sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Ketegangan internal kembali mencuat di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Polemik yang berkembang semakin meluas hingga menarik perhatian kalangan Istana.
Pemerintah pun mendorong agar konflik tersebut dapat segera mereda demi menjaga stabilitas organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Berbagai isu perbedaan pandangan di internal PBNU belakangan menjadi sorotan publik. Situasi ini mendorong tokoh-tokoh senior NU untuk turun tangan.
Para ulama dan sesepuh organisasi menggelar pertemuan dengan tujuan memperkuat ukhuwah serta memastikan jalannya organisasi tetap pada khitah dan kepentingan umat.
Baca Juga: Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Raih Most Inspiring Tourism Leader di Wonderful Indonesia Award 2025
Salah satu langkah penting dalam meredakan konflik ini adalah pertemuan lanjutan yang diupayakan oleh jajaran kepemimpinan PBNU bersama para tokoh NU di daerah.
Mereka menekankan pentingnya menjaga marwah dan soliditas NU di tengah dinamika internal dan eksternal.
Sejumlah pihak berharap agenda dialog akan terus berlanjut untuk mencari titik temu dan menyatukan aspirasi kader-kader NU di seluruh negeri.
Harapan besar tertumpu pada kebesaran NU sebagai organisasi yang mampu menjadi perekat umat—bukan justru terbelah oleh perbedaan sikap dan dinamika politik yang berkembang.
Baca Juga: Tabel Angsuran KUR BRI 2025 Terbaru: Bunga 6 Persen, Plafon Hingga Rp 100 Juta untuk UMKM
Gambaran Konflik di Tubuh PBNU
- Konflik di internal PBNU mencuat sejak beredarnya dokumen risalah Rapat Harian Syuriyah yang memuat keputusan menghentikan masa jabatan Ketua Umum, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
- Berdasarkan risalah itu, pihak Syuriyah menilai ada pelanggaran — antara lain dugaan maladministrasi terkait keuangan dan pengambilan keputusan penting tanpa prosedur AD/ART yang sah.
- Sebagai respons, Gus Yahya dan kubunya menyatakan bahwa pemakzulan atau pemberhentian dirinya tidak sah secara hukum. Mereka menegaskan bahwa keputusan itu diambil tanpa memberi ruang klarifikasi.
Kondisi itu memicu gejolak struktural yang luas: rotasi pengurus struktural PBNU, tarik-ulur kewenangan antara Syuriyah dan Tanfidziyah, serta kebingungan di kalangan pengurus daerah.
Akibat konflik berkepanjangan, citra organisasi besar tersebut terus tergerus.
Sumber: NU Online, Antara, jawapos.com
Page 2
Banyak pihak — termasuk lembaga eksternal — memperingatkan agar pengurus tingkat daerah tidak terjebak dalam perebutan kekuasaan pusat.
Baca Juga: Ayah Pesepakbola Timnas Pratama Arhan Meninggal Dunia, Para Pemain Timnas Kirim Doa Duka
Upaya Pengamanan dan Islah oleh Sesepuh & Mustasyar NU
Menanggapi situasi genting ini, sejumlah tokoh senior NU menginisiasi upaya islah melalui pertemuan para kiai sepuh dan mustasyar.
Forum-forum tersebut digelar di beberapa pondok pesantren — termasuk di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, dan Pondok Pesantren Al‑Falah Ploso, Kediri.
Dalam pertemuan terbaru, pada Sabtu (6/12/2025) di Tebuireng, Gus Yahya hadir dan menyampaikan penjelasan terkait tudingan terhadapnya — termasuk soal keuangan dan kebijakan organisasi — kepada para kiai sepuh dan mustasyar.
Ia mengaku bersyukur mendapat kesempatan klarifikasi dan menyatakan dirinya terbuka untuk islah demi menjaga khidmah jam’iyah.
Selanjutnya, para sesepuh NU menekankan bahwa segala keputusan besar di tubuh PBNU — termasuk penetapan Penjabat (Pj) Ketua Umum — harus tunduk pada mekanisme organisasi sesuai AD/ART.
Mereka mendesak agar proses penunjukan tidak dilakukan secara tergesa-gesa atau sepihak.
Hasil resmi dari Forum Sesepuh dan Mustasyar ini diharapkan menjadi pijakan bagi penyelesaian konflik.
Forum menyerukan agar semua pihak menahan diri, menjaga martabat jam’iyah, dan mengutamakan musyawarah internal — bukan pengumbaran ke media atau eskalasi publik.
Baca Juga: Profil Johan Budi Sapto Pribowo: dari Wartawan, Jubir KPK, Anggota DPR, sampai Komisaris Transjakarta
Mengapa Krisis Ini Sangat Krusial untuk NU
- Nahdlatul Ulama (NU) adalah ormas Islam terbesar di Indonesia — konflik di tubuh PBNU bukan semata persoalan elite, tapi berpotensi menggoyang kepercayaan jamaah dan struktur daerah.
- Perselisihan soal legitimasi kepemimpinan, prosedur AD/ART, serta pengelolaan keuangan menimbulkan keresahan — terutama di tingkat cabang dan ranting NU di seluruh Indonesia.
- Bila konflik berkepanjangan tanpa penyelesaian yang adil, ada risiko fragmentasi internal dan melemahnya khidmah sosial NU — padahal masyarakat sangat bergantung pada keberadaan NU sebagai pilar moderasi dan sosial.
Situasi Terbaru & Titik Pemulihan
- Terbaru, pertemuan sesepuh NU di Tebuireng memberi sinyal bahwa jalan islah masih terbuka. Gus Yahya menyatakan diri siap berdialog dan memperjelas tudingan.
- Forum Sesepuh dan Mustasyar menolak penunjukan Pj Ketum tanpa persetujuan lengkap melalui musyawarah dan AD/ART — sebagai cara menjaga marwah organisasi dan menghindari keputusan sepihak.
- Para kader muda NU juga ikut menyuarakan agar konflik diselesaikan secara internal, menghormati tradisi syura, bukan melalui aksi politik eksternal atau pembentukan kubu baru. (*)
Sumber: NU Online, Antara, jawapos.com
Page 3
sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Ketegangan internal kembali mencuat di tubuh Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU).
Polemik yang berkembang semakin meluas hingga menarik perhatian kalangan Istana.
Pemerintah pun mendorong agar konflik tersebut dapat segera mereda demi menjaga stabilitas organisasi Islam terbesar di Indonesia.
Berbagai isu perbedaan pandangan di internal PBNU belakangan menjadi sorotan publik. Situasi ini mendorong tokoh-tokoh senior NU untuk turun tangan.
Para ulama dan sesepuh organisasi menggelar pertemuan dengan tujuan memperkuat ukhuwah serta memastikan jalannya organisasi tetap pada khitah dan kepentingan umat.
Baca Juga: Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani Raih Most Inspiring Tourism Leader di Wonderful Indonesia Award 2025
Salah satu langkah penting dalam meredakan konflik ini adalah pertemuan lanjutan yang diupayakan oleh jajaran kepemimpinan PBNU bersama para tokoh NU di daerah.
Mereka menekankan pentingnya menjaga marwah dan soliditas NU di tengah dinamika internal dan eksternal.
Sejumlah pihak berharap agenda dialog akan terus berlanjut untuk mencari titik temu dan menyatukan aspirasi kader-kader NU di seluruh negeri.
Harapan besar tertumpu pada kebesaran NU sebagai organisasi yang mampu menjadi perekat umat—bukan justru terbelah oleh perbedaan sikap dan dinamika politik yang berkembang.
Baca Juga: Tabel Angsuran KUR BRI 2025 Terbaru: Bunga 6 Persen, Plafon Hingga Rp 100 Juta untuk UMKM
Gambaran Konflik di Tubuh PBNU
- Konflik di internal PBNU mencuat sejak beredarnya dokumen risalah Rapat Harian Syuriyah yang memuat keputusan menghentikan masa jabatan Ketua Umum, Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya).
- Berdasarkan risalah itu, pihak Syuriyah menilai ada pelanggaran — antara lain dugaan maladministrasi terkait keuangan dan pengambilan keputusan penting tanpa prosedur AD/ART yang sah.
- Sebagai respons, Gus Yahya dan kubunya menyatakan bahwa pemakzulan atau pemberhentian dirinya tidak sah secara hukum. Mereka menegaskan bahwa keputusan itu diambil tanpa memberi ruang klarifikasi.
Kondisi itu memicu gejolak struktural yang luas: rotasi pengurus struktural PBNU, tarik-ulur kewenangan antara Syuriyah dan Tanfidziyah, serta kebingungan di kalangan pengurus daerah.
Akibat konflik berkepanjangan, citra organisasi besar tersebut terus tergerus.
Sumber: NU Online, Antara, jawapos.com







