Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Antre Solar Bikin Macet

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

anterGAMBIRAN – Kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar masih belum teratasi di Banyuwangi. Hingga kemarin (20/4), solar di sejumlah stasiun bahan bakar umum (SPBU) masih ba nyak yang kosong. Begitu pasokan solar tiba, antrean kendaraan di SPBU tidak bisa terelakkan. Seperti yang terjadi di SPBU Yosomulyo, Kecamatan Gambiran, Banyuwangi, kemarin siang. Puluhan kendaraan roda empat berbagai jenis, seperti truk, mobil, dan bus, mengantre untuk mengisi solar. Antrean tersebut berlangsung hingga berjam-jam.

Antrean itu menyebabkan ruas jalan poros Gambiran-Genteng macet. Sebab, halaman SPBU tersebut tidak mampu menampung banyaknya kendaraan yang antre mengisi solar. Akibatnya, puluhan kendaraan terpaksa antre hingga di badan jalan Diperoleh keterangan, para sopir memilih antre panjang ka rena takut tidak kebagian solar. Sikap para sopir itu dianggap se bagai aji mumpung. ‘’Kalau gak antre seperti ini, gak dapat solar,” cetus salah satu sopir saat antre di SPBU Yosomulyo kemarin.

Jemmy, petugas SPBU Yosomulyo mengatakan, pasokan dari Pertamina Tanjung Wangi Ba nyuwangi memang dibatasi. Dia menyebut, solar dikirim ke SPBU tersebut hanya tiga kali se pekan. ‘’Cuma dikirim 8.000 liter,” katanya kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi kemarin. Dia mengatakan, pasokan tersebut bisa habis dalam tem po beberapa jam saja. Dia menyebut, pasokan 8 Kilo Liter (KL) tiba di SPBU pukul 13.00, tapi sekitar pukul 19.00 sudah ludes terjual. ‘’Lima sam pai enam jam sudah habis,” ka ta nya.

Sementara itu, sejumlah po lisi tampak berjaga-jaga di SPBU tersebut. Polisi tidak bisa berbuat banyak terkait penumpukan kendaraan hingga meluber ke badan jalan itu. Mereka hanya menertibkan arus lalu lintas di jalan nasional tersebut. Antrean kendaraan juga terjadi di sejumlah SPBU lain, mi salnya di SPBU Dusun Curahketangi, Desa Setail, Kecamatan Genteng. Selain kendaraan, puluhan orang juga mengisi solar menggunakan jeriken.

Salah satu pembeli, Turi mengatakan, pembelian solar di SPBU tersebut tidak dibatasi. Ar tinya, berapa pun jumlah jeriken yang dibawa tidak ada la rangan. ‘’Bawa berapa saja jeriken tidak apa-apa. Saya bawa tiga jeriken, masing-masing berisi 30 liter,” kata warga Dusun Wadung Dolah, Desa Kaligondo, Kecamatan Genteng, itu. Sejak solar langka, Turi mengaku terpaksa mencari solar dengan cara keliling ke se jumlah SPBU.

Itu dilakukan karena kebutuhan solar sangat mendesak. ‘’Kalau gak ada solar, saya tidak bisa menyewakan sound system,’’ terangnya saat ditemui Jawa Pos Radar Banyuwangi Jumat sore lalu. Dia berharap, kelangkaan solar itu segera teratasi. Jika memang pemerintah akan menaikkan harga solar, ya naik kan saja. Desas-desus solar naik justru membuat warga kelimpungan. ‘’Sampai kapan begini terus,” keluhnya. (RADAR)

PERTAMINA SEBUT STOK BBM AMAN

SEMENTARA itu, kelangkaan bahan bakar minyak (BBM) jenis solar yang terjadi di sejumlah stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) di Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo, menurut Pertamina bukan karena kekurangan stok. Sebab, sampai saat ini stok solar untuk wilayah Provinsi Jawa Timur masih aman hingga akhir 2013 mendatang  Stok solar di terminal BBM Pertamina dalam jumlah yang aman,” cetus Asisten Customer Relation Pertamina Marketing Operation Region V (Jatim-Bali-Nusra), Rustam Aji, kemarin (20/4).

Sejumlah SPBU yang saat ini kekurangan solar, jelas Rustam, karena saat ini memang sedang di lakukan pengendalian. Tindakan itu dilakukan setelah kuota solar subsidi untuk wilayah Jawa Timur, dikurangi oleh pemerintah pusat dibanding tahun sebelumnya. “Dana subsidi untuk solar dalam APBN berkurang,” jelasnya. Menurut Rustam, pada 2012 lalu realisasi penyaluran BBM je nis solar mencapai 2.08 juta kilo liter (KL). Sementara itu, tahun 2013 ini BBM jenis solar subsidi hanya 1.91 juta KL.

Padahal, jelas dia, selama setahun ada penambahan jumlah kendaraan dan pertumbuhan ekonomi. “Pengurangan subsidi ini yang memaksa kita melakukan pengendalian pendistribusian solar,” katanya. Kebijakan pengendalian pendistribusian BBM solar ini, terang dia, dilakukan agar kuota yang ada tetap aman hingga akhir 2013. Pengendalian tersebut dilakukan sejak awal April 2013 lalu. “Dalam pengendalian ini, penyaluran kita kurangi 5 persen dibanding tahun 2012 lalu,” sebutnya. Untuk wilayah Kabupaten Banyuwangi, jelas dia, kuota solar subsidi dari pemerintah pada 2013 ini mencapai 79.7 ribu KL.

Padahal, penyaluran solar subsidi pada 2012 lalu mencapai 86.9 ribu KL. “Di Banyuwangi ada 38 SPBU, dan ada pengurangan subsidi solar cukup banyak,” ungkapnya. Di wilayah Kabupaten Situbondo yang memiliki 12 SPBU, beber dia, kuota solar subsidi dari pemerintah pada 2013 hanya 36.6 ribu KL. Padahal, jelas dia, penyaluran solar subsidi pada 2012 mencapai 39.9 ribu KL. “Karena ada pengurangan subsidi ini, pasokan untuk SPBU dikurangi,” katanya.

Untuk mengantisipasi kekurangan solar, masih kata dia, Pertamina sebenarnya sudah menyediakan BBM solar nonsubsidi.  Solar nonsubsidi itu telah dikirim ke sejumlah SPBU, termasuk yang ada di wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Situbondo. “Di Banyuwangi ada dua SPBU yang melayani solar nonsubsidi,” ujarnya. Kedua SPBU yang menyediakan solar nonsubsidi itu, sebut dia, SPBU 51.684.38 di Jalan Gatot Subroto, Ketapang, Banyuwangi, dan SPBU 54.684.23 di Desa Ketapang, Kecamatan Kalipuro.

Selain itu, juga ada dua SPBU yang melayani Pertamina Dex, yakni SPBU 54.684.06 di Jalan Brawijaya, Banyuwangi, dan SPBU 54.684.37 di Jalan Banterang, Banyuwangi. Di Kabupaten Situbondo, SPBU yang melayani solar nonsubsidi dan Pertamina Dex hanya ada di SPBU Jalan Raya Kapongan, Situbondo. “Untuk solar nonsubsidi, ke bu tuhan solar berapa pun akan terlayani,” katanya. (RADAR)

BISA MEMICU LONJAKAN HARGA SEMBAKO

SEMENTARA itu, rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) mulai berdampak di daerah. Saat ini, sejumlah barang kebutuhan pokok harganya mulai merangkak naik walau grafiknya belum terlalu signifikan. Seperti harga daging ayam broiler, kini harganya merangkak naik ke angka Rp 21.400 per kilogram. Minggu lalu harga jual daging ayam broiler masih bertengger di angka Rp 20.800. Selain daging ayam broiler, harga telur ayam juga mulai merangkak naik.

Saat ini, harga telur ayam naik menjadi Rp 14.100 dari harga sebelumnya Rp 13.800. Harga lombok besar juga melonjak jadi Rp 18.600. Minggu lalu, lombok besar masih diperdagangkan Rp 17.800 per kilogramnya. Cabai kecil harganya masih stabil, dan tidak berpengaruh pada rencana kenaikan harga BBM. “Harga kacang hijau juga naik menjadi Rp 12.800 dari minggu lalu Rp 12.400,” ungkap Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Pertambangan (Disprindagtam) Banyuwangi, Hary Cahyo Purnomo.

Pihaknya sudah melakukan survei di sejumlah pasar untuk mencari penyebab kenaikan harga itu. Penyebab kenaikan harga itu, karena isu rencana kenaikan harga BBM. “Pedagang mulai menghitung biaya transportasi jika kelak BBM naik. Sehingga, isu itu mempengaruhi naiknya harga kebutuhan pokok,” katanya. Harga bawang putih, kata Hary, saat ini sudah stabil. Harga bawang putih di pasaran berkisar antara Rp 16.500 hingga Rp 17 ribu per satu kilogram.

Harga bawang merah masih belum stabil dan relatif tinggi di angka Rp 45 ribu. Harga normal bawang merah sebesar Rp 15 ribu. “Pemprov bersama pemkab dan pemkot sedang merumuskan pengendalian harga bawang merah,” jelas Hary. Kenaikan harga bawang merah beberapa waktu lalu, kata Hary, disebabkan kelangkaan barang. Kelangkaan itu terjadi karena barang tidak terdistribusi ke pasar dan menumpuk di pelabuhan. Menghindari kejadian itu, lanjut Hary, pihaknya sudah mengusulkan ke Pemprov Jatim untuk menggunakan Pelabuhan Tanjung Wangi sebagai sarana pendistribusian bawang merah dan bawang putih.

Sebab, Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, sudah tidak mampu menampung peti kemas. “Akibatnya, barang menjadi langka dan harganya melonjak,” kata Hary. Saat ini, Pemprov Jatim sedang mengkaji usul yang disampaikan Banyuwangi. “Produk si bawang merah cukup terbatas. Agar distribusi tidak mempengaruhi harga, maka saya sarankan pendistribusiannya melalui Pelabuhan Tanjung Wangi,” tambahnya. (radar)