BANYUWANGI, KOMPAS.com – Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, telah menyelesaikan pembangunan jembatan darurat Sungai Lembu yang menghubungkan tiga desa di Kecamatan Pesanggaran.
Tiga desa tersebut, yaitu Desa Sumberagung, Kandangan, dan Sarongan, sebelumnya terisolasi akibat jembatan penghubung yang mengalami keretakan dan ambles.
Jembatan yang terbuat dari baja dengan sistem knock down ini dirancang untuk akses kendaraan roda empat, melengkapi jembatan darurat roda dua yang telah dibangun beberapa hari setelah jembatan utama ambrol.
Jembatan darurat dibangun sekitar 300 meter dari lokasi jembatan lama, menggunakan anggaran belanja tidak terduga (BTT) sebesar Rp 2,6 miliar yang dialokasikan untuk kondisi kebencanaan.
Baca juga: Jembatan Kali Tutur Lumajang Putus, Warga Gotong Royong Bangun Jembatan Darurat dari Bambu
Dengan selesainya pembangunan jembatan, aktivitas warga di ketiga desa tersebut kini kembali normal.
“Alhamdulillah, dari Sungai Lembu ke Sarongan sekarang bisa berjalan lancar dan bisa beraktivitas seperti biasa. Mobil sekarang sudah bisa lewat,” kata Sri Windarti, salah satu warga setempat.
Ia juga mengucapkan terima kasih kepada Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, yang meninjau langsung jembatan tersebut.
Jembatan darurat ini dapat dilalui oleh kendaraan roda empat selama arus sungai kecil.
Namun, saat debit air meningkat, akses jembatan akan terhambat.
“Alhamdulillah sudah selesai dan bisa dilewati mobil. Jembatan ini menjadi prioritas karena menghubungkan tiga desa di Kecamatan Pesanggaran. Selanjutnya, jembatan permanen akan kami bangun di lokasi jembatan yang lama pada 2026,” ungkap Ipuk.
Baca juga: Bupati Lumajang Sebut Pembangunan Jembatan Kali Tutur yang Putus Butuh Rp 3,5 miliar
Ipuk juga menyampaikan rasa terima kasihnya kepada warga yang telah bergotong-royong dan mendukung selama proses pembangunan jembatan darurat.
“Terima kasih pada masyarakat Pesanggaran yang turut membantu dan mendukung berdirinya jembatan ini,” tambahnya.
Plt Kepala Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman (DPU CKPP) Banyuwangi, Suyanto Waspo Tondo Wicaksono, menjelaskan bahwa pembangunan jembatan darurat ini memakan waktu dua bulan karena rangkanya dirakit langsung di pabrik.
“Lokasi ini dipilih karena bentangnya paling sempit, hanya 30 meter, sehingga lebih efisien untuk pemasangan jembatan sementara,” ungkap Yayan, sapaan akrabnya.
Jembatan tersebut memiliki panjang 30 meter, lebar 3,5 meter, dan tinggi 2,1 meter.
Page 2
Meskipun berstatus darurat, konstruksi jembatan dipastikan kokoh dengan fondasi yang diperkuat batu bronjong berlapis di kedua bibir sungai, serta strous atau penguat hingga kedalaman empat meter.
“Rangka jembatan menggunakan besi kanal dengan sistem knock down,” imbuhnya.
Baca juga: Warga dan Relawan Gotong Royong, Jembatan Maut yang Viral di Lampung Diperbaiki
Karena sifatnya yang darurat, jembatan ini hanya boleh dilalui kendaraan roda empat dengan beban maksimal 10 ton, yang diprioritaskan untuk kendaraan keluarga dan niaga ringan.
Sementara itu, truk besar tetap diarahkan untuk melewati jalur lain.
Pemkab Banyuwangi juga menargetkan pembangunan jembatan permanen akan dimulai pada tahun 2026 di lokasi jembatan lama yang ambles.
“Jembatan eksisting rencananya akan dibangun kembali tahun depan, dengan estimasi pengerjaan enam bulan,” ujar Yayan.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini