detik.com
Suasana haru menyelimuti prosesi penyerahan jenazah Fauzey bin Awang di Pos Mortem RSUD Blambangan, Banyuwangi. Keluarga menanti dengan penuh duka kepulangan pria asal Malaysia itu.
Isak tangis lirih terdengar, bercampur desis doa dari seorang perempuan muda dengan wajah lelah. Ia baru saja menempuh perjalanan jauh, terbang dari negeri jiran Malaysia menuju Bandara Internasional Juanda, lalu melanjutkan perjalanan darat ke ujung timur Banyuwangi.
Tak henti ia berdoa sembari menundukkan kepala di atas kursi besi ruang tunggu jenazah. Di sisi kanannya, seorang perempuan paruh baya menatap kosong. Butir-butir bening perlahan jatuh dari sudut matanya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fauzey bin Awang merupakan jenazah ke-15 korban KMP Tunu Pratama Jaya yang berhasil diidentifikasi oleh tim DVI Polri. Proses identifikasi memakan waktu dua hari, lebih lama dibanding korban lain lantaran kondisi jasad yang rusak.
Suasana makin pilu saat kotak putih berukuran 2×1 meter bertuliskan nama Fauzey bin Awang keluar dari ruang jenazah. Jasadnya telah disucikan dan disalatkan petugas Pos Mortem, lalu secara perlahan diserahkan kepada keluarga untuk dimakamkan.
Tangis pecah tak terbendung kala keluarga melepas kepergian Fauzey yang berpulang dalam petaka. Sang putri dari istri pertamanya pun turut mengiringi kepergian sang ayah.
Ia datang dari Malaysia untuk memberikan penghormatan terakhir, sekaligus mengikhlaskan sang ayah dimakamkan di tempat tinggal istri keduanya, sesuai pesan Fauzey semasa hidup.
“Jika meninggal, makamkan saya di dekat makam guru saya di Dusun Lidah, Desa Yosomulyo, Gambiran,” demikian isi pesan singkat pria 58 tahun itu jauh sebelum tragedi KMP Tunu Pratama Jaya.
Atas kesepakatan bersama, jenazah Fauzey akhirnya dimakamkan di lokasi sesuai wasiatnya.
“Tadi sudah disepakati kedua belah pihak, keluarga dari Banyuwangi maupun Malaysia, bahwa korban atas nama Fauzey bin Awang dimakamkan di lokasi sesuai yang diwasiatkan,” kata Kapolresta Banyuwangi, Kombes Pol Rama Samtama Putra, Jumat (11/7/2025) malam.
Keputusan tersebut juga telah dilaporkan kepada Kedutaan Besar Malaysia di Indonesia dan mendapatkan izin resmi.
“Kedubes tidak ada masalah, karena pemakaman di Banyuwangi juga atas wasiat dari almarhum,” tambah Rama.
Sementara itu, Yatini, istri almarhum, mengaku lega meski masih dalam selimut duka. Setelah penantian 11 hari, jasad suami tercinta akhirnya ditemukan. Sebelumnya, berbagai spekulasi sempat muncul lantaran nama sang suami tidak tercantum dalam manifes penumpang KMP Tunu Pratama Jaya.
“Alhamdulillah sudah selesai pemakaman suamiku Fauzey bin Awang, semoga husnul khatimah. Aamiin,” tulis Yatini dalam pesan singkat, Sabtu (12/7/2025).
Ia masih ingat betul, sang suami sempat berniat menetap di Indonesia dan hidup bersama Yatini hingga hari tua. Namun, profesinya sebagai petugas keamanan di Malaysia membuatnya harus rutin pulang-pergi.
Setiap tiga bulan sekali, Fauzey pulang ke Indonesia dan tinggal selama dua hingga tiga pekan bersama sang istri. Kali ini, ia telah memenuhi janjinya, tinggal selamanya di dekat sang istri.
“Abang pernah cakap dan berjanji, ke mana abang pergi adek harus ikut. Cakap gitu kan, kita hidup berdua bahagia abang tinggal di Indonesia selamanya,” ungkap Yatini.
Kini, Yatini tak ingin terus larut dalam kesedihan. Doa terus dipanjatkannya untuk sang suami. Sebagaimana janjinya, ia akan setia merawat pusara Fauzey hingga akhir hayat.
Sebelumnya diberitakan, seorang WNA Malaysia dinyatakan hilang dalam tragedi KMP Tunu Pratama Jaya. Ia diketahui menumpang travel dari Gambiran menuju Bali. Namun, namanya tak tercantum dalam daftar manifes yang diumumkan tim SAR gabungan sehari setelah kapal tenggelam.
Yatini sempat mempertanyakan hal itu ke pihak perusahaan travel, namun tak mendapatkan jawaban memuaskan. Fauzey dijadwalkan terbang ke Malaysia melalui Bandara Ngurah Rai pada Rabu (3/7/2025) pukul 12.00 WITA.
Namun, pada Selasa (2/7/2025) pukul 23.35 WIB, KMP Tunu Pratama Jaya dikabarkan tenggelam. Sejak itu, Yatini tak lagi bisa menghubungi sang suami. Komunikasi terakhir mereka hanyalah pesan singkat berpamitan untuk menyeberang ke Bali dari Pelabuhan Ketapang.

(hil/irb)