekerja migran.

Bahkan, setiap tahun bisa dibilang ada peningkatan yang cukup signifikan.

Pascapandemi Covid-19, program ini baru mulai berjalan lagi pada tahun 2023.

Tahun lalu, ada sekitar 400 pendaftar dari Banyuwangi dan Jember yang mengikuti program tersebut.

Sedangkan tahun ini ada sekitar 1.614 pendaftar yang ikut program tersebut.

”Proses verifikasi sampai tanggal 8 Maret. Kami cek lagi dokumennya, termasuk perekaman sidik jari. Selanjutnya, peserta mengikuti ujian.

Yang menentukan diterima tidaknya pemerintah Korea Selatan, termasuk kuotanya,” jelas Feri.