Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Harga Bawang Merah yang Kini Terus Naik, Petani di Muncar Anggap Bisa Menutupi Biaya Operasional

harga-bawang-merah-yang-kini-terus-naik,-petani-di-muncar-anggap-bisa-menutupi-biaya-operasional
Harga Bawang Merah yang Kini Terus Naik, Petani di Muncar Anggap Bisa Menutupi Biaya Operasional
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

RADAR GENTENG – Harga bawang merah di sejumlah pasar yang saat ini tinggi, disambut baik oleh para petani yang kini sedang menanam bumbu dapur ini.

Mereka menganggap, kenaikan ini akan menutup biaya produksi yang cukup besar.

Salah satu petani bawang merah, Pujianti, 40, warga Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar mengaku saat ini harga bawang merah di tingkat petani termasuk tinggi.

“Sekarang harganya sekitar Rp 30 ribu per kilogram,” ujarnya, Jumat (5/1).

Harga itu, kata dia, melonjak dibandingkan sebulan sebelumnya yang berada di kisaran Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram.

Baca Juga: Tinggalkan Fomo, Produktivitas Remaja Nomor Satu

“Harga it uterus naik hingga mendekati libur Natal dan tahun baru,” cetusnya.

Harga bawang merah yang naik itu, disambut baik oleh para petani. Sebab, biaya produksi bawang merah itu dianggap cukup tinggi.

“Yang bikin mahal itu biaya perawatan untuk beli obat (pestisida),” katanya.

Beberapa jenis hama seperti ulat bawang, ujar Pujianti, sangat sulit untuk diberantas. Bahkan, dengan pestisida tidak mampu mengatasi hama ini.

“Kadang harus manual dengan mengambili ulat yang ada di sela-sela daun,” ujarnya.

Baca Juga: Kolaborasi Generasi Muda, Kampanye menuju Dunia tanpa Kelaparan

Salah satu pedagang di Pasar Srono, Desa Kebaman, Kecamatan Srono, Mohammad Ridho, 46, menyebut tingginya harga bawang merah ini disebabkan hasil yang kurang maksimal dari petani.

“Panenan dari sentra bawang merah, seperti dari Probolinggo turun karena cuaca,” terangnya.

Sumber: Jawa Pos Radar Genteng


Page 2

Hasil kurang maksimal itu, jelas dia, tidak bisa memenuhi permintaan pasar yang terus meningkat.

“Stok akhirnya tipis dan harganya merangkak naik mulai satu minggu sebelum Natal dan tahun baru,” ungkapnya.

Ridho memperkirakan, harga bawang merah akan cenderung tinggi jika belum ada hasil panen dari petani hingga Ramadan tiba.

Baca Juga: Polisi Minta Manajemen Hotel Sediakan Lifeguard, Pasca Dua Wisatawan Tewas Tenggelam di Hotel Minak Jinggo

“Malah bisa lebih tinggi lagi, mungkin bisa sekitar Rp 50 ribu per kilogram,” ujarnya.

Salah satu pembeli, Nur Latifah, 34, warga Desa Sukonatar, Kecamatan Srono mengaku terkejut dengan kenaikan harga bawang merah di pasar.

“Biasanya beli 25 kilogram untuk dijual lagi, sekarang hanya stok 10 kilogram saja,” ungkapnya.

Pengurangan jumlah pembelian itu, kata Nur, dilakukan untuk mengantisipasi jika tiba-tiba harga bawang merah turun.

“Biar tidak rugi kalau harganya anjlok lagi. Beli sedikit-sedikit saja,” katanya.(gas/abi)

Sumber: Jawa Pos Radar Genteng


Page 3

RADAR GENTENG – Harga bawang merah di sejumlah pasar yang saat ini tinggi, disambut baik oleh para petani yang kini sedang menanam bumbu dapur ini.

Mereka menganggap, kenaikan ini akan menutup biaya produksi yang cukup besar.

Salah satu petani bawang merah, Pujianti, 40, warga Desa Tembokrejo, Kecamatan Muncar mengaku saat ini harga bawang merah di tingkat petani termasuk tinggi.

“Sekarang harganya sekitar Rp 30 ribu per kilogram,” ujarnya, Jumat (5/1).

Harga itu, kata dia, melonjak dibandingkan sebulan sebelumnya yang berada di kisaran Rp 20 ribu hingga Rp 25 ribu per kilogram.

Baca Juga: Tinggalkan Fomo, Produktivitas Remaja Nomor Satu

“Harga it uterus naik hingga mendekati libur Natal dan tahun baru,” cetusnya.

Harga bawang merah yang naik itu, disambut baik oleh para petani. Sebab, biaya produksi bawang merah itu dianggap cukup tinggi.

“Yang bikin mahal itu biaya perawatan untuk beli obat (pestisida),” katanya.

Beberapa jenis hama seperti ulat bawang, ujar Pujianti, sangat sulit untuk diberantas. Bahkan, dengan pestisida tidak mampu mengatasi hama ini.

“Kadang harus manual dengan mengambili ulat yang ada di sela-sela daun,” ujarnya.

Baca Juga: Kolaborasi Generasi Muda, Kampanye menuju Dunia tanpa Kelaparan

Salah satu pedagang di Pasar Srono, Desa Kebaman, Kecamatan Srono, Mohammad Ridho, 46, menyebut tingginya harga bawang merah ini disebabkan hasil yang kurang maksimal dari petani.

“Panenan dari sentra bawang merah, seperti dari Probolinggo turun karena cuaca,” terangnya.

Sumber: Jawa Pos Radar Genteng