Radarbanyuwangi.id – Rencana aksi demo yang dilakukan Gerakan Nahdliyin Banyuwangi Bersatu (GNBB)
ditanggapi biasa oleh anggota karteker PCNU Banyuwangi. Mereka tidak terlalu risau dengan aksi tersebut.
Malahan, siang ini tujuh anggota karteker PCNU akan melaksanakan konsolidasi di kantor PCNU Banyuwangi.
”Silakan demo. Kami tidak akan menemui mereka. Apalagi, yang menggelar demo bukan orang-orang struktural PCNU. Kami sudah koordinasi dengan PWNU maupun PBNU, supaya tidak menemui pendemo,” ujar Karyono, salah satu anggota karteker PCNU Banyuwangi.
Karena bukan mengatasnamakan struktural PCNU, Karyono dkk khawatir aksi tersebut bakal disusupi oleh orang-orang yang memiliki paham berseberangan dengan NU.
Namun demikian, kalau aksi tersebut sampai mengarah ke tindakan anarkis, seperti menyegel kantor PCNU, pihaknya tidak bakal tinggal diam.
”Kalau seperti itu (anarkis, Red), ranahnya sudah masuk pidana. Yang jelas kami tidak akan tepengaruh dengan aksi demo. Rapat konsolidasi tetap kita gelar sampai sore dilanjutkan buka puasa bersama di kantor PCNU,” kata Karyono.
Rapat konsolidasi hari ini akan membahas tujuh Majelis Wakil Cabang (MWC) NU yang SK-nya masih bermasalah.
Mereka sengaja tidak diundang dalam silaturahmi penyerahan SK karteker Minggu lalu (17/3) di kantor PCNU Banyuwangi. Selain tujuh MWC, sebanyak 78 ranting NU se-Banyuwangi SK-nya juga masih bermasalah.
”Kami selesaikan satu per satu MWC serta ranting yang SK-nya bermasalah. Bagi 18 MWC yang hadir dalam silaturahmi di kantor PCNU Minggu lalu (17/3), mereka sudah menyatakan loyalitasnya kepada PWNU dan PBNU. Bentuk loyalitas ini disampaikan dalam pakta integritas,” tegas Karyono yang juga mantan penyiar radio dan anggota Panwaskab Banyuwangi tersebut.
Seperti diketahui, setelah masa kepengurusan PCNU di bawah KH Ali Maki Zaini habis, PBNU menunjuk karteker.
Ada belasan orang yang dimasukkan dalam susunan karteker yang diketuai Choirul Sholeh Rasyid dan sekretarisnya, Sidrotun Naim. Tujuh anggota karteker dari Banyuwangi yaitu Ayum Dja’far Azis, Anwar Rofiq, Ahmad Shodiq, Moh. Karyono, Fata Zamroni, Mahbub Junaidi, dan Habib Sirojul Munir. Selebihnya tujuh nama dari PBNU. (aif/c1)
