detik.com
Kemacetan panjang yang terjadi di jalur utara Situbondo-Banyuwangi selama sepekan akibat keterbatasan kapal penyeberangan yang beroperasi berdampak bagi sebagian besar masyarakat Banyuwangi. DPRD Banyuwangi menganggap kemacetan ini adalah preseden buruk.
Setelah Bupati Banyuwang Ipuk Fiestiandani mendatangi kantor ASDP Ketapang untuk meminta pertanggungjawaban, kali ini DPRD Banyuwangi meminta upaya penyelesaian yang dilakukan ASDP bukan secara parsial, melainkan secara menyeluruh.
“Kami sudah duduk bersama dengan seluruh stakeholder dan sudah mengerucut menemukan persoalannya adalah kapalnya yang kurang. Dan sudah ada solusi kapal perbantuan yang datang serta sejumlah kapal yang sudah menyelesaikan perbaikan akan segera beroperasi,” kata I Made Cahyana Negara, Ketua DPRD Banyuwangi, Minggu (27/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Made turut hadir dalam rapat koordinasi bersama stakeholder kepelabuhanan dan jajaran terkait di kantor ASDP Ketapang pada Sabtu (26/7) kemarin. Menurut Made penyelesaian yang ada sudah tepat, yakni dengan menambah operasional kapal.
Namun, kata dia, seharusnya ada eksekutor yang bertugas untuk memastikan bahwa kapal-kapal tersebut beroperasi dalam kondisi yang prima.
“Jadi ini harus ada yang mengeksekusi, ada eksekutornya. Jadi seperti persoalan Tunu, KSOP sudah mengeluarkan izin tapi ternyata belum beroperasi. Jadi ada kendala siapa yang akan mengeksekusi ini harus dilakukan langsung sebagai solusi,” tegas Made.
Menurutnya, penyelesaian menyeluruh adalah kunci agar persoalan kemacetan yang seharusnya bisa diantisipasi itu terurai. Dia sebutkan, kondisi ini menjadi preseden buruk terhadap kinerja pemerintah daerah dan operator pelabuhan yang kurang tanggap dalam menyikapi persoalan.
“Ini preseden buruk. Sudah ada solusinya, tinggal dioperasikan kapal-kapal yang sudah ada, tapi memang harus dihitung betul apakah betul setelah ini berlayar akan benar-benar terurai,” katanya.
“Jadi harus diselesaikan secara menyeluruh, jangan hanya parsial, jangan sampai ini berlayar tapi masih ada persoalan kemacetan dan memunculkan persoalan baru,” ujarnya.
Menurut Made, sudah ada 1 kapal perbantuan yang beroperasi dan 2 lainnya akan menyusul beroperasi membantu mengurai kemacetan yang terjadi di sepanjang jalur utara dan selatan menuju Ketapang.
“Kita juga turut mendorong ASDP untuk mengambil langkah-langkah cepat dalam rangka mengambil solusi atas situasi kemacetan yang merugikan kita semua. Alhamdulillah pihak kapal sudah mempercepat memperbaiki malam hari ini,” tutup Made.
Sementara Suwignyo (53) salah seorang sopir truk sumbu 3 mengaku baru bisa masuk pelabuhan ASDP Ketapang siang ini, setelah sebelumnya ia terkena kemacetan selama 2 hari dan menunggu giliran di dermaga Bulusan selamat 1 hari lebih.
“Apa lah sudah nggak bisa bicara saya. Ini baru mau masuk LCM,” katanya sembari mengendalikan setir.
Dengan berteriak saat menjawab pertanyaan wartawan, Suwignyo mengaku sudah menghabiskan uang Rp 600 ribu lebih banyak dari biaya operasional yang seharusnya.
“Tekor kami mbak. Tekor 600, melayang buat makan dan solar tambahan. Sudah ya, mau lanjut ini,” teriaknya sambil melajukan truknya masuk ke area parkir ASDP Ketapang Banyuwangi.
Hingga minggu siang, kondisi antrean kendaraan menuju Pelabuhan Ketapang telah terurai. Meski demikian ekor kendaraan yang melambat sejak dari pelabuhan masih terpantau mencapai kurang lebih 3 kilometer.

(dpe/hil)