BANYUWANGI, KOMPAS.com – Busahra (56) dan Joddy Soebiyanto (61) yang diamankan polisi usai melakukan pemalakan dan penyanderaan bus pariwisata di kawasan wisata Bangsring Underwater, Banyuwangi, Jawa Timur, pada Sabtu (13/12/2025), meminta maaf.
Keduanya mengaku salah telah melakukan pungutan liar kepada wisatawan. Mereka melakukan penarikan uang Rp 150.000 dengan dalih sebagai uang pengawalan.
“Kami menyatakan permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah saya rugikan akibat dari perbuatan kami,” kata Busahra.
Selain mengaku telah melakukan pungli, Busahra juga menyatakan bahwa tindakannya itu atas inisiatif sendiri tanpa perintah dari pihak mana pun, termasuk desa, kepolisian, hingga pengelola wisata.
Baca juga: Polisi Ciduk 2 Penyandera Bus Wisata di Banyuwangi, Pengakuan Pelaku: Beli Sembako untuk Warga
Berbeda dari pengakuan awalnya kepada polisi bahwa uang hasil pungli itu dikumpulkan untuk pembelian sembako yang akan dibagikan ke warga sekitar, pengakuan tersebut dibantah oleh RT maupun pihak desa.
“Kami meminta maaf kepada pengunjung wisata Bangsring Underwater atas ketidaknyamanannya dan kami berjanji tidak akan mengulangi perbuatan tersebut,” ujar Busahra.
Dalam video yang ramai dibagikan, Busahra juga mengatakan siap menerima konsekuensi dan siap diproses secara hukum yang berlaku apabila kedapatan kembali melakukan pungli kepada wisatawan.
Kapolsek Wongsorejo AKP Eko Darmawan mengatakan bahwa pihaknya telah mengumpulkan pihak-pihak terkait untuk memastikan bahwa kasus yang masuk dalam kategori premanisme itu benar-benar ditangani oleh pihak kepolisian.
Baca juga: Bus Pariwisata di Banyuwangi Ditahan Preman karena Tak Bayar Uang Pengawalan, Penyandera Ditangkap
Kepada para pelaku, polisi mengedepankan pembinaan terlebih dahulu tetapi tidak mengurangi sanksi terkait penindakan. Keduanya dikenai sanksi wajib lapor.
Ia juga telah memerintahkan Bhabinkamtibmas Desa Bangsring untuk berkoordinasi dengan pengelola wisata dan tokoh masyarakat sekitar agar tidak terjadi lagi kejadian pemerasan dengan modus jasa pengawalan bus pariwisata.
“Tujuan kami adalah jangan sampai peristiwa ini terjadi lagi di kemudian hari. Kalau terjadi lagi, langsung kami tindak secara hukum,” tandasnya.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme. Berikan apresiasi sekarang





