Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia
Sosial  

Kesibukan Petugas ATC Bandar Udara Blimbingsari

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda

kesibukanSeminggu Kerja Nonstop, Lebaran tak Pernah Libur Meski baru dua tahun beroperasi, penerbangan di Bandar Udara Blimbingsari, Rogojampi, tergolong padat. Bisa dibilang, Bandara Blimbingsari terpadat di Jatim setelah Bandar Udara Internasional Juanda, Surabaya. Lantaran padat, petugas air traffic control (ATC) pun menjadi sibuk.

BANDAR Udara Blimbingsari baru me miliki empat petugas air traffic control (ATC). Jumlah tersebut ter golong minim. Apalagi, tidak semua petugas tersebut bertugas. Hanya tiga petugas yang bertugas rutin setiap hari. Satu petugas lagi sudah hampir sepuluh bulan ini tidak ngantor karena tengah tugas- sekolah dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) RI. Tugas personel ATC cukup berat. Selama sembilan jam mereka memandu per gerakan pesawat terbang.

Secara umum, ATC bertugas mengatur lalu lintas pesawat terbang. Ia bertugas mencegah dua pesawat terlalu dekat dan menghindarkan dua pesawat bertabrakan (making separation). Selain itu, ATC juga bertugas mengatur kelancaran arus traffic (traffic flow), membantu pilot dalam keadaan emergency, dan memberikan informasi yang di butuhkan pilot. Tiga petugas ATC Bandara Blimbingsari setiap hari harus mengatur dan memandu sekitar 150 pergerakan pesawat terbang. Selama sembilan jam, tiga orang itu harus ”manggung” di atas menara pengawas.

Selama bandara beroperasi, petugas ATC tidak boleh meninggalkan menara pengawas. Mereka baru boleh meninggalkan menara pengawas setelah ban dara tidak beroperasi, yakni sekitar pukul 17.00. Pada jam istirahat pun, mereka tidak boleh meninggalkan menara. Makan siang dan salat duhur harus tetap dilakukan di menara pengawas. “Mereka harus bergantian turun membeli makanan. Hanya satu yang boleh turun. Dua lainnya harus selalu stand by di menara selama ban dara beroperasi,” ujar Kepala Bandara Blimbingsari, Andy Hendra Suryaka.

Selama jam kerja, tiga petugas ATC jarang ma kan di warung. Mereka lebih memilih ma kan nasi bungkus di menara. Selama ber tugas, empat petugas AC itu mengatur wak tu setiap dua jam sekali. Setiap dua jam sekali mereka bergantian memandu pe sawat terbang di udara. Dalam tempo dua jam itu, petugas ATC tidak henti-hentinya memberikan arahan dan instruksi kepada pilot yang sedang terbang. Aktivitas petugas ATC saat bertugas sangatlah padat. Jangankan mengobrol sesama petugas ATC, menerima te lepon saja hampir tidak ada waktu.

Waktunya tersedot untuk melakukan komunikasi dengan pilot melalui radio khusus yang tersedia. Komunikasi melalui telepon hanya dilakukan dengan petugas bandara yang menjadi tujuan pesawat. Untuk mengangkat handphone pribadi, mereka harus minta tolong petugas lain yang sedang istirahat ngoceh. Selama berhadapan dengan radio komunikasi, petugas ATC hanya bisa memandu pesawat di udara. Semua petugas ATC berstatus pegawai negeri sipil (PNS) Kemenhub RI. Meski berstatus PNS, tapi aturan yang berlaku berbeda dengan PNS lain.

Secara umum, PNS libur kerja pada Minggu. Tetapi, petugas ATC tidak ada libur. Pada hari-hari libur lain, petugas ATC juga tidak libur. Selama seminggu, petugas ATC Bandara Blimbingsari bekerja nonstop. “Nggak ada libur. Yang ada hanya pergantian shift kerja. Ada yang shift pagi dan ada yang shift siang. Tapi istirahat tidak boleh bersama-sama, hanya boleh satu orang, dan yang dua orang harus tetap manggung,” ungkap Andy. Selain tidak memiliki libur mingguan, petugas ATC Bandara Blimbingsari juga tidak memiliki libur tahunan.

Pada saat Lebaran pun mereka harus tetap masuk seperti biasa. Sejak bertugas di Bandara Blimbingsari, empat petugas ATC itu tidak per nah merasakan Lebaran bersama keluarga. Saat orang lain berlebaran, mereka tetap harus memandu pergerakan pesawat. “Walau tidak memiliki jatah libur saat Lebaran, mereka tidak pernah menuntut. Mereka sudah biasa sejak menjadi taruna,” cetus Andy. Pihak bandara kesulitan mengatur jam libur petugas ATC. Sebab, jumlah petugas ATC Bandara Blimbingsari sangat terbatas, tidak seperti di bandara lain.

Agar petugas ATC bisa libur mingguan, Bandara Blimbingsari minimal harus memiliki 12 petugas ATC. Jika sudah tersedia, maka pihak Bandara Blimbingsari bisa mengatur waktu libur mingguan bagi mereka. Selama petugas kurang dari itu, libur mingguan sulit diterapkan. “Pekerjaan mereka tidak bisa digantikan petugas lain. Semua petugas ATC harus memiliki lisensi khusus,” tuturnya. Petugas ATC Bandara Blimbingsari harus mengatur pergerakan delapan pesawat latih dan satu pesawat komersial.

Delapan pesawat latih itu terditi atas enam pesawat latih milik Bali International Flight Academy (BIFA) dan dua pesawat latih milik Loka Diklat Penerbangan Kemenhub. Enam pesawat latih milik BIFA itu digunakan latihan terbang 20 taruna calon penerbang. Dua pesawat latih milik Loka Diklat Penerbangan digunakan 12 siswa latihan terbang. Satu pesawat komersial yang dimaksud adalah milik Wing Air.

Dalam sehari, petugas ATC harus mengatur sekitar 150 per gerakan pesawat. Itu belum kalau ada pesawat jet pribadi yang landing di Bandara Blimbingsari. Pada Sabtu dan Minggu, aktivitas petugas pemandu traffic lalu lintas udara Bandara Blimbingsari agak berkurang. Sebab, pada Sabtu dan Minggu, pesawat latih milik Loka Diklat Pener bangan libur terbang. Petugas hanya melayani pergerakan pesawat latih milik BIFA yang terbang nonstop selama seminggu. Sejatinya, petugas ATC memiliki jam istirahat satu jam selama sembilan jam setiap hari.

Pada pukul 12.00 hingga 13.00 pesawat milik BIFA off terbang. Walau demikian, petugas ATC tetap tidak bisa meninggalkan radio komunikasi. Sebab, fakta di lapangan, pada pukul 12.00 hingga 13.00 ada beberapa siswa yang masih di udara, sehingga petugas ATC tidak bisa istirahat. “Mereka sudah sangat memahami. Tidak ada yang mengeluh, karena itu sudah menjadi risiko profesi,” tandas Andy.  (radar)