Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Kedalaman 49 Meter, Dekat dengan Kabel Bawah Laut

kmp-tunu-pratama-jaya-tenggelam-di-kedalaman-49-meter,-dekat-dengan-kabel-bawah-laut
KMP Tunu Pratama Jaya Tenggelam di Kedalaman 49 Meter, Dekat dengan Kabel Bawah Laut

BANYUWANGI, KOMPAS.com – Pencarian KMP Tunu Pratama Jaya yang tenggelam di Selat Bali pada Rabu (2/7/2025) malam telah memasuki hari kedelapan. Titik keberadaan bangkai kapal tersebut perlahan telah menemui titik terang.

KRI Pulau Fanildo yang telah diterjunkan berhasil mendeteksi objek diduga bangkai KMP Tunu Pratama Jaya. Dari tujuh titik referensi, mengerucut ke dua titik yaitu titik tujuh dan empat yang saling berjarak 124 meter.

“Kami mengkonfirmasi objek (diduga KMP Tunu Pratama Jaya) di kedalaman 49 meter dan berjarak 30 meter dari kabel laut,” kata Komandan Gugus Tempur Laut Koarmada II, Laksma TNI Endra Hartono, Rabu (9/7/2025).

Baca juga: Bangkai KMP Tunu Mendekati Kabel Bawah Laut, PLN Waspadai Gangguan Pasokan Listrik ke Bali

Endra mengatakan, pihaknya berangkat ke titik lokasi sejak pagi dengan membawa peralatan deteksi bawah air yang telah disiapkan serta memprediksi arus tidak terlalu kuat.

Namun, kenyataan di lapangan berbeda. TNI AL menghadapi kendala kuatnya arus. Akibatnya, kamera pendeteksi bawah air yang diturunkan di kedalaman 35 meter hanyut.

“Namun, sebelum hanyut, kamera berhasil memonitor objek di bawah air,” ungkap Endra sambil dalam konferensi pers bersama Basarnas di Pelabuhan Ketapang Banyuwangi.

Baca juga: Tragedi KMP Tunu Pratama, Koster Minta Pemilik Kapal Penyeberangan Jawa-Bali Dievaluasi

Saat ini, KRI Spica milik TNI AL telah berada di lokasi dan melakukan pemindaian bawah air dengan alat yang lebih mumpuni. Endra berharap hasilnya dapat memperkuat posisi objek di bawah air yang sebelumnya ditemukan.

Sementara itu, Deputi Operasi SAR dan Kesiapsiagaan Basarnas, Laksamana Muda TNI Ribut Eko Suyatno mengatakan, dari tujuh titik referensi yang sebelumnya dirilis, mengerucut ke dua titik, yaitu titik empat dan tujuh.

“Titik referensi 5, dari data hidrografi adalah kapal terdahulu,” ujarnya.

Dijelaskan Eko, saat ini pihaknya telah mendapatkan data dan gambaran bawah air, namun hal tersebut masih perlu validasi dari pendeteksian yang dilakukan oleh KRI Spica.

“KNKT juga akan mengambil (pemindaian) karena objek bawah air yang mendekati objek vital kabel listrik. Dengan karakteristik Selat Bali, cukup riskan sehingga pergerakan akan kita pantau,” tambahnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.