BANYUWANGI – Banyuwangi semakin menahbiskan diri sebagai Kota Kopi. Kabupaten di ujung timur Pulau Jawa ini terpilih sebagai tuan rumah Kontes Kopi Spesialti Indonesia VII. Ajang prestisius bagi para penggiat kopi nasional tersebut dilangsungkan di Pendapa Sabha Swagata Blambangan, kemarin (19/10).
Sebanyak 137 sampel kopi asal berbagai daerah di tanah air diikutkan dalam kontes yang diselenggarakan Asosiasi Eksporter dan Industri Kopi Indonesia (AEKI) dan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia (PPKKI) tersebut.
Dari 137 sampel kopi itu, sebanyak 76 di antaranya merupakan kopi jenis arabika, sedangkan 61 sampel lain merupakan sampel kopi jenis robusta. Pakar Kopi Internasional asal Banyuwangi, Setiawan Subekti, mengatakan Banyuwangi dipilih sebagai lokasi kontes lantaran kabupaten berjuluk The Sun rise of Java ini merupakan salah satu daerah penghasil kopi yang cukup besar dan memiliki cita rasa khas.
“Produksi kopi di Banyuwangi mencapai 9 ribu ton per tahun. Sebanyak 90 persen merupakan kopi robusta dan 10 persen merupakan kopi arabika,” ujarnya. Menurut Setiawan, pada dasarnya kualitas kopi Indonesia sangat bagus. Hanya saja, kua- litas kopi yang bagus tersebut kadang tidak diimbangi cara pengolahan yang baik. Akibatnya cita rasa kopi tidak optimal.
“Menyangrai kopi tidak harus hitam. Kalau sampai hitam, apa pun yang disangrai, halnya akan pahit,” tandasnya. Selain mencari kopi terbaik, kontes kali ini sekaligus diharapkan menjadi media pendorong para pekebun meningkatkan kualitas dan produktivitas kopi.
“Di Indonesia, 90 persen kopi merupakan hasil pekebun. Hanya sepuluh persen yang merupakan hasil perkebunan,” imbuhnya. Peserta kontes kali ini berasal dari berbagai penjuru tanah air, mulai Aceh, Sumatera, Jawa Barat (Jabar), Jawa Tengah (Jateng), Jawa Timur (Jatim), Flores, Sulawesi, dan lain-lain.
Dewan juri terdiri atas pakar kopi tanah air plus dua juri asal mancanegara. Dua juri asing tersebut adalah Paul Dehan asal Belanda dan Minella Cielek asal Jerman. Hasilnya, juara I kontes kopi tersebut disapu bersih John Sentis.
Peserta asal Manggarai Timur, Nusa Tengguara Timur (NTT), tersebut menjadi juara pertama kontes arabika dan robusta. Pemenang kontes kopi kali ini berhak mendapatkan hadiah berupa uang tunai, sertifikat, dan piala.
Selain itu, kopi pemenang kontes akan dipromosikan ke mancanegara. Oleh karena itu, kopi yang diperkenankan mengikuti kontes harus ada pasokan minimal satu ton. “Jadi, begitu ada permintaan, stok tidak kosong,” kata Ketua Kompartemen AEKI, Pranoto Soenarto.
Sementara itu, kontes kopi kali ini dibuka Bupati Abdullah Azwar Anas. Dia berharap, kontes kopi kali ini dapat meningkatkan mutu dan kualitas kopi Banyuwangi. “Para petani kopi diharapkan akan terpacu meningkatkan kualitas kopi,” harapnya.
Menurut Anas, Banyuwangi akan mengombinasikan pariwisata dengan kopi yang nyaman dan berkualitas. Apa- lagi, tren penikmat kopi terus tumbuh dari tahun ke tahun. (radar)