RADARBANYUWANGI.ID – Bulan Muharram, yang secara harfiah berarti “bulan yang diharamkan” dalam bahasa Arab, tidak hanya menandai awal tahun Hijriah.
Sebagai salah satu dari empat bulan suci dalam Islam, bersama Dzulqaidah, Dzulhijjah, dan Rajab. Muharram menyimpan jejak sejarah yang sangat berharga.
Selama berabad-abad, bulan pertama dalam kalender Hijriah ini menjadi tempat berbagai kisah kehidupan yang menggugah perasaan.
Dari tragedi yang memilukan hingga kemenangan yang membanggakan, semua itu terukir dalam lembaran sejarah Muharram.
Kesucian bulan ini tidak hanya terletak pada posisinya sebagai pembuka tahun, tetapi juga pada nilai-nilai mulia yang terkandung dalam setiap peristiwa bersejarah yang terjadi.
Baca Juga: Mengapa Umat Muslim Minum Susu Putih di Malam 1 Muharram? Ini Alasannya
Tragedi Karbala: Luka yang Tak Pernah Sembuh
Tanggal 10 Muharram tahun 61 Hijriah akan selalu diingat sebagai hari paling hitam dalam sejarah Islam.
Di padang Karbala yang tandus, Hussein bin Ali yaitu cucu tercinta Rasulullah SAW, bersama 72 pengikut setianya menghadapi pasukan Yazid bin Muawiyah yang berjumlah ribuan.
Pertempuran yang tidak seimbang ini berakhir dengan syahidnya Hussein beserta hampir seluruh rombongannya.
Detail-detail dari peristiwa ini masih terasa sangat menyentuh hati. Ketika Hussein meminta air untuk anaknya yang masih bayi, Ali Asghar, sebuah panah menembus leher sang bayi.
Air Sungai Furat yang mengalir di dekat lokasi pertempuran terasa sia-sia, saat keluarga Nabi harus mengalami rasa haus yang sangat menyiksa.
Kepala-kepala yang terpenggal dibawa sebagai tanda kemenangan ke Damaskus, sementara wanita dan anak-anak dijadikan tawanan.
Karbala bukan hanya sekadar konflik politik, tetapi juga perjuangan untuk mempertahankan nilai-nilai keadilan melawan penindasan.
Hussein berjuang bukan untuk merebut kekuasaan, melainkan untuk menjaga ajaran Islam yang sejati dari pengaruh politik yang merugikan.
Page 2

Bisikan Gaib dari Gua Istana
Rabu, 25 Juni 2025 | 13:41 WIB

Banyuwangi Berkhidmat
Rabu, 25 Juni 2025 | 06:06 WIB
Page 3
Pengorbanannya menjadi simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang menginspirasi banyak generasi.
Hijrah Nabi: Awal Peradaban Baru
Selain tragedi Karbala, bulan Muharram juga mencatat berbagai peristiwa bersejarah lain.
Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah, meski tidak terjadi tepat di bulan Muharram, dijadikan sebagai titik awal kalender Hijriah, dengan Muharram sebagai bulan pertamanya.
Keputusan Khalifah Umar bin Khattab untuk menjadikan tahun Hijrah sebagai awal kalender Islam menegaskan pentingnya peristiwa ini.
Hijrah bukan hanya perpindahan tempat, tetapi juga perubahan yang mendasar secara spiritual dan sosial. Di Madinah, Nabi membangun sebuah komunitas yang berlandaskan persaudaraan, keadilan, dan ketakwaan.
Piagam Madinah yang beliau susun menjadi konstitusi pertama yang mengatur kehidupan masyarakat yang beragam dengan prinsip-prinsip yang sangat maju untuk zamannya.
Peristiwa-Peristiwa Bersejarah Lainnya
Jejak sejarah Islam di bulan Muharram tidak berhenti pada dua peristiwa besar tersebut. Banyak peristiwa penting lainnya juga terjadi dalam bulan yang mulia ini.
Kemenangan Nabi Musa AS atas Firaun dan pasukannya di Laut Merah juga diperkirakan terjadi pada 10 Muharram, yang kemudian dikenal sebagai hari Asyura.
Puasa Asyura yang dianjurkan oleh Rasulullah SAW ternyata sudah dilakukan oleh kaum Yahudi di Madinah untuk merayakan kemenangan Musa AS.
Ketika Nabi mengetahui hal ini, beliau bersabda bahwa umat Islam lebih berhak untuk merayakan Musa AS, tetapi dengan cara yang berbeda.
Rasulullah menganjurkan puasa selama dua hari, tanggal 9 dan 10 Muharram, atau 10 dan 11 Muharram, untuk membedakannya dengan tradisi Yahudi.
Makna dan Hikmah
Bulan Muharram mengajarkan kepada kita tentang keteguhan prinsip, pengorbanan demi kebenaran, dan pentingnya mempertahankan nilai-nilai mulia meskipun harus menghadapi berbagai rintangan.
Peristiwa Karbala mengingatkan kita bahwa kebenaran tidak selalu meraih kemenangan dalam waktu dekat, tetapi nilai-nilai yang diperjuangkan akan abadi selamanya.
Setiap tahun, ketika bulan Muharram datang, umat Muslim di seluruh dunia mengenang kembali peristiwa-peristiwa bersejarah tersebut.
Bukan untuk terpuruk dalam kesedihan, tetapi untuk mendapatkan pembelajaran berharga mengenai komitmen terhadap kebenaran, keadilan, dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal.