BANYUWANGI, KOMPAS.com – Langit mulai mendung saat Supriyanto tengah sibuk mencabuti rumput yang mulai tumbuh tinggi di sebuah makam yang berada di area tempat pemakaman umum (TPU) Karang Baru, Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu (16/11/2025).
Selain mencabuti rumput, Supriyanto mengayunkan sapu, mengumpulkan daun-daun jati yang berguguran.
Ia menjamin kebersihan area pemakaman, sebab hal tersebut memang sudah menjadi tugasnya sebagai juru makam.
Sudah tujuh tahun bapak tiga anak itu melakoni aktivitasnya sebagai juru kunci makam. Setahun belakangan, pria 62 tahun tersebut mendapatkan honor Rp 500.000 yang diterima setiap awal bulan.
Baca juga: Waluyo, Juru Kunci Makam di Surabaya yang Bertahan karena Dorongan Hati Nurani
Nominal itu tak cukup untuk kehidupan sehari-hari, namun Supriyanto memilih ikhlas sebagai bentuk pengabdian diri serta kepasrahan menjalani roda kehidupan yang berputar.
Supriyanto mengaku telah merasakan bagaimana roda kehidupannya tengah berada di atas dan ia sejahtera, jauh dibandingkan yang dia jalani saat ini.
Baca juga: Kisah Hariyanto, Preman yang Pilih Jalan Hidup Jadi Juru Kunci Makam di Surabaya
“Tahun 1987-1988 itu saya sejahtera, gaji saya Rp 4,8 juta saat itu dan punya 60 anak buah,” katanya.
Ia bekerja di sebuah perusahaan tekstil asal India yang berbasis di Pekalongan, Jawa Tengah. Kesejahteraannya terjamin, mulai dari pangan hingga rumah, semua fasilitas itu diberikan oleh perusahaan.
Memiliki dua anak kala itu, keluarganya pun ikut terjamin. Gizi anak-anaknya juga terjamin.
Namun, kehidupannya berubah 180 derajat usai Presiden ke-2, Soeharto lengser pada tahun 1998 dan Indonesia mengalami resesi pada tahun 1999.
Pabrik dengan 13.000 karyawan tempat Supriyanto menggantungkan hidup itu bangkrut.
“Semua karyawan dipulangkan, rumah yang saya dapatkan dilelang dan saya kembali ke Banyuwangi,” ujarnya.
Bertanggung jawab sebagai kepala keluarga, Supriyanto putar otak agar keluarganya dapat menyambung hidup.
Sebelum ke Banyuwangi, ia telah lebih dulu mencari lowongan pekerjaan melalui kerabat dan mendapatkan pekerjaan di Kantor Pemda Banyuwangi dengan gaji Rp 650.000 kala itu, gaji yang jauh di bawah gajinya sebagai supervisor di Pekalongan.
Sementara sang istri mengabdi sebagai guru agama di sebuah sekolah swasta dengan gaji Rp 400.000.
Page 2
Namun, karena terdesak berbagai macam kebutuhan, ia melakoni berbagai macam pekerjaan serabutan yang membuatnya kewalahan dan gagal terjaring saat tes pengangkatan aparatur sipil negara.
Meski mimpinya padam, ia tetap bersusah payah menjaga mimpi anak-anaknya tetap hidup, anak keduanya bahkan berhasil menempuh S2 dari universitas kenamaan di Indonesia dan mendapatkan tawaran pekerjaan ke Jepang.
Namun, kehidupan terus berjalan, begitu juga dengan ujian yang juga datang silih berganti.
Mulai dari istrinya yang sakit-sakitan, hingga anak keduanya yang menjadi kebanggaan keluarga, berpulang karena penyakit tifus.
Dengan berbagai ujian hidup, Supriyanto mengakui ada kalanya ia merasakan lelah, namun ia tak ingin menyerah. Ia memilih untuk menghadapi ujian itu dan terus berbaik sangka kepada Tuhan.
Sejak lulus SMK, dia telah dilatih mandiri dan ditempa hingga menjadi sekeras baja. Maka ia kuatkan diri untuk bertahan menghadapi berbagai ujian hidup.
Baginya, itu fondasi penting karena ia menjadi sandaran bagi anak istrinya. Namun, Supriyanto memilih jalan tenang serta berpisah, dan kehidupannya kemudian bermuara pada tugasnya kini sebagai juru makam.
Menjadi juru makam, ia meniatkan diri untuk mengabdikan diri dan berbagai pertolongan Tuhan datang kepadanya. Di mana istrinya yang dahulu sakit-sakitan karena riwayat komplikasi dan bergantung pada obat-obatan, kini telah pulih.
Kini, meski dengan pendapatan hanya Rp 500.000 tanpa bisa bekerja serabutan lagi karena kondisi fisiknya, Supriyanto tetap dipenuhi rasa syukur.
Sebab, ia kerap mendapatkan bantuan tak terduga mulai dari Jumat Berkah hingga pembagian sembako yang kadang datang tiba-tiba.
“Tuhan Maha Baik, Tuhan Maha Adil,” ucapnya lirih.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang








