sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Peran seorang perwira polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) bernama Basuki menjadi titik perhatian baru dalam penyelidikan kematian dosen Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Dwinanda Linchia Levi (DLL), 35, yang ditemukan tak bernyawa di kamar 210 sebuah kostel di kawasan Gajahmungkur, Senin dini hari (17/11).
AKBP Basuki tercatat sebagai orang pertama yang melaporkan penemuan jenazah ke resepsionis dan Polsek Gajahmungkur.
Namun, justru kehadirannya sebagai saksi pertama inilah yang memicu tanda tanya besar dari keluarga dan komunitas alumni Untag.
Baca Juga: Proyek Tol Gilimanuk–Mengwi Dilanjutkan: Lelang Ulang KPBU, Detail Desain, dan Proyeksi Exit Tol
Komunitas Alumni Pertanyakan Keberadaan Perwira Polisi di Kamar Korban
Ketua Komunitas Muda Mudi Alumni Untag, Jansen Henry Kurniawan, menilai keberadaan seorang perwira polisi di kamar seorang dosen perempuan pada dini hari tanpa alasan kedinasan sebagai hal yang tak wajar.
“Tidak ada alasan profesional yang menempatkan seorang perwira di kamar itu. Ini harus dibuka terang-terangan,” ujar Jansen.
Informasi internal yang dihimpun menyebutkan bahwa AKBP Basuki sempat menginap bersama korban sebelum kejadian.
Namun hingga kini, pihak kepolisian belum memberikan klarifikasi mengenai hubungan keduanya.
Kasatreskrim Polrestabes Semarang, AKBP Andika Dharma Sena, memastikan saksi tersebut telah diperiksa.
Di sisi lain, Bid Propam Polda Jateng juga sedang menelusuri dugaan pelanggaran etik.
“Kami proses sesuai prosedur,” tegas Andika.
Baca Juga: Sertifikat Diblokir Sejak 2023, Warga Terdampak Tol Gilimanuk–Mengwi di Jembrana Kian Terjepit
Keluarga Ungkap Temuan Baru: Ada Darah di Tubuh Korban
Sumber: Radar Semarang, Radar Kudus, jawapos.com, Kaltim Post
Page 2
Page 3
Kecurigaan keluarga memuncak setelah memeriksa foto kondisi jenazah yang sangat berbeda dari keterangan awal polisi yang menyebut tidak ditemukan tanda kekerasan.
Kerabat korban, Tiwi, menyebut terdapat darah di hidung, mulut, dan bagian intim korban.
“Kondisinya tidak seperti orang meninggal karena sakit,” tegasnya.
Keluarga juga menyatakan DLL tidak memiliki riwayat penyakit kronis, sehingga kesimpulan kematian mendadak dianggap tidak masuk akal.
Keanehan bertambah ketika keluarga mengetahui bahwa DLL dan AKBP Basuki tercatat dalam satu Kartu Keluarga (KK).
“Katanya supaya KTP korban bisa pindah ke Semarang. Tapi kami tidak pernah diberi tahu sebelumnya,” kata Tiwi.
Yang lebih mengganjal, AKBP Basuki tidak hadir saat proses autopsi dilakukan di RSUP Dr Kariadi.
“Kalau memang saudara atau punya hubungan administratif, mestinya hadir,” ujarnya.
Baca Juga: Jalur Mesigit-Surabaya Pasarturi Pulih, Semua Perjalanan Kereta Api Kembali Berjalan Lancar
Kronologi Penemuan: Korban Telanjang di Lantai Kamar
DLL ditemukan sekitar pukul 05.30 WIB, terlentang tanpa busana di lantai kamar 210 kostel.
Laporan ke Polsek Gajahmungkur baru dilakukan sekitar pukul 07.00 WIB oleh AKBP Basuki, yang saat itu berada di dalam kamar bersama korban.
Dosen yang dikenal mengajar mata kuliah hukum pidana ini telah tinggal di kostel tersebut selama dua tahun.
Dua hari sebelum meninggal, korban sempat berobat ke rumah sakit karena darah tinggi dan gula darah tinggi.
Malam sebelum kejadian, korban disebut meminta tubuhnya dibaluri minyak kayu putih. Namun keesokan paginya, ia ditemukan tak bernyawa.
Sumber: Radar Semarang, Radar Kudus, jawapos.com, Kaltim Post
Page 4
7. Dugaan menginap bersama sebelum kejadian
Informasi internal menguatkan dugaan kedekatan keduanya.
8. Informasi polisi dan temuan keluarga tak sinkron
Visum awal menyebut tak ada kekerasan, sedangkan temuan keluarga menunjukkan indikasi sebaliknya.
Baca Juga: Motor Tanpa Pelat Nomor Diburu Polisi dalam Operasi Zebra Jaya 2025, Pelanggar Bisa Didenda Rp500 Ribu
Polisi Janji Transparan, Keluarga Desak Penyelidikan Terbuka
Kasatreskrim AKBP Andika Dharma Sena memastikan autopsi penuh telah dilakukan dan hasilnya masih menunggu proses laboratorium.
Ia enggan membeberkan identitas saksi laki-laki yang berada di TKP.
“Satu saksi kami periksa. Kami dalami dulu,” ujarnya.
Sementara itu, alumni Untag mendesak kepolisian mengusut kasus secara objektif tanpa melindungi siapa pun.
“Jangan sampai ada kesan kasus ini ditutup-tutupi untuk mengamankan oknum tertentu,” kata Jansen.
Keluarga meminta agar hasil autopsi diumumkan secara terbuka agar tidak terjadi spekulasi liar yang memperkeruh suasana.
“Banyak informasi yang tidak sinkron. Kami ingin kejelasan,” tegas Tiwi.
Baca Juga: Kronologi Lengkap Kematian Dosen Muda Untag Semarang di Kamar Kos Hotel Semarang, Ditemukan Tanpa Busana
Penyelidikan Masih Berjalan
Sumber: Radar Semarang, Radar Kudus, jawapos.com, Kaltim Post






