Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Dapat Tikus Putih malah Dilepas Lagi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

dapatPara petani di Desa Blambangan, Kecamatan Muncar, mulai panik. Sebab, serangan tikus kian meluas dan merusak tanaman padi di kawasan itu. Bagaimana kiat mereka mencegah gagal panen.  HAMA tikus yang menyerang persawahan Banyuwangi kali ini membuat para petani geleng-geleng. Sebab, serangan tikus kali ini terjadi pada musim hujan. Padahal, musim hujan adalah waktu yang sangat cocok untuk menanam padi.

Memang, serangan tikus ini berbeda jauh dengan serangan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya serangan tikus terjadi pada musim kemarau. Di Desa Blambangan, Kecamatan Muncar, misalnya. Pada tahun 2010 lalu, hama tikus tercatat pernah menyerang desa tersebut. Hama tikus yang merusak ratusan hektare tanaman padi tersebut terjadi pada musim Akibatnya, banyak petani yang mengalami rugi besar dan gagal panen.

Setelah tahun 2010, hama tikus tidak pernah menyerang lagi. Baru sekarang hama ter sebut datang lagi. Yang membedakan dengan tahun 2010, serangan tikus saat itu te jadi pada musim hujan. Nah, serangan tikus kali ini terbilang pa ling parah dalam kurun waktu sepuluh tahun terakhir. Tentu saja, hal itu menjadi persoalan serius petani.  Saking parahnya kerusakan yang di timbulkan, tidak sedikit petani yang gelenggeleng kepala. Karena itu, petani mulai berupaya mengurangi perkembangbiakan tikus. Salah satu cara yang dilakukan adalah gropyokan.

Setiap kali gropyokan, ratusan tikus berhasil ditangkap. Saat menangkap tikus, para petani pun tidak peduli jika harus menginjak tanaman padi yang masih hijau. Mes ki cuaca panas menyengat, mereka tetap bersemangat. Yang menarik, dalam gropyokan tersebut salah satu petani penemuan tikus warna p u tih. Meski sudah berhasil ditangkap, tapi ak hirnya tikus putih tersebut dilepas lagi. “Di lepas di tegalan,” sebut Suswanto, ketua Kelompok Tani Sadar Lestari Blambangan itu. Menurut Suswanto, jika tikus putih tersebut dibunuh maka akan menimbulkan petaka. ‘’Kata orang Jawa, kalau gak sama dengan temannya, biasanya mempunyai nilai mistik.

Mungkin dia ratu atau kepala su ku tikus. Orang-orang sebenarnya mau mem bawa pulang (tikus putih itu). Tapi setelah dipikir-pikir, akhirnya tidak jadi,” terangnya. Dia takut jika tikus putih tersebut di bunuh, nanti serangan tikus justru semakin me rajalela. Oleh sebab itu, para petani mem biarkan tikus putih tersebut hidup. ‘’Ya mudah-mudahan dengan usaha itu hama tikus segera menghilang,”  harapnya. Pengamatan Jawa Pos Radar Banyuwangi, ka langan petani menggunakan berbagai ma cam alat agar tikus keluar dari sarang. Bahkan, parit di sawah terpaksa dicangkul agar tikus mau keluar.

Lubang-lubang di pa rit kita cangkul, tikus banyak yang keluar. Lang sung kita pukul saja,” ujar Salamun di sela-sela gropyokan kemarin. Menurut Salamun, serangan tikus tersebut membuat petani terancam gagap total. Sebab, tanaman padi yang masih muda pun rusak dihajar tikus. ‘’Itu masih bibit tapi sudah dimakan tikus. Makanya, sekarang cari bibit padi agak sulit. Ya itu, karena di manamana ada serangan tikus,” sebut petani asal Desa Bagorejo, Kecamatan Srono, itu. Tukilan, petani lain mengaku, gropyokan tikus tersebut sebenarnya agak terlambat.

Menurutnya, gropyokan seharusnya dilakukan menjelang musim tanam. ‘’Memang terlambat, tapi mau bagaimana lagi,” terang pria kelahiran 1962 itu. Pada kesempatan itu, hadir petugas dari Dinas Pertanian, Kecamatan Muncar. Selain itu, tampak pula kepala desa setempat, Purwanto. Jogotirto desa tersebut juga ikut menangkap tikus bersama para petani. Dodik Duwi Kurniawan, mantri Pertanian Kecamatan Muncar mengatakan, serangan tikus kali ini sudah merambah lima desa di Kecamatan Muncar, antara lain Desa Blambangan, Tembokrejo, Tambakrejo, Sumberberas, dan Kumendung. “Ada sekitar 100 hektare yang rusak akibat serangan tikus kali ini,” katanya.

Menurut Dodik, serangan tikus tersebut mengancam 2.500 hektare tanaman padi yang tersebar di Kecamatan Muncar. Oleh sebab itu, para petani melakukan gropyokan agar hama tikus terkendali. ‘’Total lahan persawahan di Muncar 3.250 hektare. Sekitar 750 hektare ditanami semangka,” terangnya. Dia menjelaskan, tikus tersebut sangat cepat berkembang biak. Untuk melahirkan anak, tikus hanya butuh waktu 21 hari. ‘’Coba bayangkan, kalau tikus tidak dikendalikan dengan cara-cara seperti ini, kerusakan bakal semakin parah,” terangnya.  Selain gropyokan, ada beberapa langkah lain yang bisa ditempuh, yaitu pengasapan menggunakan belerang, pemompaan menggunakan obat Rodentsida, dan memasang perangkap jaring. “Itu sudah kita lakukan,” tandasnya.  (radar)