Kumpulan Berita Terkini Seputar Banyuwangi
English VersionBahasa Indonesia

Menilik Makam Ki Ageng Gribig, Tokoh Penyebar Islam di Malang

Daftarkan email Anda untuk Berlangganan berita dikirim langsung ke mailbox Anda


Malang

Ki Ageng Gribig diyakini sebagai tokoh penyebar Islam di Malang. Namun siapa sosok yang sebenarnya dari Ki Ageng Gribig, masih menjadi teka-teki. Ki Ageng Gribig dimakamkan di wilayah Madyopuro, Kedungkandang, Kota Malang.

Ketua Pokdarwis Pesarean Ki Ageng Gribig, Devi Nur Hadianto menuturkan ada banyak jejak dan bukti tentang peradaban Islam di komplek makam Ki Ageng Gribig. Satu diantaranya, nisan sekaligus model tata pemakaman dengan ciri era tahun 1700-1800-an, dimana bisa diketahui merupakan masa Mataram Islam.

“Inti dari itu, banyak cerita dan folklor yang mestinya nanti kita buktikan terus. Bahwa beliau (Ki Ageng Gribig) ini adalah sosok penyebar agama Islam pada masa peradaban Islam masuk ke Malang. Dan waktu itu, Malang masih ada sisa-sisa peradaban sebelum Islam,” ujar Devi kepada wartawan di komplek makam Ki Ageng Gribig, Minggu (26/3/2023).

Menurut Devi, jejak atau peninggalan yang menguatkan area makam Ki Ageng Gribig menjadi pusat peradaban Islam lainnya adalah dengan ditemukannya umpak atau pondasi yang diduga merupakan bekas pesantren atau pusat mengajar agama Islam di sisi timur area makam.

“Selain ada sumur tua, dan kesaksian para sesepuh berdasarkan cerita turun temurun, bahwa wilayah di sini merupakan pusat kegiatan yang kental dengan nuansa Islam atau bisa disebut pondok pesantren di era sekarang ini,” tuturnya.

Terdapat tiga bangunan besar di komplek makam Ki Ageng Gribig, satu bangunan di sisi utara menjadi tempat persemayaman Ki Ageng Gribig bersama istri, dan berikutnya bangunan lebih besar berbentuk limas menjadi lokasi makam Bupati Malang pertama Raden Tumenggung Notodiningrat I yang memerintah sejak tahun 1819, bersama 17 makam para kerabat terdekat dan 8 kerabat jauh yang berada di terasnya.

Makam Ki Ageng Gribig MalangMakam Ki Ageng Gribig di Malang (Foto: Muhammad Aminudin)

Raden Tumenggung Notodiningrat I awalnya adalah Bupati Pasuruan sebelum kemudian pemerintah kolonial Belanda mengangkatnya sebagai Bupati Malang berdasarkan surat Gubernur Jenderal Hindia Belanda 9 Mei 1820 Nomor 8 Staatblad 1819 Nomor 16. Dimana Malang waktu itu menjadi daerah karasidenan dari Pasuruan.

Pada sisi selatan terdapat bangunan ketiga, dimana merupakan makam dari Bupati Malang kedua yaitu R.A.A Notodiningrat II dengan 26 makam kerabat dekat dan 6 kerabat jauh. Di luar tiga bangunan itu, terdapat makam Bupati Malang III Raden Ario Tumenggung Notodiningrat III dan Bupati Surabaya, Bupati Bondowoso, Bupati Probolinggo, sampai Bupati Banyuwangi juga dimakamkan di sini.

Terkait keberadaan makam-makam Bupati Malang serta daerah lainnya, Devi mengatakan, bahwa ada rentang waktu yang berbeda antara Ki Ageng Gribig dengan para bupati tersebut. Dan hal ini semakin meyakinkan jika sosok Ki Ageng Gribig merupakan tokoh panutan dan paling disegani dalam penyebaran agama Islam di masa itu.

“Sehingga para pemimpin (bupati) yang diketahui semua beragama Islam memilih untuk dimakamkan di komplek makam Ki Ageng Gribig. “Selain ada hubungan atau ikatan spritual, dan kami menyakini ada hubungan nasab (keturunan), hingga membuat para pemimpin masa itu (bupati) meminta untuk dimakamkan di sini,” terangnya.

Devi menjelaskan berdasarkan lembar silsilah yang dimiliki diketahui bahwa Ki Ageng Gribig hidup di masa Sultan Agung sampai Sultan Amangkurat I atau di abad 16 sampai 17 Masehi. Karena pada masa itu, Mataram Islam tengah gencar melakukan ekspansi penyebaran Islam ke luar wilayahnya.

“Kalau menurut lembar silsilah yang kami dapatkan, bahwa beliau (Ki Ageng Gribig) hidup di masa Kanjeng Sultan Agung sampai Amangkurat I atau abad 16 sampai 17 Masehi. Karena pada masa tersebut, Mataram Islam lagi gencarnya melakukan ekspansi ke monco (luar negeri) dan Malang masuk monco wetan,” jelasnya.

“Sumber lain menyebutkan, bahwa Ki Ageng Gribig ini awalnya ditugaskan di Pasuruan, karena Pasuruan waktu itu menjadi kota besar, dan Malang sebagai wilayah bawahannya. Setelah ditugaskan di Pasuruan kemudian bergeser ke Malang. Dan sampai sekarang masyarakat Pasuruan punya ikatan emosional dengan Ki Ageng Gribig yang di sini,” sambungnya.

Kompleks pemakaman Ki Ageng Gribig terbilang asri, banyak dikelilingi pohon nagasari dan bunga teratai. Layak menjadi tujuan wisata sejarah dan religi. Para pejabat Pemkot Malang maupun Pemkab Malang selalu menjadikan makam Ki Ageng Gribig sebagai tempat berziarah saat memperingati hari jadi wilayah mereka.

Simak Video “Kurma Episode 1: Arti Ramadan Menurut Islam
[Gambas:Video 20detik]
(abq/iwd)

source