Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Mengintip Ide Memajukan Perikanan Indonesia Lewat Hackaton Bulan Bakti Kelautan

mengintip-ide-memajukan-perikanan-indonesia-lewat-hackaton-bulan-bakti-kelautan
Mengintip Ide Memajukan Perikanan Indonesia Lewat Hackaton Bulan Bakti Kelautan
Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda
Jakarta

Sejumlah pegawai Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) beradu gagasan untuk memajukan laut dan perikanan Indonesia. Kedua gagasan itu adalah pembuatan bank kepiting dan pemanfaatan artificial intelligence (AI) untuk mendeteksi terumbu karang.

Dari sebanyak 49 proposal gagasan yang masuk, tersisa dua konsep pegawai yang dipertarungkan dalam sesi hackathon percepatan pembangunan sektor kelautan dan perikanan yang terselenggara di agenda Puncak Bulan Bakti Kelautan dan Perikanan. Agenda itu terlaksana di Ecovention, Ecopark, Taman Impian Jaya Ancol, Jakarta Utara, Kamis, 14 Desember 2023.

Gagasan pertama berasal Reza Aditama dari Balai Besar Penangkapan Ikan Semarang. Ia mengusung gagasan Crab Bank alias bank kepiting sebagai model pengelolaan kepiting berkelanjutan. Reza menjelaskan gagasan ini diusung sebab produksi kepiting Indonesia mencapai 58 ribu ton pada 2021.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kontribusinya terhadap devisa mencapai Rp 3,5 triliun. Tapi, pemanfaatan ekonomi tinggi belum tentu baik bagi alam Indonesia, pasalnya ketersediaan stok kepiting di alam terbatas.

Oleh sebab itu, ia menawarkan gagasan bank kepiting untuk mengatasi persoalan hulu dari pengelolaan kepiting. Bank kepiting terdiri dari crab house, crab cage, dan crab shelter, bank itu berfungsi mengelola kepiting sembari menunggu pembeli.

Di Maluku Utara, program tersebut terbukti sukses meningkatkan 40% ekonomi nelayan meningkat, jumlah kepiting juga terkerek dan tersedia di alam. Secara sosial, istri nelayan juga diberdayakan.

“Seperti halnya pengelolaan kepiting berkelanjutan, kita mengajarkan nelayan bahwa menyelamatkan satu ekor kepiting itu senilai harapan hidup 1 ton kepiting dewasa di masa depan. Makanya kita buat crab sanctuary ada proses tagging dan release bagi kepiting-kepiting untuk bisa bertelur dan masih undersized (kecil). Jika gagasan ini diterapkan, ini mendukung program ekonomi biru untuk penangkapan ikan terukur,” ucapnya.

Gagasan kedua adalah Mall Coral yang diusung Bambang Subianto dari Balai Pelatihan dan Penyuluhan Perikanan Banyuwangi, Mall Coral merupakan platform e-commerce dan konservasi terumbu karang yang terintegrasi dan berbasis artificial intelligence (AI). Bambang menjelaskan ide ini diusung melihat fakta sosial-ekonomi bahwa nilai terumbu karang mencapai Rp 39 triliun pada 2020 yang meliputi perikanan tangkap, wisata bahari, koral hias, dan konservasi terumbu karang.

Tapi pada 2018, terjadi sebuah permasalahan. Ketika koral hias dilarang diekspor, sebanyak 10 ribu perusahaan gulung tikar dan lebih dari 10 ribu nelayan kehilangan pekerjaan. Kerugian negara disebut Bambang mencapai Rp 500 miliar karena larangan itu.

Alhasil dengan skema sustainable business innovation, ia menawarkan gagasan Mall Coral. Website tersebut bisa menjadi platform business to business (B2B) agar koral hias Indonesia terkenal di mancanegara. Adopsi koral juga bisa dilakukan dengan menghubungkan dengan pelaku area konservasi di situs tersebut, website pun berfungsi sebagai coral tracking system untuk mendeteksi dan mempermudah verifikasi data dan luasan terumbu karang.

“Tracking system ini dikerjasamakan dengan BRIN karena teknologi AI bisa melihat kesehatan terumbu karang bahkan sampai melihat asalnya. Kita berharap ini bisa jadi satu data terumbu karang, makanya kolaborasi dengan semua kementerian diperlukan. Harapannya dengan luasan area konservasi kita akan semakin mudah mencari data dan memverifikasi luasan terumbu karang dan berbagai jenis penyakitnya dan solusinya,” bebernya.

Adapun fitur lainnya, adalah underwater drone yang dikombinasikan dengan eduwisata bahari agar terumbu karang semakin digemari anak-anak muda. Ia menjelaskan model bisnis Mall Coral sudah didiskusikan dengan berbagai ahli. Program ini diharapkan bisa di-scale up untuk meningkatkan penghasilan nelayan Indonesia, termasuk menyediakan meja transplantasi 1×1 meter untuk coral hias.

“Jangan sampai nelayan merusak alam dengan penangkapan ikan tidak terukur. Alternatifnya dengan meja transplantasi itu bisa memuat 100 koral hias, jika harganya paling murah Rp 35 ribu, itu bisa menghasilkan pendapatan Rp 3,5 juta. Apabila nelayan ada 100 meja itu, maka dia bisa dapat Rp 350 juta rupiah. Ini harapan kita agar nelayan kita makin sejahtera. Mall Coral diharapkan bisa jadi more ocean,” tegasnya.

Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono menilai bahwa kedua gagasan itu sangat baik. Untuk gagasan pertama, ia membenarkan penuturan Reza bahwa jumlah kepiting memang sangat diminati, potensi pasar kepiting global sekarang mencapai lebih dari US$ 5 miliar atau sekitar Rp 75 triliun, jumlah yang sangat besar. Tapi, ia menyarankan agar Reza memperdalam ide tersebut dengan inovasi budidaya agar terus berkelanjutan.

“Jadi bukan pelepasan, tapi bagaimana pelepasan di satu kawasan di ruang budidaya diciptakan ekosistem supply-chain. Ada yang suplai pakan, ada yang packaging, dan seterusnya. Saya kira bisa dikembangkan,” jelasnya.

Sementara buat gagasan Bambang, Sakti menuturkan bahwa sektor koral pasarnya memang cukup besar, namun dalam penjelasan perlu dikaitkan lebih dalam terhadap ruang konservasi. Gagasan itu diharapkan dapat menjadi recovery dari kerusakan terumbu karang di wilayah konservasi.

“Jadi saya sudah nilai, dan yang pasti dua-duanya bagus,” ungkapnya. Di akhir acara, Reza pun diumumkan menjadi pemenang dari hackathon tersebut.

(kil/kil)