TIMES BANYUWANGI, BANYUWANGI – Memasuki puncak musim kemarau, sejumlah wilayah di Banyuwangi justri masih diguyur hujan dengan intensitas ringan hingga sedang. Kondisi anomali iklim yang biasa dikenal dengan sebutan kemarau basah ini membuat sektor pertanian perlu melakukan penyesuaian.
Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian dan Pangan (Dispertan) Banyuwangi, Ida Larasati, mengimbau para petani untuk lebih memperhatikan kondisi lahan agar tanaman tidak terganggu. Menurutnya, langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memperlancar sistem drainase.
“Kalau curah hujan tinggi, selokan atau saluran air perlu dilancarkan agar tidak terjadi genangan. Genangan air dapat merusak pertumbuhan tanaman dan memicu kerontokan,” kata Ida, Kamis (28/8/2025).
Selain drainase, masih Ida, pola tanam juga perlu disesuaikan dengan kondisi kemarau basah. Petani dianjurkan menanam padi gogo atau varietas yang toleran genangan. Alternatif lain, petani dapat menanam palawija seperti jagung, kedelai, atau kacang tanah yang kering dengan pola tanam tumpangsari.
“Sayuran cepat panen seperti kangkung, bayam, dan sawi juga bisa menjadi pilihan. Kelembapan tanah yang tinggi saat musim kemarau basah bisa dimanfaatkan untuk komoditas sayuran ini,” ujar Ida.
Lebih lanjut, Ida mengungkapkan bahwa tak hanya soal pemilihan tanaman, pemberian nutrisi tambahan juga dianjurkan. Ia menyebut penggunaan kalsium boron untuk membantu mencegah kerontokan pada tanaman.
“Pengawasan OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) juga mutlak diperlukan untuk segera melakukan gerakan pengendalian agar tidak meluas,” cetusnya.
Di samping itu, Dispertan Banyuwangi terus melakukan pendampingan kepada petani maupun kelompok tani di berbagai kecamatan. Pendampingan ini mencakup budidaya, penanganan pasca panen, hingga pengendalian hama dan penyakit.
Sementara itu, prakirawan stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, Fredy Kurniawan, mengatakan bahwa wilayah Banyuwangi masih berpotensi dilanda hujan meski saat ini dalam masa puncak kemarau.
“Meskipun berada di puncak musim kemarau, hujan masih bisa terjadi karena adanya gangguan cuaca berupa gelombang Rossby,” ujarnya.
Dikatakan Fredy, kondisi hujan ringan hingga tinggi yang beberapa hari terakhir terjadi di Bumi Blambangan, diperkirakan masih bertahan hingga 3 hingga 7 hari ke depan.
Dengan antisipasi yang tepat, diharapkan petani Banyuwangi tetap mampu menjaga produktivitasnya meski dihadapkan pada kondisi iklim yang tak menentu yang saat ini melanda Bumi Blambangan. (*)
Pewarta | : Muhamad Ikromil Aufa |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |