Detik.com
Banyuwangi –
Ada banyak sejarah Indonesia yang belum diketahui masyarakat luas. Salah satunya soal Belanda yang butuh modal mahal dalam menaklukkan Bumi Blambangan, atau Banyuwangi. Dalam 10 tahun, Belanda harus menghabiskan 8 ton emas.
Fakta ini terungkap dalam Daghregister atau catatan harian kolonial Belanda. Di mana di dalamnya juga ditemukan catatan tentang pengeluaran periodik pemerintah Belanda saat VOC melakukan penyerangan salah satu wilayah di Indonesia.
Dalam catatan harian kolonial, tercatat secara rinci berapa besar pengeluaran pembiayaan perang melawan Blambangan pada masa itu.
Sejarawan Banyuwangi Hidayat Aji Ramawidi mengatakan Belanda cukup kaget bahwa pihaknya membutuhkan modal hingga kekuatan yang tak sedikit dalam menaklukkan wilayah paling ujung di Jatim ini. Belanda pun melakukan perang dengan penuh amarah.
Mas Aji, sapaan akrabnya mengkalkulasi kekuatan militer Blambangan tidak pernah diprediksi oleh VOC. Kekuatan besar Blambangan ini berasal dari koalisi kerajaan atau negaranya sendiri hingga bala bantuan dari sejumlah negara lain seperti Bali.
“Kekuatan militer Blambangan itu saya sebut mulai dari Dewa Kabakaba 1767 memiliki prajurit Blambangan dan bala bantuan dari Bali yaitu sekitar ada 2.000 lebih, sedangkan pasukan yang datang dari VOC dan koalisinya tentara bayaran mereka itu jumlahnya sekitar itu jadi sebanding, ketika Dewa Kabakaba meninggal muncul pangeran Agung Wilis,” beber Mas Aji, Rabu (30/8/2023).
“Dalam Babad Wilis disebut pengikutnya sampai 600.000, tapi menurut Belanda jumlah itu terlalu banyak. Ada versi lain yang menyebut bahwa pengikutnya mungkin sekitar 6.000 orang. Penggantinya Wilis yaitu Bagus Sutanagara pengikutnya sekitar 2.000 lebih. Kemudian Rempeg Jagapati bisa mengumpulkan sampai 3.000 lebih di perang Bayu, dan seterusnya,” ulasnya.
Menurut Mas Aji, dalam sejarahnya, Blambangan dikenal memiliki pasukan perang yang kuat sejak masa kekuasaan Prabu Tawangalun.
“Kalau zamannya Prabu Tawang Alun lebih banyak lagi angkatan perangnya Blambangan, mencapai 49.000 pasukannya dibagi menjadi 7 pasukan yang dipimpin oleh Sapta Manggala Sapta itu 7 Manggala itu pemimpin. Kalau satu orang Sapta Manggala memegang 7.000 dikali 7 orang jadi 49.000 orang pasukan belum ditambah dengan angkatan laut yang belum juga simpatisan dari Bali. Jadi pasukan perangnya Blambangan paling banyak itu eranya Tawang Alun itu yang terdata,” imbuh Mas Aji.
Dari sini, VOC jelas habis-habisan saat menaklukkan Blambangan. Bahkan Belanda disebut menyerang Blambangan dengan amarah. Bukti kemarahan Belanda atas Blambangan juga terlihat dari upayanya untuk menghilangkan sisa-sisa kejayaan Blambangan, simbol atau lambang kerajaan Blambangan dilenyapkan agar rakyatnya tak mampu bangkit kembali.
“Kenapa saya bilang pembumihangusan, ya karena dengan sengaja tidak ditinggalkan sisa-sisa kejayaan Blambangan ini, karena tertulis di Daghregister itu ada laporan yang menyebutkan adanya pembumihangusan ibu kota Blambangan,” kata Mas Aji.
“Di situ ditulis laporannya kira-kira begini bunyinya ‘kami di sini sedang melakukan bumihangus agar rakyat takut dan tidak ada kemungkinan untuk bangkit serta membangun lagi’,” lanjutnya.
Bahkan, upaya VOC menghilangkan jejak kejayaan Blambangan juga dilakukan pada tokoh-tokoh pahlawan. Mereka juga dihabisi di atas kapal.
“Waktu itu tokoh-tokohnya di atas kapal di Muncar dan dilempar ke laut ada sekitar 100 orang yang ditenggelamkan di laut. Mungkin dengan cara diikat dan diberi beban agar tenggelam,” terang Mas Aji.
Simak Video “Cerita Prabowo Soal Tulisan di Kolam Eks Belanda Lecehkan Indonesia“
[Gambas:Video 20detik]
(hil/dte)