detik.com
Hingga November 2025, ada 65 Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP) yang bertransformasi menghadirkan wajah baru kampung nelayan di sejumlah daerah di Indonesia. Serapan anggaran untuk program ini mencapai Rp 1,34 triliun.
KNMP menjadi program prioritas nasional dengan target 1.100 KNMP di seluruh Indonesia. Di Jawa Timur, ada 3 proyek KNMP yang masih dalam pengerjaan yakni di Kabupaten Banyuwangi, Malang, dan Tuban dengan terget rampung konstruksi pada akhir Desember 2025.
Di Banyuwangi, KNMP dibangun di atas lahan seluas 1 hektare yang terkoneksi dengan wisata kuliner hasil laut dan pelabuhan rakyat yang selama ini telah menjadi destinasi wisata laut yang ramah lingkungan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terletak di kecamatan Lateng, KNMP ini memiliki aksesibilitas memadai dengan 2 jalur masuk yang tidak jauh dari pusat kota dan jalan provinsi menuju sejumlah daerah di Jawa Timur dan Bali.
KNMP ini sebelumnya telah diproyeksikan menjadi Kampung Nelayan Modern yang telah dilakukan peninjauan langsung oleh Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP) Sakti Wahyu Trenggono pada 30 Maret 2024.
“Populasi jumlah penduduk di wilayah pesisir mencapai 140 juta jiwa, di mana Indonesia harus menempatkan laut sebagai halaman depan sekaligus episentrum pembangunan nasional terutama untuk mewujudkan Indonesia emas di tahun 2045,” ujar Trenggono usai menyerahkan 4 unit kapal hasil rampasan asal Vietnam di Banyuwangi, saat itu.
Terintegrasi dengan Destinasi Wisata
Kampung nelayan Modern di Lateng Banyuwangi ditargetkan menjadi KNMP yang terintegrasi langsung dengan destinasi wisata. Perpaduan pemandangan yang elok dengan panorama Pulau Bali menambah keunggulan KNMP Lateng, Banyuwangi.
Berbeda dengan KNMP lainnya, KNMP di kabupaten berjuluk Sun Rise of Java ini memberikan kesempatan bagi UMKM kuliner tetap hidup di kompleks itu. Bangunan dari setiap gedung pun dilengkapi ornamen khas Banyuwangi. Mulai dari desain atapnya dengan khas Osing dan ornamen gambar batik Gajah Oling yang menjadi ciri khas Banyuwangi.
“Banyuwangi adalah kota yang telah menjadi tujuan wisata, maka di setiap konsep pembangunan di sini juga tidak boleh meninggalkan unsur wisata,” kata Bupati Banyuwangi Ipuk FIestiandani.
Ipuk menyebutkan ada 29.000 nelayan yang tersebar di wilayah timur. Selama ini Banyuwangi mampu memproduksi 48.000 ton ikan dengan nilai jual mencapai Rp 678 miliar. Keberadaan KNMP diharapkan bisa mendorong produktivitas hasil laut yang turut meningkatkan kesejahteraan masyarakat Banyuwangi.
“Banyuwangi punya wilayah timur dan selatan yang dikelilingi pantai dengan jumlah nelayan 29.000 orang di mana produksi ikan mencapai 48.000 ton dan nilai jual mencapai Rp 678 miliar,” kata Ipuk.
Dari Kawasan Kumuh Jadi Memesona
KNMP yang disahkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 55 Tahun 2025 itu telah menjadikan upaya penataan kawasan pesisir kian terarah.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Banyuwangi Suryono Bintang menyebutkan program prioritas ini menjadikan kawasan Pesisir yang sebelumnya kumuh, kotor, berantakan, dan berbahaya dihadirkan dengan wajah yang lebih memesona disertai peningkatan infrastruktur penunjang produktivitas di sektor kelautan, perikanan, dan pariwisata.
Gambar 3D konsep pembangunan sentra kuliner KNMP Lateng Banyuwangi. (Foto: Eka Rimawati/detikJatim) |
“Pembangunan ini kan harus terintegrasi, jadi muaranya semua ingin meningkatkan kesejahteraan kemandirian ekonomi nelayan sesuai dengan program Asta Citanya Pak Presiden Prabowo dengan ketahanan pangan,” ungkap Suryono.
Suryono menambahkan, seluruh layanan dan infrastruktur yang dibangun di KNMP ini sepenuhnya memperhatikan aspek kebutuhan dasar masyarakat pesisir, terutama para nelayan.
Berbagai fasilitas dari pelabuhan yang tertata dengan tempat pendaratan ikan, perahu-perahu berlabuh, pusat pengisian bahan bakar minyak, balai pertemuan, pabrik pengolahan perikanan, pabrik es batu, dan sentra kuliner perikanan.
“Dan yang membedakan dengan 65 titik KNMP, karena kegiatan ini kan dari hulu sampai hilir, maka hilirisasi juga kami perkuat karena endingnya nanti di hilirisasi. Jadi ada penyiapan itu. Seperti menyiapkan pabrik es batu, kemudian kami siapkan sentra kuliner berbahan ikan berbasis perikanan. Karena memang di off farm-nya pasca panennya kuat, terus pemasaran dengan diversifikasi nelayan kami perkuat,” katanya.
500 Pengunjung dalam Sepekan
Penataan KNMP di kawasan Lateng ini disesuaikan dengan konsep yang telah ada. Dalam sepekan tidak kurang dari 500 pengunjung datang ke sentra kuliner khas ikan laut yang ada di sini. Penataan yang dilakukan lewat KNMP ini diharapkan dapat kian menarik wisatawan asing maupun domestik.
Menurut Suryono, peningkatan produksi kelautan harus diimbangi dengan pasar yang potensial sehingga hasil laut dari nelayan dapat dipasarkan lewat sentra kuliner dan bisa diolah oleh perusahaan pengolahan hasil laut yang ada untuk dijadikan produk siap saji dengan kualitas ekspor.
Seluruh pengelolaan wilayah KNMP ini ditargetkan rampung pada awal tahun 2026, yang mana pusat pengendali program ini adalah Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih (KDKMP) yang berdiri di Kampung Nelayan itu.
Setelah seluruh proyek konstruksi usai, maka pelaksana proyek akan menyerahkan ini kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk selanjutnya dari pemerintah pusat akan diserahkan kepada pemerintah daerah dan dikelola melalui KDKMP.
“Karena sesuai juknis dari KKP, memang pengelolaannya nanti di koperasi desa kelurahan merah putih itu sifatnya sewa aset, pengelolaan dan pemanfaatan. MOU-nya semua nanti lewat KDKMP,” jelas Suryono lebih lanjut.
Habiskan Anggaran Rp 10,4 Miliar
Untuk membangun dan menata kawasan Kampung nelayan ini, pemerintah pusat menggelontor anggaran Rp 10,4 milliar yang dilokasikan pada pengerjaan konstruksi dengan target penyelesaian akhir Desember 2025.
Rendra Kurnia, koordinator pelaksana proyek KNMP Banyuwangi menyebutkan perkembangan pembangunan KNMP tersebut sudah mencapai 35% dengan estimasi capaian pada akhir November 2025 sudah 50%.
Konsep pembangunan KNMP ini berbeda dari pembângunan 2 KNMP lainnya di Jawa Timur, dimana konsepnya dengan tetap mempertahankan sentra kuliner sebanyak 20 kios yang dibagi dalam 5 blok. Seluruh bangunan ditata dengan memperhatikan unsur lokalistik yang estetik.
“Yang banyak berubaha itu di sentra kuliner atau kiosnya jadi ada beberapa item yang kita skip untuk memenuhi permintaan pemerintah daerah sebanyak 20 kios dengan 5 blok,” ungkap Rendra.
Rendra mengatakan, pembangunan konstruksi vital akan ada pada pembangunan pabrik es yang awalnya berkonsep kristal beralih ke konsep pabrik produksi es balok untuk mengakomodir kebutuhan nelayan.
Saat ini, pembangunan konstruksi terkendala intensitas hujan tinggi yang maju dari jadwal yang diperkirakan. Męski demikian Rendra meyakini target pembangunan konstruksi pada akhir Desember tahun ini bisa tercapai.
(dpe/abq)









