Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Harga Tomat Meroket Akibat Karat Daun yang Sulit Diatasi Petani

harga-tomat-meroket-akibat-karat-daun-yang-sulit-diatasi-petani
Harga Tomat Meroket Akibat Karat Daun yang Sulit Diatasi Petani

SRONO, Jawa Pos Radar Genteng – Melambungnya harga tomat di pasaran, diduga serangan penyakit tanaman yang sulit diatasi petani. Akibatnya, hasil panen menurun dan membuat harga tomat di awal tahun 2024 ini terus melambung hingga tembus Rp 20 ribu per kilogram.

Salah satu petani, Edi Mulyono, 43, warga Dusun/Desa Kepundungan, Kecamatan Srono mengatakan, tanaman tomat yang ditanam di lahan setengah hektar miliknya, mengalami kerusakan karena diserang karat daun. “Kena penyakit, hasil panen jadi jelek,” katanya, Senin (8/1).

Penyakit karat daun itu, kata dia, menyerang tanamannya sejak awal pekan lalu. Bagian daun ada bercak kuning, dan pada bagian batang mudanya mengering. “Padahal sudah sering dikasih obat (fungisida), tapi masih tidak mempan,” ungkapnya.

Karat daun, kata Edi, itu penyakit yang umum ditemui oleh petani tomat. Penyakit ini disebabkan jamur dan sangat mudah menyebar jika tidak segera diantisipasi. “Menularnya lewat air dan angin, karena pengaruh cuaca yang tidak menentu membuat tidak mempan diatasi pakai obat,” katanya.

Baca Juga: Sebanyak 15 Kiai Log-in PSI dan Dukung Abdul Ghoni, Caleg DPR RI dari PSI Nomor Urut 2 Dapil Jatim III Banyuwangi, Situbondo, Bondowoso

Edi mengaku baru memanen tanaman tomatnya sebanyak dua kali. Padahal, tanaman tomat itu bisa dipanen belasan kali sebelum mati. “Biasanya sejak awal berbuah, tiap dua minggu sekali bisa dipanen,” terangnya.

Saat pertama panen pada pertengahan Desember 2023, Edi mengaku hasil panennya masih cukup baik. Saat itu belum terkena serangan karat daun. “Saat panen pertama harganya sudah Rp 10 ribu per kilogram di tingkat petani,” terangnya.

Petani tomat lainnya, Suprihatin, 55, juga mengeluhkan kondisi cuaca yang kurang bersahabat. “Cuaca tidak menentu, mau tanam apapun jadi susah karena banyak penyakit,” katanya pada Jawa Pos Radar Genteng.

Ibu tiga anak ini mengaku tetap bersyukur masih bisa memanen tomatnya saat harga sedang melambung tinggi. “Harganya sekarang naik, jadi tidak terlalu banyak merugi meski tanaman kena penyakit,” ujarnya.

Salah satu pedagang Pasar Jajag, Kecamatan Gambiran, Yani Iskandar, 45, mengaku saat ini harga tomat sudah mulai menurun dibandingkan pekan lalu. “Sekarang harga toma di kisaran Rp 15 ribu per kilogramnya,” ujarnya.

Penurunan harga tomat itu, kata dia, disebabkan para pedagang sudah kembali mendapatkan stok tomat dari petani dengan jumlah besar. “Dari daerah lain sudah banyak yang panen, jadi harga bisa turun,” katanya.(gas/abi)

Sumber: Jawa Pos Radar Genteng