BANYUWANGI, KOMPAS.com – Suasana riuh terdengar dari aula Sekolah Rakyat Banyuwangi yang berada di Balai Diklat PNS, di Desa Tamansari, Kecamatan Licin, Banyuwangi, Jawa Timur, Sabtu (20/9/2025) sore.
Puluhan siswa sekolah rakyat (SR) tengah menyaksikan pertunjukan wayang bambu yang digelar Dewan Kesenian Blambangan (DKB) Banyuwangi dengan berbagai cerita yang ditampilkan.
Mulai dari mengenal dunia luar dengan menampilkan tokoh wayang kekinian yang merupakan seorang warga negara asing hingga cerita kehidupan sehari-hari yang menyelipkan pesan untuk semangat mengejar cita-cita.
Tak hanya menampilkan gelaran wayang, DKB juga mempersilakan siswa untuk menyentuh dan memperagakan langsung dengan membagikan puluhan wayang bambu yang telah mereka sediakan.
Baca juga: Sekolah Rakyat Rintisan di Sragen Direncanakan Mulai Beroperasi 2 Bulan Lagi
Tak hanya tokoh wayang masa lampau, wayang yang disediakan DKB juga lebih atraktif dengan karakter yang ditampilkan, di antaranya burung, buaya, kancil, hingga harimau.
Para siswa antusias mempraktikkan wayang yang mereka pegang;
Beberapa di antaranya bahkan larut memperagakan diri sebagai seorang dalang yang berkisah kepada teman-temannya yang lain.
“Saya dapat (wayang) buaya sama burung, saya suka karena lucu,” kata siswi sekolah rakyat, Naura.
Bocah kelas 1 SD itu awalnya takut, tetapi dengan pendekatan yang dilakukan para seniman, Naura justru menjadi sangat gembira dengan wayang yang didapatkannya.
Ia bahkan berlari-lari di sekitar aula, sembari memperagakan wayang kepada setiap orang yang ditemuinya, termasuk guru-guru sekolah rakyat yang merespons tingkah lucu Naura dengan hangat.
Baca juga: Kemensos Alokasikan Rp 200 M untuk Sekolah Rakyat di Ciwidey Bandung
Ketua Dewan Pengarah DKB, Samsudin Adlawi, mengatakan bahwa kehadiran DKB di sekolah rakyat adalah untuk menghadirkan pembelajaran seni sekaligus mengasah dan menggali minat siswa.
Hal itu juga sebagai bentuk komitmen DKB Banyuwangi dalam menjaga, mengembangkan, dan mewariskan seni budaya kepada generasi muda.
Sebab, generasi muda Banyuwangi memiliki DNA seni yang telah melekat dalam diri mereka sehingga perlu untuk ditumbuhkan.
“Kegiatan ini adalah bagian dari tanggung jawab moral seniman. Kami datang bersama para maestro seni untuk memberikan materi. Harapannya, SR bisa melahirkan juara di tingkat kabupaten hingga nasional dari para siswanya,” tutur Samsudin.

Sementara itu, Kepala SR Licin, Chitra Maharani, menyampaikan bahwa para siswa memiliki banyak potensi, baik di bidang akademik maupun seni.
Namun, bakat seni menjadi yang paling menonjol.
“SR di Licin ini merupakan proyek pertama dari 100 sekolah di Indonesia. Kami ingin potensi anak-anak terus berkembang, terutama dalam kesenian,” tandasnya.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini