Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Karangan Bunga Sembako

karangan-bunga-sembako
Karangan Bunga Sembako

PAGAR depan Pendapa Sabha Swagata Blambangan sepi dari karangan bunga. Pun pagar dan tembok kantor bupati di Jalan A. Yani. Pemandangan langka itu terjadi menjelang hingga pascapelantikan bupati dan wakil bupati Banyuwangi periode 2025–2030.

Sekadar mengingatkan, pasangan Ipuk Fiestiandani Azwar Anas-Mujiono dilantik sebagai Bupati-Wakil Bupati Banyuwangi pada 20 Februari 2025. Yang melantik Presiden RI Prabowo Subianto langsung. Lokasi pelantikannya juga sangat istimewa: Istana Negara Jakarta.

Sepinya ucapan selamat lewat media karangan bunga itu kontras dengan momentum yang sama, di era-era sebelumnya. Dulu, setiap kali ada pelantikan bupati-wabup atau pejabat lainnya, karangan bunga ucapan selamat terus berdatangan. Baik dari pejabat internal, kolega, mitra, dan kalangan masyarakat. Ratusan karangan bunga itu ditata rapi di pagar, pohon, dan bahkan tembok. Sampai-sampai pagar pendapa dan tembok kantor bupati tak kelihatan. Berubah menjadi pagar dan tembok karangan bunga.

Tak tampaknya karangan bunga ucapan selamat atas dilantiknya bupati-wabup itu bukan sebuah kebetulan. Sebelumnya beredar imbauan kepada khalayak. Agar mengganti ucapan selamat pelantikan bupati-wabup yang biasanya dalam bentuk karangan bunga dengan paket sembako. Untuk selanjutnya, ditegaskan dalam imbauan tersebut, paket sembako itu didistribusikan kepada warga tidak mampu. Juga warga terdampak bencana.

Terobosan itu keren. Meski bukan yang baru. Di tempat lain, karangan bunga ucapan selamat atas dilantiknya kepala daerah diganti dengan bibit pohon. Ide itu juga bagus. Tapi, untuk jangka lama. Bahkan, saat kepada daerahnya sudah pensiun, tanamannya belum bisa ”dinikmati” oleh rakyat!

Sekali lagi, gagasan mengganti karangan bunga dengan paket sembako itu brilian. Setidaknya, pertama, terhindar dari kesan ”berwah-wah”. Harga satu karangan bunga sekitar Rp 500.000–Rp 550.000. Tergantung bentuk dan bahannya. Itu pengamalan kantor saya membeli karangan bunga. Sementara harga paket sembako pengganti karangan bunga jauh di bawahnya. Untuk harga satu paket 5 kg beras, 1 liter minyak goreng, dan 5 bungkus mi instan hanya seratusan ribu. Lebih murah, bukan?

Dari sisi kemanfaatan. Ucapan dalam bentuk karangan bunga lebih ke soal prestise. Makin banyak karangan bunga yang datang, mengesankan kehebatan orang yang diberi karangan bunga. ”Wah pasti penerimanya orang hebat, yang mengirim karangan bunga banyak sekali.”

Komentar seperti itu masih sering kita dengar dari masyarakat. Terutama untuk momentum pelantikan, pergantian pejabat baru, ulang tahun kantor, dan kematian. Padahal, di balik penyampaian karangan bunga ucapan terselubung banyak motivasi lain. Bukan sekadar ucapan simpatik. Tapi, sekaligus ”mengabsenkan” diri. Agar mendapat perhatian dari si penerima ucapan!

Kedua, karangan paket sembako menunjukkan kepedulian seorang pemimpin kepada rakyatnya. Khususnya warga miskin dan korban bencana. Kebetulan, menjelang pelantikan Bu Ipuk-Pak Muji jadi bupati-wakil bupati, sejumlah wilayah di Bumi Blambangan diterjang banjir lumayan besar.

Jangan dilihat harganya. Tapi lihatlah nilainya. Nilai kepedulian. Tebersit pesan, Ipuk-Muji tak ingin merayakan kebahagiaannya dilantik sebagai bupati-wakil bupati. Mereka ingin berbagi kebahagiaannya dengan warga miskin dan korban bencana. Mereka ”korbankan” primordialisme ucapan selamat lewat karangan bunga. Menggantinya dengan ucapan selamat berbentuk karangan paket sembako (beras 5 kg, minyak goreng 1 liter, dan mi instan 5 bungkus). Yang ditunggu-tunggu oleh warga miskin dan korban bencana.

Benar saja. Bupati Ipuk membuat senyum 2.657 warga miskin dan korban bencana merekah. Setelah mereka menerima paket sembako hasil konversi dari karangan bunga.

Sekadar tahu, ribuan paket sembako itu dikirim ke pendapa hanya dalam dua hari (20–21 Februari). Oleh berbagai kalangan masyarakat. Mulai pejabat, pengusaha, lembaga sosial-keagamaan, hingga masyarakat biasa, dlsb. Ribuan paket sembako itu lalu didistribusikan kepada yang berhak menerimanya. Karena Bupati Ipuk mengikuti retret di kompleks Akademi Militer di Magelang selama sepekan (21–28 Februari), distribusi dipimpin oleh Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Banyuwangi Choiril Ustadi Yudawanto. Ia blusukan ke desa-desa di Kota Gandrung. Bersama camat, kepala desa/kelurahan, tokoh masyarakat, serta pengusaha yang telah mengirimkan karangan ucapan paket sembako.

Wa ba’du. Bukan hanya senyum semringah. Melainkan doa tulus langsung terucap dari mulut para penerima paket sembako. Yang umumnya sudah sangat sepuh. Mereka mendoakan Bupati Ipuk dan Wabup Mujiono sukses memimpin kota the Sunrise of Java.

Saya bersyukur menjadi saksi manfaat paket sembako pengganti karangan bunga ucapan selamat pelantikan bupati-wabup Banyuwangi itu. Yakni, ketika ikut menyerahkannya di Dusun Guwo, Desa Grogol, Kecamatan Giri. Seperti sedang memutar kembali kenangan ketika menjadi Ketua Baznas dulu (2015–2020).


Page 2

Karangan Bunga Sembako

Karangan Bunga Sembako

Rabu, 5 Maret 2025 | 06:15 WIB

Destinasi Tiga Something

Destinasi Tiga Something

Rabu, 19 Februari 2025 | 05:19 WIB

Libas Miras

Libas Miras

Rabu, 5 Februari 2025 | 06:35 WIB

Mega Hit dan STY Hit

Mega Hit dan STY Hit

Rabu, 29 Januari 2025 | 06:00 WIB

Persewangi Menuju Sepak Bola Industri

Persewangi Menuju Sepak Bola Industri

Rabu, 22 Januari 2025 | 08:48 WIB

Tanah Suci DAI

Tanah Suci DAI

Selasa, 14 Januari 2025 | 19:37 WIB

Selangkah Lagi Sempurna

Selangkah Lagi Sempurna

Rabu, 8 Januari 2025 | 10:32 WIB

Australia Sudah, Kapan Kita

Australia Sudah, Kapan Kita

Rabu, 11 Desember 2024 | 09:26 WIB

Minus Antusiasme

Minus Antusiasme

Rabu, 4 Desember 2024 | 09:09 WIB

Kostum Bali Awak Banyuwangi

Kostum Bali Awak Banyuwangi

Rabu, 27 November 2024 | 10:33 WIB

Berkah Ganda ASMOPSS

Berkah Ganda ASMOPSS

Rabu, 20 November 2024 | 05:41 WIB

Pemilih Pokoke

Pemilih Pokoke

Rabu, 13 November 2024 | 10:02 WIB

Nebeng Skybridge

Nebeng Skybridge

Rabu, 6 November 2024 | 09:24 WIB

Catatan Tercecer Gandrung Sewu

Catatan Tercecer Gandrung Sewu

Rabu, 30 Oktober 2024 | 08:50 WIB

Marhaban Para Penggubah Keindahan

Marhaban Para Penggubah Keindahan

Rabu, 23 Oktober 2024 | 09:27 WIB

Kapten Yaskid

Kapten Yaskid

Kamis, 17 Oktober 2024 | 15:02 WIB

Seharusnya Paslon Itu

Seharusnya Paslon Itu

Rabu, 9 Oktober 2024 | 10:22 WIB

Generasi (C)emas

Generasi (C)emas

Rabu, 2 Oktober 2024 | 07:59 WIB


Page 3

PAGAR depan Pendapa Sabha Swagata Blambangan sepi dari karangan bunga. Pun pagar dan tembok kantor bupati di Jalan A. Yani. Pemandangan langka itu terjadi menjelang hingga pascapelantikan bupati dan wakil bupati Banyuwangi periode 2025–2030.

Sekadar mengingatkan, pasangan Ipuk Fiestiandani Azwar Anas-Mujiono dilantik sebagai Bupati-Wakil Bupati Banyuwangi pada 20 Februari 2025. Yang melantik Presiden RI Prabowo Subianto langsung. Lokasi pelantikannya juga sangat istimewa: Istana Negara Jakarta.

Sepinya ucapan selamat lewat media karangan bunga itu kontras dengan momentum yang sama, di era-era sebelumnya. Dulu, setiap kali ada pelantikan bupati-wabup atau pejabat lainnya, karangan bunga ucapan selamat terus berdatangan. Baik dari pejabat internal, kolega, mitra, dan kalangan masyarakat. Ratusan karangan bunga itu ditata rapi di pagar, pohon, dan bahkan tembok. Sampai-sampai pagar pendapa dan tembok kantor bupati tak kelihatan. Berubah menjadi pagar dan tembok karangan bunga.

Tak tampaknya karangan bunga ucapan selamat atas dilantiknya bupati-wabup itu bukan sebuah kebetulan. Sebelumnya beredar imbauan kepada khalayak. Agar mengganti ucapan selamat pelantikan bupati-wabup yang biasanya dalam bentuk karangan bunga dengan paket sembako. Untuk selanjutnya, ditegaskan dalam imbauan tersebut, paket sembako itu didistribusikan kepada warga tidak mampu. Juga warga terdampak bencana.

Terobosan itu keren. Meski bukan yang baru. Di tempat lain, karangan bunga ucapan selamat atas dilantiknya kepala daerah diganti dengan bibit pohon. Ide itu juga bagus. Tapi, untuk jangka lama. Bahkan, saat kepada daerahnya sudah pensiun, tanamannya belum bisa ”dinikmati” oleh rakyat!

Sekali lagi, gagasan mengganti karangan bunga dengan paket sembako itu brilian. Setidaknya, pertama, terhindar dari kesan ”berwah-wah”. Harga satu karangan bunga sekitar Rp 500.000–Rp 550.000. Tergantung bentuk dan bahannya. Itu pengamalan kantor saya membeli karangan bunga. Sementara harga paket sembako pengganti karangan bunga jauh di bawahnya. Untuk harga satu paket 5 kg beras, 1 liter minyak goreng, dan 5 bungkus mi instan hanya seratusan ribu. Lebih murah, bukan?

Dari sisi kemanfaatan. Ucapan dalam bentuk karangan bunga lebih ke soal prestise. Makin banyak karangan bunga yang datang, mengesankan kehebatan orang yang diberi karangan bunga. ”Wah pasti penerimanya orang hebat, yang mengirim karangan bunga banyak sekali.”

Komentar seperti itu masih sering kita dengar dari masyarakat. Terutama untuk momentum pelantikan, pergantian pejabat baru, ulang tahun kantor, dan kematian. Padahal, di balik penyampaian karangan bunga ucapan terselubung banyak motivasi lain. Bukan sekadar ucapan simpatik. Tapi, sekaligus ”mengabsenkan” diri. Agar mendapat perhatian dari si penerima ucapan!

Kedua, karangan paket sembako menunjukkan kepedulian seorang pemimpin kepada rakyatnya. Khususnya warga miskin dan korban bencana. Kebetulan, menjelang pelantikan Bu Ipuk-Pak Muji jadi bupati-wakil bupati, sejumlah wilayah di Bumi Blambangan diterjang banjir lumayan besar.

Jangan dilihat harganya. Tapi lihatlah nilainya. Nilai kepedulian. Tebersit pesan, Ipuk-Muji tak ingin merayakan kebahagiaannya dilantik sebagai bupati-wakil bupati. Mereka ingin berbagi kebahagiaannya dengan warga miskin dan korban bencana. Mereka ”korbankan” primordialisme ucapan selamat lewat karangan bunga. Menggantinya dengan ucapan selamat berbentuk karangan paket sembako (beras 5 kg, minyak goreng 1 liter, dan mi instan 5 bungkus). Yang ditunggu-tunggu oleh warga miskin dan korban bencana.

Benar saja. Bupati Ipuk membuat senyum 2.657 warga miskin dan korban bencana merekah. Setelah mereka menerima paket sembako hasil konversi dari karangan bunga.

Sekadar tahu, ribuan paket sembako itu dikirim ke pendapa hanya dalam dua hari (20–21 Februari). Oleh berbagai kalangan masyarakat. Mulai pejabat, pengusaha, lembaga sosial-keagamaan, hingga masyarakat biasa, dlsb. Ribuan paket sembako itu lalu didistribusikan kepada yang berhak menerimanya. Karena Bupati Ipuk mengikuti retret di kompleks Akademi Militer di Magelang selama sepekan (21–28 Februari), distribusi dipimpin oleh Asisten Administrasi Umum Sekretariat Daerah Kabupaten Banyuwangi Choiril Ustadi Yudawanto. Ia blusukan ke desa-desa di Kota Gandrung. Bersama camat, kepala desa/kelurahan, tokoh masyarakat, serta pengusaha yang telah mengirimkan karangan ucapan paket sembako.

Wa ba’du. Bukan hanya senyum semringah. Melainkan doa tulus langsung terucap dari mulut para penerima paket sembako. Yang umumnya sudah sangat sepuh. Mereka mendoakan Bupati Ipuk dan Wabup Mujiono sukses memimpin kota the Sunrise of Java.

Saya bersyukur menjadi saksi manfaat paket sembako pengganti karangan bunga ucapan selamat pelantikan bupati-wabup Banyuwangi itu. Yakni, ketika ikut menyerahkannya di Dusun Guwo, Desa Grogol, Kecamatan Giri. Seperti sedang memutar kembali kenangan ketika menjadi Ketua Baznas dulu (2015–2020).