RadarBanyuwangi.id – Melestarikan tradisi, menghormati leluhur, dan menjadi simbol penyucian diri.
Hal itu tersirat dari pelaksanaan Resik Kagungan yang digelar masyarakat Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi, Minggu (12/1).
Resik Kagungan merupakan prosesi pembersihan pusaka peninggalan tokoh yang dipercaya sebagai pendiri desa dan memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah tersebut. Tokoh dimaksud adalah Buyut Cungking alias Ki Wongso Karyo.
Baca Juga: Tradisi Unik Sembur Uthik Maulid Nabi di Rogojampi, Warga Gladag Banyuwangi Berebut Uang Koin
Prosesi Resik Kagungan diawali dengan doa bersama dan menyantap jenang pangapura sebagai simbol permohonan maaf kepada leluhur.
Pusaka-pusaka peninggalan Buyut Cungking antara lain berupa tombak, keris kagungan, sangku, layang, sirip ikan agung, endog kebo, kerikil swargo, kerikil madinah, tepung gelang, dan grita lantas dibersihkan.
Khusus untuk pusaka tombak, pembersihan menggunakan bahan khusus yakni jeruk nipis, bekatul, dan serutan bambu.
Sedangkan pusaka-pusaka lain dibersihkan dengan air yang nantinya diperebutkan warga karena dipercaya membawa tuah.
Baca Juga: Mengintip Tradisi Ngopi Adat Budaya Osing di Desa Kemiren Banyuwangi
Juru pelihara makam Buyut Cungking, yakni Jam’i mengatakan, tombak merupakan pusaka Buyut Cungking yang spesial.
”Konon dahulu terdapat dua tombak, satu dipegang Presiden Soekarno dan satu lagi di Cungking ini,” ujarnya.
Ritual Resik Kagungan telah berlangsung turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Ritual ini digelar setiap bulan Rejeb (kalender Jawa) alias Rajab (kalender Hijriah).
Baca Juga: Berlangsung Khidmat, Polresta Banyuwangi Gelar Tradisi Pedang Pora Iringi Bhayangkara Purnabakti
Pusaka-pusaka yang dibersihkan dalam ritual ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan menjadi simbol kesatuan masyarakat.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.
Page 2
Page 3
RadarBanyuwangi.id – Melestarikan tradisi, menghormati leluhur, dan menjadi simbol penyucian diri.
Hal itu tersirat dari pelaksanaan Resik Kagungan yang digelar masyarakat Lingkungan Cungking, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Banyuwangi, Minggu (12/1).
Resik Kagungan merupakan prosesi pembersihan pusaka peninggalan tokoh yang dipercaya sebagai pendiri desa dan memiliki peran penting dalam menyebarkan ajaran agama Islam di wilayah tersebut. Tokoh dimaksud adalah Buyut Cungking alias Ki Wongso Karyo.
Baca Juga: Tradisi Unik Sembur Uthik Maulid Nabi di Rogojampi, Warga Gladag Banyuwangi Berebut Uang Koin
Prosesi Resik Kagungan diawali dengan doa bersama dan menyantap jenang pangapura sebagai simbol permohonan maaf kepada leluhur.
Pusaka-pusaka peninggalan Buyut Cungking antara lain berupa tombak, keris kagungan, sangku, layang, sirip ikan agung, endog kebo, kerikil swargo, kerikil madinah, tepung gelang, dan grita lantas dibersihkan.
Khusus untuk pusaka tombak, pembersihan menggunakan bahan khusus yakni jeruk nipis, bekatul, dan serutan bambu.
Sedangkan pusaka-pusaka lain dibersihkan dengan air yang nantinya diperebutkan warga karena dipercaya membawa tuah.
Baca Juga: Mengintip Tradisi Ngopi Adat Budaya Osing di Desa Kemiren Banyuwangi
Juru pelihara makam Buyut Cungking, yakni Jam’i mengatakan, tombak merupakan pusaka Buyut Cungking yang spesial.
”Konon dahulu terdapat dua tombak, satu dipegang Presiden Soekarno dan satu lagi di Cungking ini,” ujarnya.
Ritual Resik Kagungan telah berlangsung turun-temurun sejak ratusan tahun lalu. Ritual ini digelar setiap bulan Rejeb (kalender Jawa) alias Rajab (kalender Hijriah).
Baca Juga: Berlangsung Khidmat, Polresta Banyuwangi Gelar Tradisi Pedang Pora Iringi Bhayangkara Purnabakti
Pusaka-pusaka yang dibersihkan dalam ritual ini dipercaya memiliki kekuatan spiritual dan menjadi simbol kesatuan masyarakat.
Konten berikut adalah iklan platform Geozo, media kami tidak terkait dengan materi konten ini.