Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Banyuwangi jadi Percontohan Budi Daya Udang Berkelanjutan

banyuwangi-jadi-percontohan-budi-daya-udang-berkelanjutan
Banyuwangi jadi Percontohan Budi Daya Udang Berkelanjutan

JAKARTA, KOMPAS.com – Banyuwangi terpilih menjadi lokasi percontohan nasional untuk budi daya udang berkelanjutan melalui Shrimp Improvement Program (SIP).

Program budi daya ini merupakan hasil kolaborasi antara Konservasi Indonesia (KI), Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, industri udang, perguruan tinggi, dan kelompok petambak lokal di Desa Wringinputih, Kecamatan Muncar.

Program ini dirancang untuk menjawab dua tantangan besar industri udang, keberlanjutan ekosistem pesisir dan daya saing produk di pasar global.

Baca juga: Ekspor Udang ke AS Tetap Jalan, Pemerintah Siapkan MoU Sertifikasi dengan FDA

Dalam program ini, SIP mengintegrasikan sistem tambak dengan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), sehingga limbah budi daya tidak langsung dibuang ke laut.

Cara ini terbukti menekan risiko gagal panen akibat penyakit, sekaligus menjaga kualitas air dan lingkungan di sekitar tambak.

Sejak Januari 2024, Konservasi Indonesia mendampingi kelompok petambak di Desa Wringinputih melalui program Climate Smart Shrimp Aquaculture (CSSA), yang akan berlangsung hingga 2027.

CSSA menggabungkan pengelolaan air bersih, IPAL, dan restorasi hutan mangrove dalam satu sistem produksi. Pendekatan ini tak hanya penting untuk menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga meminimalkan risiko kontaminasi pada udang dan meningkatkan kesejahteraan petambak.

“Kami percaya keberhasilan program ini akan membawa manfaat ganda: menjaga lingkungan pesisir dan mangrove sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. Kolaborasi lintas sektor tentunya sangat penting agar praktik ramah lingkungan menjadi standar baru dalam industri udang,” kata Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, saat membuka Banyuwangi Shrimp Fair (BSF) 2025, yang digelar 14–16 Oktober di El Hotel Banyuwangi.

Selain menjadi tempat bertemunya para pelaku industri dan petambak, Forum BSF 2025 juga menjadi ruang bertemunya para peneliti dan pembuat kebijakan.

Sementara itu, Senior Ocean Program Advisor Konservasi Indonesia, Victor Nikijuluw menyampaikan juga pentingnya arah baru dalam budi daya udang nasional, yakni dengan pendekatan ilmiah dalam mengelola kawasan tambak.

KI pun, kata dia, telah menerapkan pendekatan yurisdiksi (jurisdictional approach) yang menyelaraskan tujuan sosial, ekonomi, dan konservasi lintas sektor (KLS).

Baca juga: Ketika Udang Jadi Korban Nuklir

KLS merupakan tempat berjumpa para pelaku industri dan petambak untuk menggali ide bersama dalam memecahkan tantangan. Harapannya, KLS Banyuwnagi akan mulai bekerja efektif setelah secara resmi dibentuk oleh Bupati.

“Konsep budi daya ramah lingkungan tak hanya soal teknologi pengolahan limbah. Yang utama adalah membangun kapasitas petambak, melalui pelatihan dan transfer pengetahuan, kami dukung petambak memahami pentingnya menjaga kualitas air, mencegah penyakit, dan menerapkan nature-based solutions (NBS) agar produktivitas budi daya udang aman serta ekosistem pesisir tetap sehat,” papar dia.

Tampung Limbah dari Tambak

Victor menjelaskan, KI bersama mitra tengah membangun IPAL komunal yang mampu menampung limbah dari 13 hingga 15 petambak sekaligus di Desa Wringinputih.

Air hasil olahan IPAL akan kembali ke laut dalam kondisi aman. Di sisi lain, kawasan mangrove seluas 4,1 hektare juga direstorasi dari total area tambak sekitar 406 hektare di desa ini.


Page 2

Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat

QR Code Kompas.com

Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app