Radarbanyuwangi.id – Bukan Donald Trump namanya kalau nggak bikin seluruh dunia gaduh. Presiden Amerika Serikat ini kembali mengguncang pasar dunia.
Ini menyusul tarif resiprokal dan tarif impor yang dikenakan kepada beberapa negara yang menjadi bidikannya. Sentimen terbesar ditujukan kepada Tiongkok. Sudah menjadi rahasia umum bila AS dan Tiongkok terlibat perang dagang yang terus menanas.
Namun ada yang unik dari perang dagang AS dan Tiongkok ini. Dimana Washington tiba-tiba saja melunak. Malah Trump memberi sinyal untuk menyudahi perang tarif dengan negeri tirai bambu tersebut.
Trump mengisyaratkan kemungkinan akan mengakhiri kenaikan tarif atas Tiongkok. Dimana AS tak mengira bahwa aksi Trump tersebut malah membuat kedua negara terlibat aksi saling balas antara AS dan Tiongkok.
Baca Juga: Semakin Ramah Pengguna, Super App BRImo Kini Tersedia dalam Dua Bahasa
“Saya tidak ingin tarifnya naik karena pada titik tertentu akan membuat orang tidak lagi membeli,” kata Trump.
Trump mengatakan kalau pihak Tiongkok telah menghubungi sejak pengenaan tarif dan menyatakan optimisme bahwa mereka dapat mencapai kesepakatan.
Namun disisi lain, saat AS melunak kepada Tingkok. Sikap AS ke Indonesia justru berbeda.
Alih-alih menurunkan tarif yang sebelumnya dikenakan 37 persen, malah naik jadi 47 persen.
Baca Juga: M Alfian Arfarid Striker Persewangi Banyuwangi yang Digadang sebagai Reinkarnasi Marzuki ‘Boros’
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa saat ini sejumlah produk ekspor utama Indonesia ke AS terkena tarif impor tertinggi di ASEAN.
Disebutkannya pemerlakukan penundaan tarif impor resiprokal sebesar 32 persen selama 90 hari. Maka, saat ini tarif impor khusus untuk tekstil mencapai 47 persen, dari semula sebesar 37 persen.
“Sekarang untuk produk ekspor utama Indonesia seperti garmen, alas kaki, tekstil, furniture, dan udang itu menjadi produk Indonesia yang mendapatkan tarif bea masuk lebih tinggi dibandingkan beberapa negara pesaing, baik dari ASEAN maupun non-ASEAN negara Asia yang lain,” kata Airlangga
“Dengan berlakunya (penundaan) tarif selama 90 hari untuk 10 persen, maka tarif rata-rata Indonesia yang untuk khusus di tekstil, garmen ini kan antara 10 persen sampai dengan 37 persen, maka dengan diberlakukannya 10 persen tambahan, maka tarifnya itu menjadi 10 ditambah 10 ataupun 37 ditambah 10,” sambungnya.
Page 2

Sabtu, 19 April 2025 | 21:44 WIB
Page 3
Radarbanyuwangi.id – Bukan Donald Trump namanya kalau nggak bikin seluruh dunia gaduh. Presiden Amerika Serikat ini kembali mengguncang pasar dunia.
Ini menyusul tarif resiprokal dan tarif impor yang dikenakan kepada beberapa negara yang menjadi bidikannya. Sentimen terbesar ditujukan kepada Tiongkok. Sudah menjadi rahasia umum bila AS dan Tiongkok terlibat perang dagang yang terus menanas.
Namun ada yang unik dari perang dagang AS dan Tiongkok ini. Dimana Washington tiba-tiba saja melunak. Malah Trump memberi sinyal untuk menyudahi perang tarif dengan negeri tirai bambu tersebut.
Trump mengisyaratkan kemungkinan akan mengakhiri kenaikan tarif atas Tiongkok. Dimana AS tak mengira bahwa aksi Trump tersebut malah membuat kedua negara terlibat aksi saling balas antara AS dan Tiongkok.
Baca Juga: Semakin Ramah Pengguna, Super App BRImo Kini Tersedia dalam Dua Bahasa
“Saya tidak ingin tarifnya naik karena pada titik tertentu akan membuat orang tidak lagi membeli,” kata Trump.
Trump mengatakan kalau pihak Tiongkok telah menghubungi sejak pengenaan tarif dan menyatakan optimisme bahwa mereka dapat mencapai kesepakatan.
Namun disisi lain, saat AS melunak kepada Tingkok. Sikap AS ke Indonesia justru berbeda.
Alih-alih menurunkan tarif yang sebelumnya dikenakan 37 persen, malah naik jadi 47 persen.
Baca Juga: M Alfian Arfarid Striker Persewangi Banyuwangi yang Digadang sebagai Reinkarnasi Marzuki ‘Boros’
Menteri Koordinator bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengungkapkan bahwa saat ini sejumlah produk ekspor utama Indonesia ke AS terkena tarif impor tertinggi di ASEAN.
Disebutkannya pemerlakukan penundaan tarif impor resiprokal sebesar 32 persen selama 90 hari. Maka, saat ini tarif impor khusus untuk tekstil mencapai 47 persen, dari semula sebesar 37 persen.
“Sekarang untuk produk ekspor utama Indonesia seperti garmen, alas kaki, tekstil, furniture, dan udang itu menjadi produk Indonesia yang mendapatkan tarif bea masuk lebih tinggi dibandingkan beberapa negara pesaing, baik dari ASEAN maupun non-ASEAN negara Asia yang lain,” kata Airlangga
“Dengan berlakunya (penundaan) tarif selama 90 hari untuk 10 persen, maka tarif rata-rata Indonesia yang untuk khusus di tekstil, garmen ini kan antara 10 persen sampai dengan 37 persen, maka dengan diberlakukannya 10 persen tambahan, maka tarifnya itu menjadi 10 ditambah 10 ataupun 37 ditambah 10,” sambungnya.