sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang wilayah Laut Bali pada Selasa malam (30/9/2025) pukul 23.49 WIB.
BMKG melaporkan pusat gempa berada di laut, sekitar 50 km tenggara Sumenep, Jawa Timur, dengan kedalaman 11 kilometer.
Getaran cukup kuat dirasakan warga di sejumlah daerah, mulai dari Sumenep, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, hingga Jember bahkan Malang.
Meski berkekuatan besar, BMKG menegaskan gempa ini tidak berpotensi tsunami. Lokasi pusat gempa yang berada di zona back-arc utara Jawa, serta magnitudo yang masih di bawah M7, membuat risiko terjadinya tsunami sangat kecil.
BMKG juga mencatat adanya 52 kali guncangan (gempa utama dan susulan) yang berlangsung sejak pukul 23.50 WIB hingga 00.18 WIB, dengan total durasi sekitar 29 menit. Fenomena ini wajar karena kerak bumi masih beradaptasi setelah pelepasan energi utama.
Rangkaian Guncangan: 52 Kejadian dalam kurun 29 Menit
Setelah gempa utama, terjadi sekitar 52 guncangan (mainshock + aftershock) dari 30 Sep 23:50:40 WIB hingga 1 Okt 00:18:46 WIB.
Durasi keseluruhan aktivitas mencapai ±29 menit 2 detik. Pola seperti ini lazim karena kerak bumi sedang “menyesuaikan” pasca pelepasan energi utama. Intensitas aftershock biasanya lebih kecil, meski tetap bisa terasa berulang kali.
Kenapa Tidak Berpotensi Tsunami?
Magnitudo belum memadai untuk pengangkatan dasar laut besar. Peristiwa tsunami tektonik umumnya butuh gempa ≥ M ~7 dengan deformasi vertikal kuat.
Pada M 6,1–6,5, energi yang terlepas relatif tidak cukup untuk memicu kolom air laut secara signifikan.
Lokasi di zona back-arc (utara Jawa/Bali), bukan di zona megathrust selatan Jawa yang biasa memicu tsunami besar. Di kawasan back-arc, patahan yang aktif umumnya menghasilkan pergeseran yang lebih kecil terhadap permukaan dasar laut.
Indikasi mekanisme sumber (dari tampilan moment tensor pada layar BMKG Anda) tidak menunjukkan pengangkatan vertikal masif yang lazim pada patahan naik besar (thrust) penyebab tsunami.
Page 2

Rabu, 1 Oktober 2025 | 00:57 WIB
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Gempa bumi tektonik berkekuatan magnitudo 6,5 mengguncang wilayah Laut Bali pada Selasa malam (30/9/2025) pukul 23.49 WIB.
BMKG melaporkan pusat gempa berada di laut, sekitar 50 km tenggara Sumenep, Jawa Timur, dengan kedalaman 11 kilometer.
Getaran cukup kuat dirasakan warga di sejumlah daerah, mulai dari Sumenep, Situbondo, Bondowoso, Banyuwangi, hingga Jember bahkan Malang.
Meski berkekuatan besar, BMKG menegaskan gempa ini tidak berpotensi tsunami. Lokasi pusat gempa yang berada di zona back-arc utara Jawa, serta magnitudo yang masih di bawah M7, membuat risiko terjadinya tsunami sangat kecil.
BMKG juga mencatat adanya 52 kali guncangan (gempa utama dan susulan) yang berlangsung sejak pukul 23.50 WIB hingga 00.18 WIB, dengan total durasi sekitar 29 menit. Fenomena ini wajar karena kerak bumi masih beradaptasi setelah pelepasan energi utama.
Rangkaian Guncangan: 52 Kejadian dalam kurun 29 Menit
Setelah gempa utama, terjadi sekitar 52 guncangan (mainshock + aftershock) dari 30 Sep 23:50:40 WIB hingga 1 Okt 00:18:46 WIB.
Durasi keseluruhan aktivitas mencapai ±29 menit 2 detik. Pola seperti ini lazim karena kerak bumi sedang “menyesuaikan” pasca pelepasan energi utama. Intensitas aftershock biasanya lebih kecil, meski tetap bisa terasa berulang kali.
Kenapa Tidak Berpotensi Tsunami?
Magnitudo belum memadai untuk pengangkatan dasar laut besar. Peristiwa tsunami tektonik umumnya butuh gempa ≥ M ~7 dengan deformasi vertikal kuat.
Pada M 6,1–6,5, energi yang terlepas relatif tidak cukup untuk memicu kolom air laut secara signifikan.
Lokasi di zona back-arc (utara Jawa/Bali), bukan di zona megathrust selatan Jawa yang biasa memicu tsunami besar. Di kawasan back-arc, patahan yang aktif umumnya menghasilkan pergeseran yang lebih kecil terhadap permukaan dasar laut.
Indikasi mekanisme sumber (dari tampilan moment tensor pada layar BMKG Anda) tidak menunjukkan pengangkatan vertikal masif yang lazim pada patahan naik besar (thrust) penyebab tsunami.