BANYUWANGI – Rentetan aksi terorisme di kota Surabaya menuai kecaman oleh sejumlah tokoh Ormas Islam di Banyuwangi. Ketua Pengurus Cabang NU Banyuwangi KH Ali Makki Zaini mengutuk keras semua aksi teror yang terjadi di Surabaya.
Menurut Gus Makki, kerugian yang ditimbulkan kejahatan ini tidak hanya menimpa umat Katolik dan Kristiani atau korban bom. Namun, juga terhadap seluruh elemen masyarakat. Gara-gara teror bom masyarakat menjadi waswas dan khawatir.
“Kejadian ini merupakan musibah bagi semua orang. Kita umat Islam juga khawatir, kita juga terancam,” jelasnya.
Dikatakan, munculnya terorisme bermula dari persoalan pemahaman yang salah mengenai doktrin agama. “Ini soal paham yang salah, suka menganggap paling benar menurut mereka,” kata Gus Makki.
Dia mengungkapkan, tugas menanggulangi terorisme tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat keamanan. Masyarakat juga harus bahu-membahu melakukan penanggulangan. Salah satunya melalui kepedulian terhadap tetangga dan lingkungan sekitar.
Contohnya dengan menggalakkan kegiatan kerukunan seperti pengajian Yasinan rutin antar-elemen warga di permukiman. “Polisi dan intelijen saja tidak cukup. Kita sebagai warga Indonesia juga harus lebih peduli kepada tetangga. Apa dan bagaimana mereka” jelasnya.
Pengurus Daerah Muhammadiyah (PDM) Banyuwangi juga mengeluarkan pernyataan serupa terkait maraknya teror bom. Pernyataan ini disampaikan Sekretaris PDM Banyuwangi Ainur Rofiq.
Di samping melakukan kecaman dan kutukan, Rofiq berharap aparat keamanan bisa melakukan penyelidikan secara tuntas atas kasus ini. “Kami berharap aparat keamanan untuk menyelidiki secara tepat agar menimbulkan ketenangan di masyarakat,” pintanya.
Dia juga meminta agar seluruh elemen masyarakat tidak terpancing dengan sejumlah informasi yang beredar. Khususnya yang memiliki kecenderungan mendukung aksi teror. Dengan demikian, Kota Banyuwangi bisa tetap stabil dan menjadi tempat yang baik untuk berkarya dan beribadah.
“Kita mengharapkan semua warga untuk bisa menahan diri agar tidak terprovokasi dengan adanya paham radikal yang ada,” harapnya.
Terkait rumor adanya keterkaitan sejumlah pelaku dengan Banyuwangi, Rofiq mengaku hal ini tidak bisa ditimpakan begitu saja ke Banyuwangi. Di samping itu dia mengajak komponen masyarakat untuk bahu-membahu melawan gerakan teror.
“Bisa jadi paham itu didapat di luar Banyuwangi. Tapi tidak ada salahnya jika masyarakat Banyuwangi dan civil society melakukan gerakan bersama melawan gerakan radikalisme,” tegasnya.
Dikatakan, salah satu upaya yang cukup kuat untuk mencegah terorisme adalah melalui pendidikan. Untuk kalangan sekolah di Muhammadiyah, dia menyebutkan penanaman nilai-nilai kebangsaan sudah dilakukan sejak dini. Baik melalui pelajaran PPKn maupun gerakan kepanduan.
“Cinta kepada negeri kita tanamkan melalui PPKn. Di luar itu Muhammadiyah punya program Hisbul Wathan. Ini cara Muhammadiyah untuk menanamkan cinta negeri dan menjaga komitmen kebangsaan,” terangnya.
Ketua MUI KH M. Yamin mengatakan sikap MUI mulai dari Pusat, Jawa Timur, dan kabupaten sudah tegas, yakni mengutuk keras semua tindakan biadab ini. “MUI sangat mengutuk keras perbuatan biadab dan tidak berperikemanusiaan,” tegasnya.
Di samping itu, akibat aksi teror ini mungkin banyak keresahan di antara golongan. Untuk itu, dia mengimbau semua elemen untuk saling berkomunikasi dan tabayun. Juga lebih meningkatkan komunikasi dengan masing-masing keluarga dan tetangga. “Harus tabayun agar tidak saling curiga. Serta mengawasi keluarga dan famili,” ujarnya.
Menurutnya, semua tindakan ini tidak dibenarkan oleh agama, termasuk Islam. Terlebih Indonesia merupakan negara damai. Semua warga negara merupakan satu kesatuan dan saling hidup berdampingan.
“Islam tidak mengajarkan hal-hal demikian. Orang kafir pun itu dilindungi oleh Islam. Ini negara damai,” pungkasnya.