sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Jalan Tol Kamal–Teluknaga–Rajeg (Katara) menjadi salah satu proyek infrastruktur strategis yang disiapkan untuk memperkuat konektivitas wilayah pesisir utara Jakarta dan Kabupaten Tangerang, Banten.
Jalan tol ini dirancang menghubungkan kawasan Kamal Muara, Jakarta Utara, hingga Rajeg, serta menjadi tulang punggung akses menuju kawasan baru seperti Pantai Indah Kapuk (PIK) 2, kawasan industri, pelabuhan, dan permukiman baru di utara Banten.
Dalam praktiknya, ruas ini kerap pula disebut masyarakat sebagai Tol Kataraja (Kamal–Teluknaga–Balaraja).
Namun secara resmi, pemerintah dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) menetapkan nama Tol Katara, karena trase pembangunan tahap akhirnya hanya sampai Rajeg, sebelum terhubung ke jaringan tol lain menuju Balaraja.
Tol Katara memiliki panjang total sekitar 38,6 kilometer dan dibangun dalam delapan seksi.
Proyek ini diproyeksikan menjadi bagian penting jaringan tol barat Jabodetabek sekaligus jalur alternatif menuju Bandara Soekarno–Hatta dari sisi utara.
Bagian dari Pengembangan Kawasan Pesisir Utara
Pembangunan Tol Kamal–Teluknaga–Rajeg tidak terlepas dari pengembangan kawasan pesisir utara Jakarta–Tangerang, khususnya PIK 2, serta kawasan hunian, industri, dan logistik di Pakuhaji, Mauk, hingga Rajeg.
Tol ini dirancang sebagai penghubung utama antara:
- Tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo
- Tol Akses Tanjung Priok
- Tol Lingkar Luar Jakarta (JORR 1 dan JORR 2)
- Tol Semanan–Balaraja
Keberadaan ruas ini diharapkan mempercepat mobilitas orang dan barang tanpa harus melewati kepadatan Tol Dalam Kota.
Sejarah dan Skema Pembangunan
Perencanaan Tol Katara mulai mengemuka seiring pengembangan wilayah pesisir utara Tangerang sejak 2020–2021.
Pekerjaan awal berupa pembebasan lahan dan konstruksi awal mulai dilakukan pada 2021–2022, termasuk oleh PT Waskita Beton Precast (WSBP) di sekitar kawasan Pantai Pasir Putih PIK 2.
Proyek ini resmi mendapatkan dasar hukum melalui penandatanganan Perjanjian Pengusahaan Jalan Tol (PPJT) pada 1 Agustus 2023, antara Kementerian PUPR, BPJT, dan Badan Usaha Jalan Tol, yaitu PT Duta Graha Karya, yang merupakan bagian dari konsorsium Agung Sedayu Group dan Salim Group.
Tol Katara dibangun dengan skema Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) bersifat unsolicited, dengan total nilai investasi mencapai sekitar Rp 23,22 triliun.
Pembagian Seksi dan Panjang Ruas
Secara keseluruhan, Tol Kamal–Teluknaga–Rajeg terdiri dari 8 seksi, dengan rincian:
Sumber: Wikipedia, simpulkpbu.pu.go.id
Page 2
Page 3
- Seksi 1: Sedyatmo – Kosambi (6,7 km)
- Seksi 2: Kosambi – Teluknaga (3,7 km)
- Seksi 3: Teluknaga – Tanjung Pasir (3,1 km)
- Seksi 4: Tanjung Pasir – Kohod (3,65 km)
- Seksi 5: Kohod – Surya Bahari (5,15 km)
- Seksi 6: Surya Bahari – Pakuhaji (5,5 km)
- Seksi 7: Pakuhaji – Mauk (5,1 km)
- Seksi 8: Mauk – Rajeg (5,7 km)
Pembangunan dibagi dalam dua tahap besar:
- Tahap I: Seksi 1–4 (Sedyatmo–Kohod), ditargetkan beroperasi mulai 2025
- Tahap II: Seksi 5–8 (Kohod–Rajeg), ditargetkan rampung pada 2026
Progres Terbaru di Lapangan
Hingga pertengahan 2025, progres paling signifikan berada pada Seksi 1 (Sedyatmo–Kosambi). Ruas ini telah dipersiapkan sebagai pintu awal pengoperasian Tol Katara.
Seksi 1 sempat dioperasikan tanpa tarif pada 9 Oktober–24 November 2025, antara lain untuk mendukung penyelenggaraan Wonderful Indonesia Tourism Fair (WITF) 2025 di kawasan NICE PIK 2.
Skema operasional saat itu:
- Arah PIK 2 ke Jakarta: pengguna hanya membayar tarif Tol Sedyatmo / JORR
- Arah Bandara Soekarno–Hatta ke PIK 2: pengguna hanya membayar tarif Tol Sedyatmo
Pada hari-hari awal pengoperasian, arus kendaraan menuju PIK 2 terpantau ramai, sementara arus menuju Jakarta masih relatif lengang.
Untuk Seksi 2 (Kosambi–Teluknaga), pekerjaan masih berada pada tahap awal berupa land clearing dan persiapan struktur.
Sementara seksi 3 hingga 8 sebagian besar masih dalam tahap perencanaan teknis dan koordinasi pembebasan lahan.
Tantangan Geografis dan Teknik Konstruksi
Tol Katara melintasi kawasan pesisir dengan kondisi tanah lunak dan rawa, sehingga memerlukan penanganan teknik khusus.
Menteri PUPR periode 2019–2024, Basuki Hadimuljono, menegaskan pentingnya kajian geoteknik mendalam agar jalan tol tetap aman dan stabil.
Beberapa teknologi konstruksi yang diterapkan antara lain:
Perkuatan Tanah
Menggunakan spun pile (tiang pancang beton) dan perbaikan tanah untuk meningkatkan daya dukung pada area dengan kondisi tanah lunak.
Struktur Elevated dan On-Grade
- Ruas awal, terutama dekat pesisir dan kawasan rawan banjir, dibangun melayang (elevated).
- Ruas lanjutan dibangun on-grade di atas tanah yang telah dipadatkan.
Jembatan Sungai Dadap
Pada Seksi 1, pembangunan Jembatan Sungai Dadap menggunakan metode balanced cantilever, yakni konstruksi dari dua sisi menuju tengah tanpa perancah di bawah, guna menjaga aliran sungai dan ekosistem tetap berjalan.
Rute dan Interkoneksi Tol Katara
Titik Awal dan Akhir
- Timur: Junction Kamal / Sedyatmo → terhubung langsung ke Tol Prof. Dr. Ir. Sedyatmo dan Bandara Soekarno–Hatta
- Barat: Junction Rajeg → terhubung ke Tol Semanan–Balaraja
Daftar Simpang Susun
- Junction Sedyatmo/Kamal
- SS Kosambi
- SS Teluknaga
- SS Tanjung Pasir
- SS Kohod
- SS Surya Bahari
- SS Pakuhaji
- SS Mauk
- Junction Rajeg
Tol ini dirancang sebagai jalur lingkar utara yang melengkapi jaringan tol Jabodetabek.
Manfaat Strategis Tol Kamal–Teluknaga–Rajeg
1. Mengurai Kemacetan Jabodetabek Barat
Tol ini memungkinkan kendaraan dari barat dan utara tidak perlu masuk pusat Jakarta, sehingga mengurangi beban Tol Dalam Kota.
2. Memperlancar Distribusi Logistik
Akses langsung menuju Pelabuhan Merak dan kawasan industri mempercepat arus barang dan menekan biaya logistik nasional.
Sumber: Wikipedia, simpulkpbu.pu.go.id







