sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah mengambil langkah penting menuju era transportasi hijau.
Direktur KAI, Bobby Rasyidin, mengungkapkan bahwa perusahaan sedang menjajaki penggunaan lokomotif bertenaga baterai sebagai bagian dari strategi modernisasi armada serta komitmen dalam menekan emisi karbon.
Dalam kunjungan kerja ke Beijing, Qingdao, dan beberapa kota di China, Bobby mendampingi Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, Direktur Jenderal Perkeretaapian Allan Tandiono, serta sejumlah pejabat terkait.
Baca Juga: Rencana Besar KAI 2026: Bangun Jalur Kereta Api di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi
Mereka berdiskusi dengan pelaku industri perkeretaapian setempat mengenai kemungkinan penerapan teknologi kereta listrik berbasis baterai (e-train) di Indonesia.
Menurut Bobby, mayoritas lokomotif KAI saat ini masih menggunakan mesin diesel.
Melalui kerja sama dengan industri perkeretaapian China, KAI berupaya melakukan peremajaan armada dan beralih ke sistem tenaga listrik.
Baca Juga: Pemesanan Tiket Kereta Api Nataru 2025/2026 Kini Dibuka, Ini Jadwal dan Cara Pemesanannya
“Kalau mobil listrik disebut EV (electric vehicle), maka kereta listrik ini disebut e-train,” ujar Bobby, Rabu (12/11/2025), dikutip Antara.
“Teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi layanan, menurunkan biaya operasional, mengurangi emisi, sekaligus memperkuat program hijau KAI.”
Teknologi e-train memungkinkan lokomotif beroperasi tanpa harus terhubung dengan jaringan listrik di atas rel seperti KRL konvensional.
Baca Juga: Naik 6,99 Persen, Layanan PSO KAI Layani 14,5 Juta Penumpang Kereta Api hingga Oktober 2025
Dengan baterai berkapasitas besar, kereta dapat beroperasi secara mandiri dan efisien.
Di China, model e-lokomotif seperti ini telah banyak digunakan untuk layanan antarkota maupun perkotaan.
Page 2
Bobby menegaskan bahwa penggunaan lokomotif baterai akan menjadi lompatan besar dalam transformasi teknologi KAI.
Kunjungan ke China bertujuan untuk mempelajari berbagai aspek, mulai dari teknologi baterai, sistem pengoperasian, hingga integrasi antarmoda transportasi.
Meski demikian, ia menekankan bahwa belum ada kesepakatan pembelian rangkaian baru.
Baca Juga: KAI Buka Pemesanan Tiket Kereta Api untuk Libur Nataru 2025/2026, Cek Jadwalnya!
“Pengadaan memang bagian dari modernisasi, tetapi belum dibahas secara spesifik. Fokus kami masih pada konversi lokomotif diesel ke tenaga listrik,” jelasnya.
Saat ini, KAI mengoperasikan ratusan lokomotif diesel berbagai tipe, seperti CC202 dan CC205 di Sumatera untuk angkutan batu bara, serta CC206 di Pulau Jawa untuk layanan barang dan penumpang.
Selain itu, KAI juga telah memesan 11 rangkaian KRL baru dari China.
Baca Juga: Pelanggan Kereta Api Meningkat di 2025, Ini Rute Paling Diminati Masyarakat, Ada Tujuan Banyuwangi
Delapan di antaranya sudah beroperasi, sementara tiga lainnya masih menjalani uji kelaikan teknis sebelum digunakan secara penuh.
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – PT Kereta Api Indonesia (KAI) tengah mengambil langkah penting menuju era transportasi hijau.
Direktur KAI, Bobby Rasyidin, mengungkapkan bahwa perusahaan sedang menjajaki penggunaan lokomotif bertenaga baterai sebagai bagian dari strategi modernisasi armada serta komitmen dalam menekan emisi karbon.
Dalam kunjungan kerja ke Beijing, Qingdao, dan beberapa kota di China, Bobby mendampingi Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi, Direktur Jenderal Perkeretaapian Allan Tandiono, serta sejumlah pejabat terkait.
Baca Juga: Rencana Besar KAI 2026: Bangun Jalur Kereta Api di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi
Mereka berdiskusi dengan pelaku industri perkeretaapian setempat mengenai kemungkinan penerapan teknologi kereta listrik berbasis baterai (e-train) di Indonesia.
Menurut Bobby, mayoritas lokomotif KAI saat ini masih menggunakan mesin diesel.
Melalui kerja sama dengan industri perkeretaapian China, KAI berupaya melakukan peremajaan armada dan beralih ke sistem tenaga listrik.
Baca Juga: Pemesanan Tiket Kereta Api Nataru 2025/2026 Kini Dibuka, Ini Jadwal dan Cara Pemesanannya
“Kalau mobil listrik disebut EV (electric vehicle), maka kereta listrik ini disebut e-train,” ujar Bobby, Rabu (12/11/2025), dikutip Antara.
“Teknologi ini dapat meningkatkan efisiensi layanan, menurunkan biaya operasional, mengurangi emisi, sekaligus memperkuat program hijau KAI.”
Teknologi e-train memungkinkan lokomotif beroperasi tanpa harus terhubung dengan jaringan listrik di atas rel seperti KRL konvensional.
Baca Juga: Naik 6,99 Persen, Layanan PSO KAI Layani 14,5 Juta Penumpang Kereta Api hingga Oktober 2025
Dengan baterai berkapasitas besar, kereta dapat beroperasi secara mandiri dan efisien.
Di China, model e-lokomotif seperti ini telah banyak digunakan untuk layanan antarkota maupun perkotaan.






