sumber : radarbanyuwangi.jawapos.com – Misteri kematian dosen Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Dwinanda Linchia Levi (DLL), 35, kian memicu perhatian publik setelah munculnya peran seorang perwira polisi berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Basuki dalam rangkaian peristiwa.
Kejadian di kamar 210 sebuah kos hotel (kostel) di kawasan Gajahmungkur, Senin (17/11), meninggalkan banyak tanda tanya.
Berikut kronologi lengkap berdasarkan informasi keluarga, alumni Untag, dan keterangan resmi kepolisian.
15–16 November 2025: Korban Sempat Berobat ke Rumah Sakit
Dua hari sebelum ditemukan meninggal, DLL diketahui beberapa kali berobat ke rumah sakit karena keluhan darah tinggi hingga tensi mencapai 190 dan gula darah mencapai 600.
Setelah dinyatakan membaik, ia kembali ke kamar indekos-hotel tempatnya tinggal selama dua tahun terakhir.
16 November 2025, Malam Hari: Korban Minta Dibantui Mengoles Minyak Kayu Putih
Pada malam sebelum kejadian, menurut informasi dari pihak internal, DLL sempat meminta tubuhnya dibaluri minyak kayu putih.
Dalam keterangan yang sama, ia disebut bersama seorang perwira polisi bernama AKBP Basuki, yang kemudian menjadi saksi utama.
17 November 2025, Pukul 05.30 WIB: Jenazah Ditemukan Tanpa Busana
Dini hari, sekitar pukul 05.30 WIB, DLL ditemukan terlentang tanpa busana di lantai kamar 210. Korban dalam kondisi sudah tidak bernyawa.
Yang menjadi perhatian besar adalah fakta bahwa sosok yang pertama kali menemukannya adalah AKBP Basuki, seorang perwira polisi yang disebut tidak sedang bertugas.
Kondisi kamar dan posisi tubuh korban dinilai janggal oleh keluarga.
Dalam foto yang diterima kerabat, tampak darah di hidung, mulut, dan area intim, yang berlawanan dengan laporan awal polisi yang menyebut tidak ada tanda kekerasan.
Sumber: Radar Semarang, Radar Kudus, jawapos.com, Kaltim Post
Page 2
Kasatreskrim Polrestabes Semarang, AKBP Andika Dharma Sena, membenarkan bahwa AKBP Basuki telah diperiksa sebagai saksi.
Selain itu, Bid Propam Polda Jateng turut menelusuri dugaan pelanggaran etik terkait keberadaan perwira tersebut di kamar DLL.
“Kami proses sesuai prosedur,” ujar Andika.
Namun, polisi belum memberikan penjelasan mengenai hubungan sebenarnya antara korban dan perwira tersebut, maupun penjelasan tentang dugaan mereka menginap bersama sebelum kejadian.
Komunitas Muda Mudi Alumni Untag menilai kematian DLL penuh kejanggalan dan meminta penyelidikan dilakukan tanpa tebang pilih.
“Kami melihat ini janggal. Ada seorang polisi bagian Dalmas yang tidak ada kaitannya dengan tindak pidana justru berada dalam satu kamar,” kata Jansen.
Ia menegaskan bahwa alumni meminta proses penyelidikan dilakukan secara terang benderang, tanpa upaya menutup-nutupi atau melindungi oknum tertentu.
Rangkaian Kejanggalan yang Menguatkan Dugaan Kematian Tidak Wajar
- Korban ditemukan tanpa busana di lantai kamar.
- Ada darah di hidung, mulut, dan area intim.
- DLL tidak memiliki riwayat penyakit serius.
- Nama korban dan AKBP Basuki ada dalam satu KK tanpa sepengetahuan keluarga.
- AKBP Basuki tidak hadir saat autopsi.
- Ia adalah orang pertama di TKP, meski tidak sedang bertugas.
- Informasi internal menyebut keduanya menginap bersama.
- Penjelasan polisi dan temuan keluarga tidak sinkron.
Penyelidikan Berlanjut
Hingga berita ini diturunkan, hasil autopsi lengkap masih menunggu proses laboratorium.
Keluarga DLL dan komunitas alumni Untag terus mendesak agar kasus ini diungkap secara transparan dan profesional.
Misteri di balik kematian DLL, terutama menyangkut kehadiran seorang perwira polisi di kamar 210, kini menjadi perhatian publik.
Semua pihak berharap penyidikan dapat menjawab teka-teki yang menyelimuti kematian dosen muda tersebut. (*)
Sumber: Radar Semarang, Radar Kudus, jawapos.com, Kaltim Post
Page 3
Pukul 07.00 WIB: AKBP Basuki Melapor ke Resepsionis dan Polisi
Kurang lebih 1,5 jam setelah penemuan, barulah AKBP Basuki melapor ke resepsionis kostel, kemudian diteruskan ke Polsek Gajahmungkur dan Tim Inafis Polrestabes Semarang.
Alumni Untag mempertanyakan mengapa laporan baru dilakukan setelah satu jam lebih, serta menilai kehadiran seorang perwira polisi berpangkat AKBP dalam kamar seorang dosen lajang pada dini hari sebagai hal di luar kewajaran.
Ketua Komunitas Muda Mudi Alumni Untag, Jansen Henry Kurniawan, menilai keberadaan perwira tersebut harus dijelaskan secara terbuka.
Pagi hingga Siang Hari: Polisi Lakukan Olah TKP dan Visum Luar
Polrestabes Semarang melakukan pemeriksaan tempat kejadian perkara. Dari visum luar, polisi menyebut tidak ada tanda kekerasan, hanya ditemukan bekas luka infus.
Namun, keluarga menyebut kondisi jenazah dalam foto yang mereka terima bertentangan dengan keterangan polisi.
Keluarga Temukan Kejanggalan: Nama DLL dan AKBP Basuki Dalam Satu KK
Keluarga mengaku terkejut ketika mengetahui bahwa DLL dan AKBP Basuki tercatat dalam satu Kartu Keluarga.
Menurut keterangan yang diterima keluarga, hal itu dilakukan agar KTP DLL dapat dipindah ke Semarang — sesuatu yang tidak pernah diberitahukan kepada pihak keluarga sebelumnya.
“Ini aneh dan tidak wajar,” ujar salah satu kerabat, Tiwi.
Autopsi di RSUP Dr Kariadi: AKBP Basuki Tidak Hadir
Atas permintaan keluarga, dilakukan autopsi penuh di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Namun, AKBP Basuki—yang disebut sebagai ‘saudara’ administrasi sekaligus saksi pertama—tidak hadir dalam proses tersebut.
Keluarga mempertanyakan ketidakhadirannya, terutama karena ia merupakan orang terakhir yang bersama korban.
Sumber: Radar Semarang, Radar Kudus, jawapos.com, Kaltim Post







