Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Kesaksian Penumpang Selamat KMP Tunu Pratama Jaya: Tak Ada Peringatan Bahaya, Menyelamatkan Diri Sendiri

kesaksian-penumpang-selamat-kmp-tunu-pratama-jaya:-tak-ada-peringatan-bahaya,-menyelamatkan-diri-sendiri
Kesaksian Penumpang Selamat KMP Tunu Pratama Jaya: Tak Ada Peringatan Bahaya, Menyelamatkan Diri Sendiri

JEMBRANA, KOMPAS.com – Seorang penumpang KMP Tunu Pratama Jaya, Febriani (27), memberikan kesaksian detik-detik kapal yang ia tumpangi tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) menjelang tengah malam.

Menurut Febriani, tidak ada peringatan bahaya atau panduan keselamatan dari awak kapal.

“Kami semua menyelamatkan diri sendiri, ambil pelampung sendiri,” katanya, Kamis (3/7/2025) di Posko Pelabuhan Gilimanuk, Jembrana, Bali.

Baca juga: Pelukan Terakhir Febriani pada Sang Istri yang Terlepas Bersamaan dengan Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya

Saat itu, kata dia, posisi kapal sudah miring. Para penumpang yang ada di kapal panik dan berlarian mencari pelampung.

Mereka berusaha menyelamatkan diri. Di tengah kekacauan itu, lampu dan mesin kapal mati atau blackout.

Pria asal Rogojampi, Banyuwangi, Jawa Timur, ini lantas memutuskan untuk melompat ke laut sebelum kapal tenggelam.

Baca juga: Mencari Harapan di Tengah Pilu Insiden Tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya

Ia melompat bersama istrinya, Cahyani (30). Namun, gelombang besar yang muncul setelah kapal terbalik dan tenggelam, memisahkan mereka.

Dalam peristiwa itu, Febriani akhirnya selamat setelah ditarik penumpang lain ke perahu karet. Namun, istrinya, Cahyani ditemukan meninggal dunia.

Penumpang selamat lainnya, Imron (48), juga menuturkan tidak ada tanda peringatan apa pun dari petugas sebelum kapal tenggelam.

Ia hanya melihat kru kapal berlari dalam keadaan panik. Saat itu, kapal bergoyang hebat ke kanan, lalu ke kiri dengan gerakan yang tidak normal.

“Saya lihat ada kru kapal melihat ke belakang, lalu mereka lari. Penumpang mulai panik dan keluar mengambil rompi pelampung,” tuturnya.

Karena tak ada tanda peringatan, Imron bahkan tidak sempat mengambil pelampung. Saat itu air laut mulai masuk ke dalam kapal. Ia pun berusaha menyelamatkan diri.

“Saya sempat ditendang orang yang juga panik. Saya merayap keluar dari dalam air, dan lihat pelampung sekitar empat meter dari saya. Saya kejar pelampung itu,” ujarnya bercerita.

 

Page 2

Ia akhirnya berhasil meraih pelampung setelah sekitar 30 menit berenang dalam kondisi kelelahan. Namun, mengenakan pelampung di tengah laut bukan perkara mudah.

“Saya baru bisa pakai pelampung setelah berani menyelam sebentar. Saya ikat sendiri pelampungnya, lalu bersandar, istirahat. Saya benar-benar pasrah waktu itu,” kata dia.

Setelah memakai pelampung, Imron mendekati perahu karet penyelamat yang saat itu belum sepenuhnya mengembang. Ia memegang sisi perahu dan tidak sengaja tertarik hingga berada di atas permukaannya.

“Di situ saya mulai merasa ada harapan. Ada sekitar 16 orang di perahu karet itu, satu perempuan, sisanya laki-laki. Kami bertahan di atas perahu sampai pagi,” katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.