Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Budaya  

Ibadah Syukur Kemerdekaan RI di GKJW Banyuwangi

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

ibadahSebagai ungkapan syukur atas kemerdekaan RI yang kini telah menginjak usia 68 Tahun, jemaat Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Banyuwangi menggelar ibadah khusus Sabtu malam lalu (17/8). Seperti apa pelaksanaan ibadah tersebut?

SUASANA meriah meliputi se jumlah lokasi di wilayah Banyuwangi dan sekitarnya Sabtu malam (17/8). Maklum, kala itu tengah digelar ma lam resepsi peringatan hari ulang tahun (HUT) Kemerdekaan RI ke-68. Beragam hiburan, mulai nya nyian, tarian, hingga lawak disajikan ke pada masyarakat. Di waktu nyaris bersamaan, nuansa me rah putih dijumpai wartawan Jawa Pos Radar Banyuwangi di kom pleks Gereja Kristen Jawi We tan (GKJW), jalan Letkol Istiqlah Ba nyuwangi.

Rupanya, para jemaat ge reja tersebut tengah menggelar iba dah syukur atas kemerdekaan yang telah diraih dengan pengorbanan har ta, tenaga, hingga nyawa para pah lawan tersebut. Rangkaian ibadah diawali masuk nya sejumlah anggota Pasukan Pe ngibar Bendera (Paskibra) ke dalam gereja. Saat anggota Paskibra sampai di dalam gereja, rangkaian iba dah syukur tersebut lantas di lanjutkan dengan menyanyikan lagu Kebangsaan In donesia Raya.

Selanjutnya, jemaat menyanyikan pujipu jian dan lagu rohani yang lain. Tidak hanya itu, lagu-lagu pop bertema cinta tanah air, seperti lagu berjudul “Berita Cuaca” karya al marhum Gombloh, juga dinyanyikan pada rangkaian ibadah syukur tersebut. Kritik terhadap kehidupan yang sangat jom plang antara si kaya dan si miskin juga di sajikan kepada para jemaat melalui puisi dan teatrikal. Kisah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang mendapat perlakuan tidak adil juga disuguhkan dengan apik melalui te atrikal tersebut.

Sebagai penyumbang de visa yang cukup besar, para TKI itu ter nyata tidak mendapat perhatian penuh pe merintah dan segenap stake holder lainnya. Lebih jauh, adegan teatrikal meng gambarkan ketidakadilan manusia terhadap alam semesta. Pohon-pohon yang ber fungsi sebagai penahan dan penyerap air hujan di babat, banjir pun terjadi di mana-mana hingga menelan banyak korban harta dan jiwa. Sajian teatrikal, itu juga menampilkan per buruan liar yang mengakibatkan ru saknya keseimbangan lingkungan.

Selanjutnya, para jemaat GKJW menam pilkan drama yang mengangkat tema “Pe nindasan Jiwa, Batin, dan Mental Se seorang”. Digambarkan, penindasan di lakukan seorang perempuan kepada pa sangan laki-lakinya. Penindasan juga dilakukan seorang ayah yang tidak memberi ke bebasan sang anak menentukan masa de pannya. Selain itu, penindasan mental di dunia pendidikan juga ditampilkan dalam drama tersebut, yakni saat seorang guru men cemooh murid yang kurang pandai.

Kepada Jawa Pos Radar Banyuwangi, pe mimpin ibadah syukur, yakni Pendeta Soni Saksono Putro mengatakan, ibadah ter sebut digelar untuk melatih generasi muda dan jemaat secara umum agar ikut me rasakan pengorbanan yang sangat besar, baik harta, pikiran, tenaga, hingga nyawa, yang dilakukan oleh para pejuang. Dikatakan, lagu kebangsaan, lagu bertema per juangan dan rasa cinta tanah air, serta lagu pujian ditampilkan dalam ibadah kali ini sebagai ungkapan rasa syukur atas ke merdekaan yang dikaruniakan Tuhan.

“Ini sebagai ungkapan syukur atas HUT Ke merdekaan RI ke-68,” ujarnya. Dia menjelaskan pesan khotbah yang di sam paikan kepada jemaat adalah agar para je maat tersebut menjadi warga yang baik. Warga yang mampu menyatukan tutur, rasa, dan karya yang didasari kasih, baik kasih kepada Sang Pencipta yang memberi ke merdekaan, maupun kasih kepada se sama. “Untuk mengisi kemerdekaan, war ga jemaat tidak harus menunggu men jadi seorang pemimpin besar, orang kaya, maupun orang hebat, tetapi harus jadi warga yang baik.

Jadilah warga yang mampu menyatukan tutur, rasa, dan karya yang didasari kasih, baik kasih kepada Sang Pencipta yang memberi kemerdekaan, mau pun kasih kepada sesama,” ujar Pende ta Soni. Rangkaian ibadah syukur tersebut ditutup de ngan doa bersama. Seluruh jemaat, mu lai anak-anak, remaja, hingga orang tua ber doa demi kejayaan Bangsa dan Negara In donesia. “Ibadah ditutup dengan doa ber sama. Para orang tua juga mendoakan anak nya, agar menjadi orang yang baik. Kami juga mendoakan kejayaan negara In donesia yang kita cintai ini,” pungkasnya. (radar)